Rabu, 28 Maret 2012

Mitha,Meyhta sikembar dan tukang parkir

Aku bernama Mitha, umurku 19
tahun, aku adalah seorang
mahasiswi biasa tapi banyak yang
menyaranku menjadi model karena
aku mempunyai tinggi yang
semampai, perut ramping, kulit putih mulus, wajah cantik, dan body yang
bisa membuat para cewek yang
lain iri sementara para cowok akan
menelan ludah melihat bodyku
karena bongkahan pantatku
kencang dan padat, dan juga payudaraku berukuran 36C, tapi
aku tidak mau karena aku malas
menjadi model. Aku juga
mempunyai saudara kembar yang
identik denganku, namanya
Meytha, umurnya juga 19 tahun. Meytha mempunyai hidung yang
mancung, alis yang tipis, dan bibir
tipisnya yang sering dihiasi oleh
lipgloss rasa apel. Kami sama
dalam segala hal mulai dari wajah,
sifat, kepintaran, bentuk tubuh, bahkan sampai ukuran payudara
kami juga sama yaitu 36C. Kami
memang sengaja tidak
membedakan penampilan kami
karena aku sering bertukar posisi
dengan Meytha dalam hal mata kuliah, aktifitas, pacar, mengerjai
teman, dan bahkan dalam
menghadapi pacar yang kadang-
kadang menyebalkan. Kami juga
sangat suka sex karena
keperawanan kami dirampas oleh pacar kami masing-masing dan
sejak itu kami jadi ketagihan
dengan sex. Meskipun aku dan Meytha
mempunyai banyak teman cewek
ataupun cowok, tapi kami lebih
suka berjalan berdua saja karena
terasa lebih nyaman untuk
membicarakan hal-hal pribadi ke saudara kita sendiri daripada ke
teman se gengku ditambah lagi
Meytha adalah saudara kembarku,
tentu saja dia lebih mengenalku
daripada orang lain. Di geng, aku
dan Meytha dianggap sebagai ketua karena kami paling cantik
diantara yang lain, meskipun
sangat terkenal di kampus kami
tidak pernah membedakan teman
bergaul, kalau orang itu baik dan
ramah kepada aku maupun Meytha, pasti kami juga baik kepadanya
meskipun orang itu tidak populer. Aku berjalan berdua dengan
Meytha ke tempat parkir karena
mata kuliah kami untuk hari ini
sudah selesai. Selama kami
berjalan ke tempat parkir, banyak
teman-teman cowok memperhatikan kami, mungkin
mereka mengkhayal betapa
beruntungnya jika mereka bisa
berada di tengah-tengah kami dan
menggandeng tangan kami.
"Mey, gimana kalau kita shopping dulu bentar?".
"ah, gak ah, gue capek banget nih,
gimana kalau kita ke cafe aja?".
"yaudah, boleh juga, yuk". Ketika
aku dan Meytha membuka pintu
mobil, ada seorang lelaki yang mendekati kami, dan itu adalah
pacar Meytha, tapi Meytha sudah
benci pada pacarnya itu karena
Meytha pernah melihat pacarnya
bermesraan dengan cewek lain.
"Mey sayang, tunggu !!". "ada apa lagi sih, aku udah bilang,
aku gak mau ngomong lagi ama
kamu!!".
"Mey, tunggu, aku mau jelasin soal
cewek yang kamu lihat waktu itu".
"jangan ngomongin itu lagi,, pokoknya sekarang kita putus!! Mit,
ayo kita tinggalin cowok berengsek
ini". Lalu aku dan Meytha masuk ke
dalam mobil, kemudian aku
langsung mengunci pintu mobil
sementara si -mantan pacar- Meytha masih mencoba untuk
membuka pintu. Aku memundurkan mobil dan
langsung mengendarai mobil
keluar dari tempat parkir dan
meninggalkan mantan pacar
Meytha yang terjatuh karena
tersenggol body mobil. Di perjalanan.
"Mey, lo gak apa-apa kan?".
"gak,, emang kenapa?".
"gue kirain lo sedih".
"ya ilah, Mitha, udah lupa ya,,".
"ya, aku tau, kalau kita udah putus pasti besoknya bakal banyak
cowok yang pdkt ke kita, tapi gue
cuma takut lo sedih".
"gue gak apa-apa lagi, tenang aja
Mit, ngomong-ngomong udah jam 3
nih, ngebut dong, lo kan jago bawa mobilnya, biar kita sampe rumah
jam 6an".
"ok, siap-siap ya, jangan ampe
kencing di celana ya". Lalu aku
langsung menambah kecepatan
dan mengeluarkan skill ku yaitu mengendarai mobil, apalagi mobil
kami adalah mobil sedan yang
sudah dimodif sehingga sangat
cepat, dan makin cepat mobil yang
aku kendarai, aku menjadi semakin
bersemangat. Dalam waktu 20 menit, kami sudah
sampai di kafe tujuan kami, lalu
aku menaruh tanganku di
selangkangan Meytha.
"ngapain lo?".
"gak, cuma mau ngecek aja,, kirain gue, lo ngencing di celana".
"enak aja lo, emangnya gue anak
kecil. Yaudah, masuk yu".
"bentar dulu, gue mau ganti celana
dulu".
"nah,, jangan-jangan lo yang kencing di celana".
"enak aja, gue cuma gerah pake
celana, gue pengen pake rok".
"pake rok? Bukannya lo lagi gak
pake celana dalam? Terus ntar
kalo keliatan orang, gimana?". "biarin, adem, lagian kalau bikin
orang seneng kan dapet pahala".
"dasar lo, udah cepet, ganti sana".
Kemudian aku mengganti celanaku
dengan rokku, lalu kami berdua
keluar mobil dan masuk ke dalam kafe. Kemudian kami duduk dan
memesan minuman, banyak cowok
yang melihat kami, bahkan ada
yang mendekati kami dan
mengajak mengobrol, tapi karena
kami sedang malas, kami berlagak jutek. Karena kami terus bersikap
jutek ke cowok yang datang ke
meja kami, akhirnya tidak ada
cowok yang menghampiri kami lagi. "bosen gue Mey, kemana-mana
digodain cowok mulu".
"gue juga bosen, tapi mau gimana
lagi".
"Mey, ngomong-ngomong udah
berapa ****** yang udah lo tanganin?".
"kayaknya sekitar 50an deh, lo
berapa?".
"kalo gue sekitar 55an".
"emang ada apaan sih, tiba-tiba
nanya kayak gitu?". "gak, gini, kan dari dulu kita cuma
ngesex ama cowok-cowok ganteng
doang, gimana kalau kita coba
yang beda".
"maksud lo gimana?".
"maksud gue, gimana kalo kita ngesex ama cowok yang nggak
ganteng".
"maksud lo temen-temen kampus
kita yang nggak ganteng?".
"boleh juga, tapi gimana kalau kita
coba ngerasain ngesex ama tukang parkir, satpam, 'n yang lain-lain?".
"menarik juga tuh, terus gimana
mulainya?".
"gimana kalau kita mulai dari
tukang parkir yang tadi".
"tukang parkir tadi kan udah bapak-bapak".
"makanya, justru itu, biar ada
variasinya gitu".
"terus entar godanya gimana?".
"itu urusan gue, Mey. Mendingan
kita abisin nih minuman dulu". "ok deh, Mit". Kemudian kami
menghabiskan minuman kami dan
keluar kafe. Setelah ada di luar kafe, aku
mencari tukang parkir, akhirnya
kutemukan seorang tukang parkir
yang sedang minum dengan
temannya di warung. Lalu aku
menghampirinya, sementara Meytha masuk ke dalam mobil.
"maaf, pak, mobil saya mau
keluar".
"oh, ya neng,,". Kemudian, dia
berdiri dan berjalan ke mobilku,
tentunya bersamaku. Lalu, aku masuk dan mengeluarkan mobil
dari tempat parkir, setelah mobilku
sudah keluar dari tempat parkir.
"pak, saya mau nanya nih?".
"nanya apa, neng?".
"bapak mau gak ikut kami?". "kemana neng?".
"pokoknya ikut deh, nanti kami
bayar".
"ya, pak, pasti bapak gak bakal
nyesel deh".
"gimana ya,, neng, saya juga lagi kerja".
"masa gak mau ikut kami yang
cantik kayak gini".
"emm,, yaudah boleh neng".
Kemudian dia masuk ke mobil dan
duduk di belakang, sementara aku dan Meytha duduk di depan.
"pak, nama bapak siapa?".
"Parman neng, neng berdua
namanya siapa?".
"nama saya Meytha, terus ini
saudara kembar saya". "kenalin, saya Mitha".
"ngomong-ngomong, emangnya
saya mau dibawa kemana sih,
neng?". "ke rumah kami".
"rumah neng? saya mau diapain".
"gini pak, kami dapat tugas buat
wawancara orang-orang yang
penghasilannya minim, jadi kami
milih tukang parkir". "oohh, gitu". Kemudian kami
membicarakan tentang diri masing-
masing. Ternyata tukang parkir itu
berumur 48 tahun, sudah
mempunyai istri dan 2 orang anak,
kulitnya hitam karena terbakar matahari, giginya berantakan,
perutnya agak buncit. Sampai juga
di rumah kami yang lumayan besar,
kami berjalan ke dalam rumah kami
sambil mengobrol.
"wah, rumah neng berdua bagus banget ya,,!!".
"ah, gak biasa aja, lagian ini rumah
orang tua kami".
"rumah segede ini, yang jaga ada
berapa orang?".
"ada 2 orang satpam, tuh yang tadi ada di pintu gerbang".
"terus, neng Mitha ama neng Meytha
pake pembantu?".
"gak, enakan kerja sendiri".
"wah, berarti neng berdua mandiri".
"yah, kami berdua emang udah di didik mandiri".
"oh, terus sekarang ibu bapak
kalian mana?".
"lagi pergi ke luar kota". "bentar ya pak, saya ambilkin
minuman. Mey, ajak pak Parman
ngobrol dulu". Lalu, aku ke
kamarku dulu untuk ganti baju, dan
kemudian aku menyiapkan
minuman. Aku membawa minuman dalam nampan ke ruang tengah
dengan memakai kaos yang
longgar jadi jika badanku
menunduk pasti payudaraku yang
besar dan kencang terlihat karena
aku sengaja tidak memakai bh, dan untuk bawahannya aku memakai
celana hotpants sehingga pahaku
yang putih mulus terlihat jelas.
Meytha pergi ke kamar untuk ganti
baju, sedangkan aku, menyajikan
minuman ke Parman dan ketika aku menunduk payudaraku yang putih
mulus, kencang, besar, dan
menggelantung dengan bebas
terlihat jelas di hadapan Parman.
Aku sengaja berlama-lama
menundukkan badanku di hadapan Parman agar Parman semakin
bernafsu. Dugaanku benar, aku
melihat tonjolan di sekitar
selangkangannya.
"asik, rencana gue berhasil",
pikirku. Kemudian, aku duduk di sebelah kanannya dan berpura-
pura bertanya seperti sedang
mewancarai seseorang, lalu Meytha
datang dan duduk di sebelah kiri
Parman. Sementara aku berpura-pura
bertanya-tanya, Meytha berpura-
pura mencatat jawaban yang
diberikan Parman, aku melihat
tonjolan di celana Parman semakin
besar. Tidak ada seorang pria pun bisa menahan ereksinya jika duduk
diantara 2 gadis muda yang cantik,
seksi dan memakai pakaian yang
minim. Lalu aku mengubah arah
pembicaraan ke hal-hal yang lebih
menggoda, seperti berapa kali dia tidur dengan istrinya, berapa ronde,
dan lain-lain.
"istri saya payah, neng, gak bisa
bikin saya puas".
"kalau gitu bapak mau gak, kalau
kami layanin?". "iya, pak, itung-itung terima kasih",
tambah Meytha.
"hah, yang bener neng, bapak
boleh ngentotin neng berdua
disini?".
"boleh pak, kami akan melayani bapak sampai puas". Kemudian,
aku dan Meytha membuka pakaian
kami masing-masing sehingga
tubuh kami yang putih mulus dan
montok mengapit Parman yang ada
di tengah-tengah kami. Kemudian kami berdua duduk lagi di samping
kanan dan kiri Parman, tanpa
disuruh lagi Parman menggunakan
tangan kanannya untuk meremas-
remas dadaku bergantian,
sementara tangan kirinya meremas dada saudara kembarku secara
bergantian juga. "aduh, mimpi apa ya bapak
semalam, bisa ******* ama 2 cewek
kuliahan yang bohai kayak kalian".
"udah, pak, gak usah dipikirin, yang
penting ini bukan mimpi, tapi kami
bener-bener bakal muasin bapak sampai sepuas-puasnya".
"asik, kalau gitu bapak bakal bikin
kalian kelepek-lepek".
"tapi, sebelum itu...", kemudian
Meytha menumpahkan jus
orangenya ke dua buah payudaranya yang montok itu.
"nih pak, silakan minum".
"kalau tempat minumnya kayak
gini, bapak pasti nambah
minumnya". Kemudian, aku juga
menumpahkan jus orange ke payudaraku.
"nah, kalau gini, bapak bisa
nambah minumnya", lalu aku dan
Meytha menjepit kepala Parman
dengan payudara kami, dengan
lahap dan rakus Parman menjilati payudara kami secara bergantian.
Akhirnya, semua jus orange yang
ada di payudara kami habis
diseruput oleh Parman.
"gimana, Pak, enak gak
minumannya?". "enak banget, apalagi tempat
minumnya kenyal".
"yaudah pak, ke kamar yuk". Lalu, aku, Meytha, dan Parman
pergi menuju kamar kami. Ketika
sudah sampai di kamar kami, dan
Parman ingin membuka celananya.
"udah pak, gak usah, biar kami
yang bukain". Meytha membuka baju Parman sambil memberikan
bibir mungilnya yang merah
merekah untuk dilumat oleh
Parman, sementara aku membuka
celana panjangnya. Sebelum
membukanya, aku mengelus-elus penis Parman yang sudah berdiri di
balik celananya itu.
"aduh, kasihan, udah pengen
keluar dari sangkar ya". Lalu, aku
membuka resletingnya dan
menurunkan celananya sehingga tinggal celana dalamnya yang
menutupi penisnya yang sudah
berdiri tegak itu, sementara Meytha
sudah membuka baju Parman.
Dengan rasa gotong royong dan
juga kekeluargaan, aku dan Meytha menurunkan celana dalam
Parman secara bersama-sama.
Setelah celana dalamnya kami
turunkan, penis Parman langsung
menyembul keluar.
"wah, Mey, kayaknya ****** ini ****** perkasa nih..".
"iya Mit, ****** kayak gini bisa kita
garep sampai malem nih". "boleh aja, kok, buat neng-neng
yang cantik 'n seksi, ****** bapak
gak bakal bisa tidur".
"bener ya, awas kalau bohong,
nanti kami hukum".
"emang hukumannya apa, nona- nona yang cantik?".
"bapak harus nginep disini".
"kita liat aja nanti". Kemudian, aku
dan Meytha mulai menjilati penis
Parman yang berukuran 16 cm dan
berdiameter 5 cm itu. Kalau aku sedang menjilati batangnya,
Meytha mengemuti buah zakarnya
begitu juga sebaliknya, dan
kadang-kadang kami mengemuti
kepala penisnya serta menjilati
batang penisnya secara bersamaan sehingga pemiliknya
merem melek dan mendesah pelan.
"aaahhh,,,,teeeruuusss noonn!!!".
Aku melihat kaki Parman
gemetaran.
"Mey, kasihan tuh, gara-gara kita, pak Parman jadi gemeteran".
"oh ya, sory ya pak, kalau gitu
bapak tiduran aja". Lalu Parman
tidur di atas ranjang, kami menaruh
kedua kakinya di pinggiran tempat
tidur sehingga kakinya agak sedikit terangkat, kami mengambil posisi
69 sehingga vaginaku ada di
samping kiri Parman dan vagina
Meytha ada di samping kanan
Parman, sementara kepala kami
berada di selangkangan Parman yang lebih hitam dari kulitnya. Meskipun, selangkangan Parman
bau tapi kami tetap melahap
batang penisnya serta buah
zakarnya dengan sangat rakus
secara bergantian. Tak sesenti pun
daerah selangkangan Parman yang luput dari jilatan kami berdua
bahkan lubang anusnya juga kami
jilat habis hingga daerah
selangkangan Parman benar-benar
basah karena jilatan-jilatan kami
berdua. "aaahh,, enak banget,,,baru kali ini
diperkosa 2 cewek,,, dua-duanya
cantik lagi".
"makanya, bener kan, bapak gak
bakal nyesel". Sementara kami
asyik menjilati selangkangannya, Parman juga sibuk mencucuk-
cucukkan jarinya keluar masuk
vagina kami. 4 menit kemudian,
kami mengalami orgasme di saat
yang bersamaan. Parman menjilati
jari-jari kedua tangannya yang berlumuran cairan vagina kami.
"gimana, pak, cairan kami manis
gak?".
"wuiih,, manis 'n legit neng".
"yaudah, pak langsung yuk, udah
gak tahan nih". Kemudian Meytha langsung duduk di atas kepala
Parman sehingga vaginanya benar-
benar tepat berada di depan wajah
Parman. Tanpa ragu-ragu lagi,
Parman menarik pinggul Meytha ke
bawah sehingga kini, wajahnya benar-benar terbenam di
selangkangan Meytha, sedangkan
aku sedang asyik menggerakkan
tubuhku naik turun karena penis
Parman sudah mengisi vaginaku.
Setiap kali Meytha atau aku mengalami orgasme, kami bertukar
tempat hingga akhirnya 30 menit
kemudian, Parman sudah tak kuat
menahan lagi sehingga akhirnya
Parman menyemburkan spermanya
di dalam vaginaku, Meytha langsung menjilati sperma Parman
yang meleleh keluar dari vaginaku.
Setelah selesai, penis Parman
mulai mengecil.
"yah, pak, berarti bapak harus
nginep". "gak papa, yang penting vagina
kalian tersedia buat penis bapak".
"ooh, tenang aja pak, vagina kami
tersedia 24 jam buat bapak".
"24 jam? Tapi kan bapak harus
istirahat biar bisa ngentotin kalian lagi".
"makanya, minum 2 butir viagra
dulu, nih". Kemudian, tanpa ragu-
ragu lagi dia meminum 2 butir viagra
yang Meytha berikan kepadanya. Setelah 1 menit meminum obat itu,
penisnya mulai berdiri lagi, dan
akhirnya penis itu sudah berdiri lagi
untuk menantang kami. Mulailah
ronde ke 2 dengan Meytha sebagai
target pembuangan sperma pak Parman, dan terus menerus kami
'memperkosa' Parman dan
penisnya itu. Ranjang kami sudah
dipenuhi keringat dan sperma
Parman, ketika Parman lapar aku
membuatkan makanan, sementara Meytha yang 'mengendarai' penis
Parman. Kami terus menerus di
setubuhi oleh Parman secara
bergantian, dan kalau tubuh kami
berdua sudah penuh keringat serta
vagina kami sudah belepotan dengan sperma Parman, kami
mandi, dan tentu saja kami
mengajak Parman mandi bersama
agar dia bisa menggarap tubuh
putih dan mulus kami sepuasnya.
Bahkan, aku dan Meytha tidak membiarkan Parman beristirahat
meskipun cuma sedetik, karena
kami berdua memang cewek
hiperseks ditambah lagi kami sudah
meminum obat kuat khusus cewek
sehingga kami tetap fit terus, begitu halnya dengan Parman. Setiap tempat di rumah kami
menjadi tempat persetubuhan kami
bertiga, mulai dari kamar, ruang
tamu, kamar mandi, dapur, garasi,
bahkan kolam renang yang ada di
halaman belakang kami pun menjadi tempat pergumulan kami
bertiga, mungkin ada yang
mendengar desahan-desahan,
memikirkan hal itu birahiku malah
menjadi semakin tinggi. Akhirnya,
pada sekitar jam 2 malam, khasiat obat kami bertiga hilang sehingga
kami menjadi lemas. Lalu kami
menuju kamar aku dan Meytha,
karena spreinya sudah kotor
terkena keringat dan noda sperma,
Meytha mengganti sperma, sementara aku sedang digenjot
oleh Parman. Dan semburan
sperma Parman yang terakhir
bersarang di mulutku, dan karena
sesama saudara apalagi kembar,
maka aku membagi sperma yang ada di mulutku dengan Meytha,
caranya dengan melakukan french
kiss, sementara Parman sudah tidur
terlentang di atas ranjang yang
sudah bersih. Setelah selesai
berbagi sperma, kami pun menyusul tiduran di samping kiri dan kanan
Parman, tapi kami sengaja tidur
sedikit melebihi kepala Parman
sehingga payudara kami tepat
mengapit kepala Parman, dan kami
berciuman agar payudara kami yang putih, montok, kencang, dan
padat lebih menjepit kepala
Parman.
"gimana pak, anget gak?".
"anget 'n kenyel, enak kalau bantal
kayak gini". "yaudah, met bobo ya", balas kami
berdua secara bersamaan.
Kemudian kami bertiga menutup
mata karena sudah sangat lelah
dan untuk menyongsong hari-hari
berikutnya yang tentu lebih cerah, lebih indah, dan tentu saja mangsa
baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar