Sabtu, 31 Maret 2012

Cinta Sang Bidadari Buat Alfi 2

Sejak hari itu Sandra secara rutin melakukan aktifitas seksual dengan Paijo. Setiap malam acara setor benih itu berlangsung. Sandra tak lagi berusaha menghindari Paijo. Bik Iyah-pun tak dapat berbuat apa-apa karena itu semua atas kehendak dari Sandra sendiri. Simbiose mutualisme antara dua insan yang saling membutuhkan itu terus berlangsung tanpa ada yang menghalangi lagi. Undangan tak resmi bagi Paijo ke dalam kamar Sandra diisyaratkan dengan pintu kamar-nya yang tak pernah lagi dalam keadaan terkunci. Lalu mereka bercinta dengan panas seakan tak ada lagi hari esok. Bila si Paijo mendapatkan tempat penyaluran bagi nafsu birahinya maka sementara itu Sandra sendiri memperoleh asupan benih dari Paijo. Namun demikian bukannya secara seksual Sandra tak ikut menikmati perlakuan Paijo tersebut. Ia bahkan mulai suka dan ketagihan oleh gelitikan aneh yang ditimbulkan oleh penis anak itu. Semakin hari daya tahan Paijo-pun semakin baik. Itu sangat mengherankan. Jika awalnya ia cuma mampu bersetubuh paling banyak dua kali saja  tiap malamnya. Tapi kini penisnya mampu berdiri tegak sedikit lebih lama. Setidaknya ia bisa memberikan kepuasan bagi Sandra. Sebuah pertanda buruk buat Alfi karena kini Sandra mulai menggantungkan kebutuhan seksualnya pada Paijo. Tapi sulit bagi Sandra menyembunyikan semua itu dari kedua sahabatnya, Dian dan Nadine. Mereka akhirnya mengetahui juga hal itu. Ketika pada suatu pagi Dian dan Nadine datang dan ia belum bangun karena bercinta dengan Paijo tanpa henti dari sore hingga malam harinya. Seperti biasanya Dian menyelonong masuk ke dalam kamar Sandra tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Aroma bekas-bekas persetubuhan masih kentara terendus membaur dalam udara dingin AC. Suasana kamar yang gelap hanya menampakan bayangan tubuh Sandra yang masih tertidur dalam tindihan tubuh ramping. Dian melangkah ke arah jendela lalu ia menyingkap bagian tengah kain horden dan menariknya ke arah sisi yang berlawanan.

“Aww!!…” gadis itu terpekik kaget melihat sosok wajah yang tadinya disangkanya  adalah Alfi itu ternyata orang lain yang tak ia kenal.

“Ada apa, An?” tanya Nadine menyusul masuk ke dalam kamar setelah mendengar jeritan Dian tadi.

Sandra dan Paijo-pun terjaga dari tidur-nya.

“Oahmmm…kalian rupanya” Sandra berusaha membuang dulu sisa rasa kantuknya.

“Ohh…Sand, Apa yang telah terjadi di sini?” tanya Nadine ikut-ikutan kaget seperti Dian.

Ekspresi wajah Sandra tak terlihat berubah. Meski kedua sahabat karibnya itu memandangnya sambil menunggu penjelasan darinya dengan tak sabar. Ia malah berkata dengan lembut kepada Paijo.

“Tidak perlu kuatir Jo, mereka adalah teman-temanku. Kamu sebaiknya kembali saja dulu ke kamarmu”

Anak itu beringsut dari kasur. ia tak lupa memunguti pakaiannya yang berceceran di lantai sebelum meninggalkan kamar. Penisnya yang telah kembali ke ukuran normal itu  terjuntai dan mau tak mau terlihat jelas oleh pandangan kedua wanita cantik itu.

“Kegilaan macam apa lagi ini” tanya Nadine setelah Paijo pergi.

Mereka bertiga duduk bersila di atas tempat tidur seperti yang sering mereka lakukan pada masa-masa remaja mereka dulu. Lalu Sandra-pun menceritakan semuanya tanpa terkecuali.

“Apakah Didiet sudah mengetahui mengenai hal ini, Sand?” Tanya Nadine setelah Sandra usai menuturkan kisahnya. Nadine

“Belum.”

“Sand, kuanggap kamu telah melangkah terlalu jauh. Bukankah ada banyak cara untuk mendapatkan sebuah kehamilan seperti  bayi tabung atau mengambil benih pada bank sperma bukannya dengan menyuruh anak itu mendonorkan sperma-nya dalam sebuah persetubuhan langsung. Ini adalah sebuah perselingkuhan, Sand.” ungkap Nadine

“Perselingkuhan? Mungkin benar apa yang aku perbuat ini layak disebut perselingkuhan tapi apakah kalian lupa apa yang terjadi dengan rumah tanggaku?. Sebuah rumah tangga yang sudah dipenuhi ketidakwajaran dan itu sudah di mulai sebelum aku menikah. Selama ini silih berganti orang lain yang masuk kedalam kehidupan rumahtanggaku mulai dari Alfi, Dian , kamu lalu Niken dan Lila. Entah siapa lagi yang akan menyusul terseret kedalam hubungan yang aneh ini. Lantas apakah masih ada pengaruhnya dengan hadirnya Paijo di dalam kegilaan ini?”. 

“Aku mengerti Sand. Tetap saja kau tak bisa mencari sebuah solusi bagi masalahmu dengan cara membabi buta seperti ini”

“Engkau tidak mengerti, Nad. Kau bisa mengatakan itu karena kamu sudah memiliki Alfina.Tapi ..Kalian tak tahu bagaimana hancurya perasaanku mengetahui begitu kecil-nya kemungkinan buat diriku untuk bisa hamil” Ujar Sandra dengan suara mulai meninggi.

Ia bukan marah atau kesal akan ucapan sahabatnya itu. Itu adalah ungkapan kekecewaan atas segala situasi buruk yang telah menimpa dirinya. Nadine cepat memeluk sahabatnya yang telah membagi kebahagiaan kepadanya. Nadine hapal dengan sahabatnya itu. Sandra bukanlah type wanita yang cengeng dan gampang menangis seperti Niken. Namun Nadine tahu persis jika ada sebuah kesedihan yang mendalam pada relung jiwa sahabatnya itu. Ia tak ingin Sandra semakin terguncang dalam sebuah dilemma. Dian-pun ikut merangkul. Itu yang biasa mereka lakukan sejak remaja bila ada salah satu dari mereka yang tertimpa oleh sebuah permasalahan.

“Sand. jangan gusar aku tak bermaksud menghalangimu memiliki buah hati dari rahimmu sendiri. Aku hanya tak ingin kau mengambil resiko besar bagi perkawinanmu.”

“Iya dong. Bukankah selama ini kita selalu saling mendukung. Lantas mengapa tak mengapa kamu tidak pernah bilang ke kami soal ini?” ujar Dian.

“Semuanya terjadi diluar kendali. A..ku benar-benar terjebak dalam situasi buruk saat itu. Anak itu hadir disaat aku sedang di landa kegelisahanku dan…tahu-tahu semuanya terjadi begitu saja”

“Sudahlah semuanya telah terjadi. Sekarang bagaimana rencanamu selanjutnya?”

“Kalian tak perlu kuatir. Aku telah memikirkan semuanya. Aku memilih Paijo justru karena tak ada yang akan membuatku terikat secara emosional. Mungkin secara seksualitas Paijo sangat memuaskan dan kemampuan bercintanya di atas suamiku Didiet  namun walau bagaimanapun aku tetap mencintai suamiku. Lagian aku sudah memiliki Alfi jika masalahnya adalah seks.”

“Dengarkan aku Sand. Ketika seorang wanita melakukan perselingkuhan, awalnya ia hanya berpikir akan menjalin sebuah hubungan singkat yang tanpa didasari ikatan emosional. Namun berjalan waktu engkau mulai merasa tergantung dengannya. kau merasa semakin membutuhkan dia. Setelah rasa ketergantungan itu, mulailah terjalin kontak batin diiringi proses saling memenuhi kebutuhan emosional satu sama lain. Hingga akhirnya hubungan itu terus berlanjut di luar kendali dan  menjadi sebuah perselingkuhan yang permanent dan sulit sekali dilepaskan.”ujar Nadine memberikan pandangannya.

“Tapi aku berselingkuh bukan untuk mencari kepuasan seksual atau cinta yang lain, itu hanya karena aku ingin hamil. Dan aku tak berniat menjalin sebuah hubungan dalam waktu yang jangka panjang. Secepatnya begitu aku hamil aku sesegera mungkin mengakhiri hubunganku dengan Paijo”.

“Baiklah bila itu sudah menjadi pilihanmu. Kami cuma berharap engkau tetap konsisten dengan ucapanmu barusan. Lantas bagaimana dengan Alfi sendiri. Aku belum dapat membayangkan apa reaksi Alfi bila memerogi kalian?”

Hening sejenak. Sandra sadar ia belum memikirkan hal yang satu itu. Ia yakin mungkin Didiet tak keberatan akan hubungan dirinya bercinta dengan anak seusia Paijo mengingat kebiasaan anehnya. Sedangkan Alfi,  firasatnya mengatakan jika Alfi tak bakalan bisa menerima seorang pesaing macam Paijo. Alfi.. anak itu meski telah bercinta dengan banyak wanita. Namun Sandra tahu jika hanya dirinya dan Niken-lah yang sangat dipuja-puja Alfi. Alfi menganggap dirinya seakan seorang bidadari yang tercipta untuk dirinya. Bahkan Alfi sering menunjukan hasratnya ingin memiliki dirinya secara utuh jika saja Sandra bukanlah istri dari Didiet.

“Aku juga tak tahu. Namun sebaiknya ia tak usah tahu tentang hal ini.”

“Ya. aku rasa juga demikian.. Sebaiknya mulai sekarang engkau harus pintar-pintar mengatur waktumu bagi ke duanya”

“Sepertinya aku harus fokus meladeni Paijo seorang saja. Oleh sebab itu bisakah aku  minta bantuan kalian buat mengalihkan perhatian Alfi dariku ke kalian berdua?. Hanya untuk beberapa minggu ke depan saja hingga Paijo berhasil membuahiku”

“Yah..Baiklah Sand”

“Berarti kita tak boleh lengah. Ngomong-ngomong kapan ia  kemari?”

“Tenang Nad. Jadwal Alfi buatku masih beberapa hari lagi?”

“Sand, alangkah baiknya jika engkau segera minta pendapat Lila sekaligus memeriksakan diri anak itu secara klinis”

“Aku memang berencana menemui Lila besok. Terima kasih karena kalian telah mau berbagi dalam masalah denganku”

“Hi hi sejak dulu kamu memang biangnya masalah bagi kita bertiga Sand” kata Dian

“Nad..”

“Ya?”

“Mungkin aku telah kualat karena telah membohongi ibumu tempo hari”

“Sudahlah jangan terlalu banyak memikirkan hal-hal yang hanya akan menambah beban pikiranmu” ujar Nadine.

“Oya..Sebaiknya kalian pulang atau menginap saja di paviliun sebelah sebab aku tak ingin kalian ikut-ikutan ditiduri anak itu” Adapun yang di sebut Sandra sebagai paviliun itu sebenarnya  adalah sebuah bangunan yang terletak bersebelahan rumah yang ditempati oleh Sandra.

Perkataan Sandra langsung disambut gelak tawa Dian.

“Kok ketawa? Aku serius tau”

“Hi hi hi. kamu ini Sand. Mana mungkin aku tertarik dengan penis berukuran biasa-biasa saja seperti itu. Boro-boro dapet enak Paling-paling cuma bikin lengket badan saja. Ujung-ujungnya capek deh!”

“Jangan anggap remeh anak itu. Kemaluan anak itu,  besar dan panjangnya mungkin  tak sebanding dengan milik Alfi. Tapi ia memiliki sesuatu yang unik buat menaklukan seorang wanita di ranjang. Jujur saja ia bisa membuat aku mengalami sepuluh kali orgasme disepanjang malam coba kalian bayangkan”

“Yang benar saja Sand? Bagaimana bisa?” tanya Dian tak percaya.

“Entahlah aku juga tak mengerti. Aku merasa ada sesuatu yang aneh pada penisnya.

“Aneh?”

“Ya aneh. Bila benda itu sudah berada didalam tubuhku dan setiap kali bergerak seakan ada sesuatu yang menggelitik bagian dalam organ kewanitaanku. Lalu timbul rasa gatal nikmat yang luar biasa sehingga membuatku cepat sekali mendapat orgasme.”

“Tuh kan. Kamu sudah ketagihan”ujar Nadine.

“Mungkin benar aku bisa menikmati saat ia mengauliku.Tapi itu bukan berarti telah membuktikan teorimu Nad. Bisa saja itu terjadi hanya karena aku mulai jarang disentuh oleh Alfi atau Didiet sehingga aku terlalu antusias. Dan aku rasa itu normal.” Kilah Sandra “Tapi yang jelas kamu tidak usah kuatir Nad. Bukankah tadi sudah kukatakan bahwa begitu aku hamil saat itu juga aku menghentikan ini semua”

“Ya aku juga harap juga demikian.”

“Tapi aku masih penasaran dengan ceritamu tadi. Aku jadi teringat penuturan dari salah seorang temanku. Mungkin ini ada kaitannya dengan mitos yang sudah lama sekali lenyap di jaman modern seperti sekarang ini”ujar Dian

“Mitos?…mitos apa?”

“Ia mengatakan kalau  ada sebuah ilmu yang kerap diburu oleh kaum pria untuk memuaskan wanita dalam hubungan intim yang dinamakan susuk tindik kejantanan. Namun kabarnya ilmu ini begitu langka dan tak dimiliki oleh  banyak orang pintar. Bagi pria yang menginginkannya harus melakukan ritual-ritual khusus terlebih dahulu seperti disuruh berpuasa mutih selama tiga hari. Kemudian pada bagian atas alat vitalnya akan ditindik seperti tindik pada telinga. namun yang dipasang bukanlah anting, tapi rambut kuda yang berasal dari ekor kuda yang telah dirituali oleh si orang pintar tersebut”

“Apa susuk? Maksudmu aku telah ia guna-gunai?”

“Bukan seperti itu. Yang kudengar kaum lelaki melakukan itu bukan bertujuan menaklukan wanita secara mistis namun efek dari susuk itu justru terasa secara nyata dalam hubungan intim. Penggunanya justru kebanyakan pria yang sudah beristri. Sebagai laki-laki merupakan kebanggaan besar jika mampu memuaskan istri di ranjang. hal seperti itu ternyata jauh lebih efektif ketimbang melakukan upaya membesarkan kejantanan.

Saat persetubuhan berlangsung rambut kuda pada alat vital laki-laki tersebut akan menggelitik bagian dalam vagina terutama bagian g-spot sehingga akan membuat wanita cepat mencapai orgasme.Dan tentu saja wanita yang pernah merasakan sensasi kedahsyatan alat vital yang menggunakan tindik kejantanan ini akan menjadi ketagihan. Begitu temanku bilang”

“Ah…Ada-ada saja kamu An. Masa kau masih percaya dengan hal-hal berbau tahayul seperti itu. Lagian mana mungkin anak seusia Paijo ngurusi yang begituan meski ia sudah beristri.”

“Hi hi iya juga sih. Entahlah pikiran itu tiba-tiba saja melintas dalam pikiranku.”

******************************

Di tempat Praktek dr.Lila

Sandra kembali ke tempat Lila setelah satu hari sebelumnya ia mengajak Paijo ke situ  memberikan sample spermanya untuk di teliti. Lila mengatakan jika siklus terjadinya pembuahan terbaik buat Sandra terjadi dua minggu lagi. Namun Lila melihat ada sebuah permasalahan lain. Setelah di lakukan pengujian di laboratorium ternyata sel-sel Sperma Paijo justru tak menunjukan tingkat kesuburan yang baik. Spermanya terlihat berenang dengan lemah.

“Percuma saja Sand sperma anak itu tak akan mampu membuahi sel telurmu”

“Maksudmu si Paijo mandul La?”

“Hmm…. Kondisi yang di alami oleh Paijo disebut infertilitas dimana penyebab utamanya disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh Paijo untuk memproduksi sperma dalam jumlah dan kualitas yang baik. Memang ada sejumlah kecil sel sperma Paijo yang subur namun dari sekian juta sel kuperkirakan hanya kurang dari dua persennya saja. Dan jumlah itu tak cukup untuk‘survive’ saat dalam perjalanan menuju ke rahimmu yang terbalik lalu membuahi sel telurmu. Butuh lebih banyak lagi sel sperma yang subur dan  memiliki mortilitas yang bagus dan itu hanya bisa ditemui pada spermanya Alfi.”

“Tetapi bagaimana mungkin ia mandul La. Sebab yang kutahu anak itu bisa membuat hamil teman gadisnya”

“Apabila  dalam kondisi normal mungkin saja terjadi kehamilan secara kebetulan meski kemungkinan terjadinya-pun sangat kecil. Namun dalam kasus-mu dimana kondisi rahimmu menghadap ke belakang…maaf…secara ilmiah aku meragukan hal itu Sand.”

Sandra terhenyak lemah di atas kursinya.

“Berarti yang aku lakukan selama ini sia-sia saja”

“Masih ada jalan lain ada berbagai cara yang dapat ditempuh untuk mengatasinya tapi aku tak menjamin ini berhasil”

“Apa itu La”

“Aku akan memberinya beberapa suplemen atau vitamin  Selain itu aku anjurkan sebaiknya mulai sekarang Paijo lebih banyak mengkonsumsi banyak buah dan sayuran untuk meningkatkan kualitas spermanya serta mengindari memakan daging-dagingan termasuk mengurangi konsumsi produk susu dan olahannya”

“Bukannya susu merupakan sumber protein la? Mengapa Paijo justru tak boleh mengkonsumsinya”

“Benar namun hasil penelitian  menunjukan bahwa laki laki yang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung daging dan bahan bahan yang terbuat dari susu memiliki kualitas sperma yang lebih rendah bila dibandingkan dengan mereka yang mengkonsumsi banyak buah dan sayuran.” Ujar Lila

“La..”

“Ya?”

 “Apakah semua ini ada manfaatnya?”

“Mengapa kau tanyakan itu? Kau ragu buat mencobanya?”

“Tadinya aku hanya memanfaatkan kehadiran Paijo untuk membuatku hamil La. tapi setelah aku tahu ternyata kondisi Paijo ‘buruk’, Aku tak tahu apakah aku masih perlu meneruskan hubungan ini”

“Sand,  Jika kamu tak menginginkannya kamu bisa saja menghentikan semua ini sekarang. Namun setelah apa yang terjadi tak ada salahnya kalau kau mencoba.”

“Itu masalahnya. Logikaku mengatakan jika aku memang harus menghentikan semua ini tapi Ada bagian diriku yang menginginkan ia tetap melakukan itu meski hasilnya cenderung gagal. Tapi baiklah… Bukankah aku sudah terlanjur memilih jalan ini dan seperti katamu tadi tak ada salahnya bila kucoba sehingga apa yang telah aku lakukan selama ini tak menjadi sia-sia meskipun aku agak ragu jika semua ini akan berhasil”

“Baiklah aku akan membuatkan resep buat Paijo sekarang”

“Sebenarnya ada satu hal lagi yang kukuatirkan”

“Apa itu?”

“Aku takut jika hal ini terjadi berlarut-larut tak hanya akan mengganggu hubunganku dengan Alfi tapi juga membuatku terlanjur tertarik secara seksualitas pada Paijo”

“Begitukah?..tentunya anak itu punya ‘sesuatu’ yang luar biasa, kan?”

Sandra tak menjawab namun dari pipinya yang merona Lila dapat melihat jika terkaannya mengena. Dalam hati Lila membenarkan ucapan Sandra.  Ia-pun pernah mencoba mencicipi bocah-bocah nelayan saat berbulan madu bersama Robert tempo hari di Thailand. Memang tak ada yang menandingi kemampuan Alfi di atas ranjang bahkan gigolo yang katanya terbaik seperti Charan-pun tak ada apa-apanya dibandingkan Alfi. Namun petualangan indah itu tetap memberikan kesan yang sangat mendalam baginya. Ia bahkan tak menolak apabila suatu hari nanti Robert mengajaknya mengulangi petualangan seperti itu lagi. Tentu saja mereka tak pernah memberitahukan mengenai hal tersebut pada Alfi.

***************************
Dian

Dian

Sementara itu ditempat lain di saat yang bersamaan dengan Sandra menemui dr.Lila. Sesuatu sedang terjadi di dalam kamar tidur Sandra. Terlihat beberapa potong pakaian nampak berserakan di lantai kamar. Di atas ranjang itu sedang terjadi sebuah pergumulan yang panas. Terdengar rintihan-rintihan Paijo bersama seorang wanita.

“Oghhhhh! …” rintihan penuh kenikmatan itu terlontar dari bibir Dian ketika ia mendapatkan sebuah orgasme berbarengan dengan terjadinya ejakulasi pada Paijo.

Ternyata wanita itu memang tak lain adalah Dian. Hari ini ia diminta Sandra pulang kantor lebih awal karena kuatir Alfi datang ke sana. Kejadian itu berlangsung begitu saja. Ketika itu ia menemukan si Paijo masih tertidur dalam keadaan bugil di kamar Sandra. Penis kampung yang masih segar itu sangat menggodanya untuk melakukan percintaan di siang ini. Hatinya tergelitik setelah mendengar cerita Sandra mengenai keperkasaan anak itu di ranjang. Sehingga ia tertarik buat sekedar ‘menguji’ kebenaran cerita tentang anak itu. Saat Paijo terjaga dari tidur, ia melihat seorang bidadari cantik yang lain terbaring menyamping tanpa busana di sebelahnya. Tentu saja Paijo tak menolak rejeki yang datang itu. Dian langsung dihajarnya dengan sejatanya yang dapat menimbulkan gelitik nikmat itu. Mereka bercinta dalam kurun waktu hampir satu jam-an dan Paijo Barulah setelah itu akhirnya Paijo mengalami ejakulasi untuk kedua kalinya.

“Sejak tadi ibu keluar terus” ujar Paijo membuat Dian tersipu malu . Kini Dian sudah merasakannya sendiri. Tak salah jika Sandra mengatakan anak ini punya keistimewaan. Alat kejantanannya memang benar-benar terasa enak bila berada di dalam vagina.

“He e…punya kamu… ternyata enak juga” puji  Dian lirih sambil mengusap dada Paijo yang penuh peluh. Lumayan juga anak ini, pikir Dian. Pada pertarungan awal ia mampu membuatnya dua kali orgasme.

Paijo begitu senang mendengar pujian wanita itu. Rasa kebanggaan menyelinap di dadanya. Betapa tidak, sudah dua orang wanita cantik mengatakan hal yang sama. jika bercinta denganya sangat memuaskan. Paijo melepaskan tindihannya dari tubuh Dian. Ia terlentang sejenak memulihkan tenaganya. Butir-butir peluh mengembang dari permukaan kulitnya. Tiba-tiba Dian teringat akan sesuatu. Ia segera bangkit dan mendekatkan wajahnya pada selangkangan Paijo.

“Ibu sedang mencari apa?” Tanya Paijo heran melihat Dian sedang mengamati sambil membolak balik batang penisnya ke sana kemari.

“Jo, burungmu kok ada bulu-bulu begitu di lehernya?” tanya Dian terkejut saat menemukan sesuatu pada bagian bawah leher kemaluan Paijo. Memang bentuknya persis seperti yang pernah dituturkan sahabatnya di kantor.

“Saya juga tidak tahu. Itu sudah ada sejak saya kecil”

“Kamu pakai susuk ya?”

“Susuk? Susuk apa bu?”

“Coba kamu ingat-ingat dulu. soalnya tak mungkin benda ini melekat pada anu-mu sejak kamu lahir Jo”

“Saya tidak pernah begitu… tapi mungkin juga ibu benar. Saya ingat  Bu de pernah  bilang kalau sewaktu berumur lima tahun saya pernah di bawa sama pak de ke tempat orang pinter. Tempatnya jauh di luar desa di sekitar lereng gunung. Saya tidak ingat persis kejadiannya karena saya dalam keadaan tertidur saat di bawa ke sana ”

Benar juga dugaannya tempo hari. Anak ini memang memiliki sesuatu yang di tanam pada kemaluannya. Ternyata mitos itu benar-benar ada. Bahkan efeknya terhadap wanitapun sudah ia dan Sandra rasakan sendiri. Tapi Dian menilai rasa nikmat yang diawali rasa geli seperti itu tak ada bedanya dengan bermasturbasi dengan mempergunakan vibrator dua kepala. Dimana salah satu kepala benda itu bergetar menggelitik bagian klitoris sedangkan satu kepala lagi bergetar di dalam liang senggama. Pada intinya orgasme yang datang wanita terjadi saat itu disebabkan oleh rasa geli yang diaklerasi secara ekstrim Bahkan tak jarang wanita bukannya memperoleh orgasme malahan terkencing-kencing karena tak tahan terhadap rasa geli seperti itu. Tadipun saat mengalami orgasme Dian nyaris tak dapat menahan air kencingnya. Tak menyenangkan sekali. Orgasmenya malah sempat buyar karena kegelian. Dian  membanding-bandingkan antara diri Alfi dan Paijo. Baginya bercinta dengan Alfi tetap adalah yang ternikmat. Segalanya berjalan dengan alami. Meski membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membuat seorang wanita mencapai puncak kenikmatan. Namun kenikmatan yang dihasilkan jauh lebih enak dan panjang. Lambat namun pasti Alfi akan menggiring pasangan intimnya kepada fase multiorgasme.

Ukuran kejantanan jelas menjadi factor perbedaan yang tak dapat dibantah. Daging cinta Alfi yang panjang dan besar jelas lebih unggul ketimbang Paijo. Lima senti adalah sebuah selisih panjang yang signifikan. Hanya milik Alfi yang mampu mencapai dasar vagina setiap wanitanya. Mereka dapat merasakan setiap mili organ tersebut menyentuh bagian dalam kewanitaan mereka hingga di dasar liang senggama. Kemaluan berukuran standar seperti milik Paijo juga tak terlalu nikmat dipergunakan pada posisi doggie bukan saja karena tak mampu mencapai kedalaman maksimal namun juga akan lebih sering terlepas saat berlangsung persetubuhan. Pada ukuran diameter Alfi juga unggul dari Paijo. Diameternya nyaris seukuran lengan seorang bayi yang paling gemuk itu akan bersentuhan secara maksimal dengan liang vagina wanita. Satu lagi kelebihan Alfi yang tak dimiliki oleh Paijo. Melakukan keintiman dengan Alfi lebih tepat disebut sebuah percintaan ketimbang persetubuhan. Alfi selalu melakukan hal itu penuh dengan perasaan kasih sayang terhadap pasangan intimnya. Kata-kata sayang dan cinta selalu menghiasi sepanjang percintaan itu berlangsung mulai dari pra-persetubuhan hingga ke pasca persetubuhan. Hal itu mendatangkan perasaanan yang nyaman dan lebih dihargai bagi wanita manapun yang  ia tiduri. Tidak seperti kebanyakan pria yang hanya bisa mengumbar kecabulan lalu tak perduli lagi dengan pasangannya dan jatuh tertidur begitu saja setiap kali usai melakukan keintiman.

“Ibu masih kuat? Kalau tidak saya mau mandi dulu” Tanya Paijo.

Sialan! Sombong betul bocah ini! gerutu Dian dalam hati. Baru bisa bikin perempuan orgasme saja sudah merasa paling perkasa. Muncul keisengannya. Ia bertekad ingin memberi sebuah pelajaran pada Paijo.

“Benarkah aku boleh kan minta sekali lagi? “ rayu.

“Ya tapi satu kali saja ya bu. Soalnya saya harus menemani bu Sandra setelah ini!” jawab Paijo dengan kepongahan

“Aduhh Jo, kamu memang benar-benar jantan.” Ujar Dian penuh kegombalan. Pujian itu makin membuat Paijo besar kepala.

Sok jantan kamu Jo! Tunggulah! Sebentar lagi aku akan membuatmu keok. Umpat Dian lagi.

Sepuluh menit berlalu, Dian telah bersiap-siap melakukan persetubuhan kembali. Kali ini ia ingin melakukannya dengan posisi dirinya di atas agar dapat mengontrol persetubuhan secara penuh. Lalu ia naik ke atas tubuh Paijo yang masih terlentang. Penis Paijo yang sudah berdiri kembali itu ia bimbing masuk ke dalam vaginanya. Bless!! Begitu benda itu tertanam sempurna di dalam liang senggamanya, pinggul Dian-pun langsung berayun. Jika saat bercinta dengan Sandra selama ini mereka hanya melakukan nya dalam posisi missionary dan knee-chess, maka dengan wanita cantik yang satu ini Paijo mendapat sebuah pengalaman baru. Ia dengan leluasa dapat memandang kesempurnaan sososk tubuh yang sedang menduduki perutnya saat itu. Ia pernah melakukannya dengan Surti dulu namun sungguh tak membuatnya nyaman karena Surti begitu pasif dan hanya rebah di atas tubuhnya. Saat ini ia baru merasakan kenikmatan dan keindahan bercinta dalam posisi ini. Tentu saja wanita yang melakukan bersamanya kali ini adalah seorang yang telah berpengalaman. Dian tidak main-main dalam melaksanakan tekadnya. Tangannya bertumpu pada dada Paijo. Kemudian tubuhnya mulai bergerak naik turun secara perlahan. Dian mempergunakan seluruh kekuatan otot-otot panggulnya saat berputar dan bergoyang. Di saat naik otot-otot bagian dalam kewanitaannya-pun beraksi mencengram dan menarik setiap mili batang kemaluan Paijo ke atas. Lalu pinggulnya berputar lambat. Saat itulah Paijo merasakan penisnya di peras-peras. Kemudian Dian melepaskan kuncian vaginanya sambil menyentak turun dengan cepat.

“Aaoooo!!!!” Paijo melolong nikmat.

Paijo menggelepar tak berdaya di bawah kendali Dian. Tubuh anak itu melengkung saat puncak kenikmatan secara dasyat menyengat kemaluannya. Gerakan Dian-pun semakin cepat dan liar. Jemari Paijo mencoba meraih pinggul Dian seakan ingin mencari tempat berpegang sebelum ia jatuh ke dalam jurang kenikmatan yang sangat dalam. Persetubuhan itu baru berjalan kurang dari tiga menit namun Paijo sudah tak mampu lagi bertahan.

“Aargggggg!!!” itu pekik terakhir dari Paijo saat terhempas dalam sebuah ejakulasi hebat.

Creettt…creettt…cretttttt…gumpalan demi gumpalan yang tak dapat dikatakan kental lagi itu berhamburan dari ujung penisnya memenuhi relung-relung lembut vagina Dian.

Penis Paijo terus memancarkan seluruh sisa sperma yang terproduksi oleh tubuhnya buat hari ini. Vagina Dian terus menghisapnya tanpa ampun seakan ingin membetot jiwanya sekaligus. Pandangan Paijo mengabur bersamaan dengan usainya ejakulasi itu. Seluruh ketegangan tadi mengendur. Dua menit berlalu. Perlahan kesadarannya yang menghilang tadi kembali. Paijo dapat mengingat kembali semua yang baru terjadi.

Edann! Yang barusan tadi itu nikmatt sekali. Dalam hati Paijo mengakui kemampuan bercinta wanita di hadapannya itu memang luar biasa. Ia benar-benar tak habis berpikir bagaimana bisa lubang tempik wanita satu ini menjadi demikian enaknya?

“Kamu kok cepat sekali keluar Jo?”

“Eh .iya…punya ibu.. enak.. sekali!… sempit!… ngisepnya.. kuat banget!” puji Paijo disela-sela napasnya yang tersengal-sengal.

“lagi?”tantang Dian.

“Sudah dulu bu. besok saja lagi.”

“Masa begitu saja sudah nyerah? Ayo dong Jo. Tadi kan aku belum dapet”

“Eh anu. Bukan begitu bu. Soalnya saya takut bu Sandra pulang dan saya dimarahi” jawab Paijo ngeles. Anak ini masih bisa sombong juga. Padahal sebenarnya ia  tak punya kekuatan lagi. Penisnyapun sudah mengecil.

“Jangan kuatir Jo. Kan ada aku. Sandra tak bakalan marah.” Ujar Dian membungkuk sehingga wajahnya tepat berada di depan penis Paijo.

“Tapii..tapii..” ujar Paijo kehabisan akal. Sia-sia saja ia berusaha menghindar sebab Dian tak membiarkan kesombongannya semakin membumbung. Dian telah menyergap batang penisnya yang telah menguncup kecil itu. Lalu mengulumnya dengan hisapan yang kuat dan liar. Kontan saja Paijo merintih. Itu bukan lagi rintihan keenakan namun itu rintihan kesakitan.

“Aduuhh.. duhh.. ampunn buu…itu saya sakitt ..saya tidak mauu lagi” pintanya sambil meringis.

Rasa ngilu itu benar-benar merupakan siksaan baginya. Akhirnya Paijo harus mengaku kalah. Ulah Dian menenggelamkan  segala kesombongannya. Penisnya benar-benar terasa sakit hingga ke testisnya. Setengah menit kemudian Dian baru melepaskan kemaluan anak itu setelah dilihatnya benda itu memang tak mampu lagi berdiri.
Paijo

Paijo

“Yah sudah!. Berarti cuma begitu saja kemampuanmu” Cibir Dian. Rasakan! Baru tahu rasa kamu.

Paijo tak dapat berkata-kata lagi. Bisa mampus ia bila terus meladeni kuda betina ini.

Padahal awalnya ia sudah berbangga hati ketika mampu membuat Dian orgasme. Ia pikir ia sudah berhasil menaklukan wanita cantik itu tidak tahunya malah justru ia yang dipecundangi. Terbukti sudah. Alfi memang unggul segala-galanya dari Paijo. Paijo pun tak bisa menandingi Alfi dalam urusan stamina. Baik Dian maupun semua wanita yang pernah ditiduri Alfi selalu kewalahan meladeni keperkasaannya di tempat tidur. Alfi mampu bercinta kapanpun tanpa mengenal kata lelah dan batas waktu. Meski ia harus meladeni begitu banyak wanita. Penisnya selalu kembali berdiri setiap kali selesai melakukan persetubuhan. Alfi-pun tak pernah sekalipun meminta istirahat justru para wanitanya yang lebih dulu minta berhenti. Lila sekalipun tak menemukan jawaban mengapa anak itu memiliki daya tahan sedemikian hebat. Seakan Alfi memang terlahir sebagai   Sedangkan Paijo baru meladeni dua orang wanita saja sudah kedodoran. Dian menilai Sandra sedikit agak berlebihan soal kejantanan anak itu.  Kemungkinan benar jika Sandra hanya terlalu antusias karena jarang di belai Alfi.  Bagi Dian sudah jelas kini hanya Alfi seorang yang mampu membuat ia dan yang lain terhempas dalam lautan kenikmatan tak bertepi. Tak berapa lama kemudian Nadine muncul. Ia terpaksa pulang lebih lambat karena harus menghadiri meeting di kantornya hari itu. terbukti baru meladeni dua perempuan saja

“An!! Apa-apaan kamu” ujarnya kaget melihat ulah sahabatnya itu.

“Hi hi kalem dikit dong, Nad. Aku hanya menuntaskan rasa penasaranku saja. Tidak lebih dari itu kok”. Ujar Dian santai sambil memakai pakaiannya kembali.

 “Tapi kamu seharusnya tak ikut-ikutan melakukannya dengan pemuda itu. Bukankah kita kemari karena sudah sepakat ingin membantu Sandra buat mengamankan situasi.

Bagaimana jika Alfi tiba-tiba saja muncul disaat kamu bersama dengan Paijo?”

“Iya..iya aku juga sudah selesai kok. Aku tadi bosan banget nungguin kamu datang jadi emm…” jawab Dian

Nadine cuma dapat mengeleng-gelengkan kepala melihat ulah Dian.

“Hei kamu! Pindahlah ke kamarmu sekarang!” hardik Nadine pada Paijo.

Paijo cukup terkejut akan ketegasan wanita cantik yang satu itu. Lalu sambil meringis kesakitan ia bergegas memunguti pakaiannya. Sesaat sebelum keluar dari kamar Paijo masih sempat melirik dada besar Nadine yang padat dipenuhi oleh air susu itu. Glekk!  Paijo meneguk air liur sendiri.

********************

Alfi

Ketika Alfi datang siang  itu, Nadine dan Dian telah siap menunggunya di depan teras. Mereka mengatakan pada Alfi jika Sandra telah berangkat ke kota G menyusul Didiet. Lalu mereka mengajak Alfi melakukan percintaan di rumah Dian. Alfi sempat terkejut ketika melihat beberapa bekas kemerahaan pada dada Dian. Ia tahu persis itu bekas apa. Namun ia tak merasa membuatnya. Ia tak terlalu suka melakukan cupangan ataupun gigitan. Tidak mungkin kak Donnie. Pikir Alfi. Ia-pun tahu Donnie maupun Didiet juga tak suka berprilaku demikian. Lantas dari siapa Dian mendapat sebanyak cupangan itu? Mungkinkah kak Dian sudah punya pacar? Mungkin saja pikir Alfi. Dian memang belum mendapatkan jodohnya. Dulu sewaktu Niken menawarinya buat di madu. Tapi Dian menolak dengan alasan ia masih enjoy melajang. Dan ia lebih suka mencari pasangan hidupnya sendiri. Alfi tak jadi menanyakan soal itu. Ia cuma berharap Dian segera mendapatkan pasangan yang sepadan seperti halnya Niken maupun Lila. Demikianlah hal itu berlangsung selama hampir dua minggu. Selama itu semua berjalan dengan baik sesuai dengan yang mereka bertiga rencanakan. Terkadang Alfi muncul. Terkadang ia absen seperti biasa.Hingga pada suatu hari. Di luar perhitungan mereka semua ternyata pada suatu hari Alfi datang di hari yang bukan jadwalnya. Seharusnya hari ini ia bersama Lila. Bahkan tak biasanya Alfi datang di saat jam pelajaran sekolah berlangsung. Ternyata hari itu ia pulang lebih cepat karena ada rapat besar para guru di sekolahnya. Sebelum pulang ke rumah Lila ia memutuskan mampir sebentar ke tempat Sandra  buat mengambil sesuatu di dalam kamarnya. Namun ketika ia hendak masuk ke dalam ia melihat sepasang sepatu di depan pintu. Kebetulan ia hapal itu milik siapa.

“Yeahh..sepertinya kak Sandra sudah pulang” ujarnya gembira.

Alfi bergegas masuk dari samping rumah karena tak dapat membendung rasa rindunya untuk bertemu Sandra. Di dapur ia melintasi Bik Iyah yang baru akan bersiap pergi ke pasar.

“Den ..den Alfi  tunggu jangan masuk ke dalam…” ujar bik Iyah panic melihat kemunculan pemuda itu. Wanita tua itu setengah berlari menyusul Alfi ke arah dalam rumah.

“Loh memangnya kenapa bik? Kak Sandra sudah pulang kan?”

“A..anu..denn. .belumm…tapi  neng Nadine sama neng Dian ada di paviliun sebelah”

“Belum? Lah itu sepatunya ada di depan pintu”

“A..nu  tadi eng…non Dian yang pinjem”

“Masak? ukuran kakinya Kak Dian kan lebih kecil Bik?”

“Ehh maaf salah maksud Bibik… Non Nadine yang pake”

“Wah itu lebih ngga masuk akal lagi bik. Kaki kak Nadine justru lebih gede dari kak Sandra”

Kasihan Bik Iyah ia tak dapat mencari kata-kata yang pas untuk memberikan penjelasan pada pemuda itu. Ia benar-benar mati kutu karena Alfi sangat mengenal semua hal mengenai para kekaksih itu. Jawabannya itu sangat tak memuaskan malah justru mendatangkan kecurigaan bagi Alfi. Alfi menangkap sesuatu yang tidak beres dari setiap ucapan bik iyah saat berbicara dengannya. Kentara sekali kalau bik Iyah sedang berbohong mengenai soal sepatu itu. Ia sangat yakin bila saat ini Sandra ada di dalam kamarnya. Memang selama dua minggu belakangan ia sudah merasakan kejanggalan. Setiap kali ia datang kemari Nadine dan Dian selalu menunggu kehadirannya di sini namun mereka mengajaknya bercinta di rumah Dian Apa sebenarnya yang sedang terjadi saat ini. Mengapa ia tak dapat melihat kekasihnya itu tanpa mendapat penjelasan sedikitpun. ia ingin semua nya menjadi jelas sekarang. Tanpa menghiraukan bik Iyah. Ia melangkah ke arah kamar Sandra.

“Bibik mohonn, aden jangan masuk ke sana” ujar Bik Iyah masih berusaha mencoba menghalagi upaya Alfi buat menerobos masuk ke dalam kamar Sandra.

“Minggir bik” ujarnya mendorong tubuh Bik Iyah kesamping agar ia dapat lewat.

“Aduh bagaimana ini…” ujar Bik Iyah membatin karena tahu sebentar lagi semuanya akan menjadi runyam. Namun apa daya ia tak kuasa mencegah Alfi.

Alfi mendorong daun pintu kamar Sandra memang tak pernah terkunci dan langsung  masuk ke dalam.

“Ohh!! Kakk!!”

Bukan main terperanjatnya Alfi saat melihat pemandangan di atas tempat tidur Sandra. Di atas ranjang itu terbaring sang bidadari yang paling ia sayangi itu dalam keadaan polos tanpa sehelai benang-pun yang melekat pada tubuhnya bersamanya seseorang anak lelaki yang tak ia kenal yang juga dalam keadaan bugil total dengan dada penuh peluh bercucuran. Di sekitar payudara Sandra yang putih bersih itu terlihat jelas banyak bekas-bekas cupangan berwarna merah. Darah Alfi naik dengan cepat ke ubun-ubunnya di saat yang sama jilatan api cemburu membakar hatinya. Rasa yang tak pernah menghinggapi hatinya bila melihat sosok Didiet, Donnie ataupun Robert saat bersama-sama dengan para wanita yang ada di dalam kehidupannya..

“Ohh! Fi  ka..mu..” Sandra juga terkaget hingga tak tahu harus berkata apa-apa menghadapi situasi saat itu.

“Siapa dia kak?!”

“Fi.. se..bentar kakak akan jelaskan ini semua. Kamu tunggu kakak di luar ya sayang” ujar Sandra belingsatan sambil mencoba mencari pakaiannya yang tercecer di lantai.

Sandra mengira ia dapat mengendalikan situasi dengan sebuah bujukan lembut kepada Alfi. Ia tak sadar jika Alfi tak menghiraukan ucapannya. Saat itu semua pancaindra dan pikirannya hanya tertuju pada sosok hitam di hadapannya. Matanya menatap tajam ke arah si penyusup itu. Alfi benar-benar dalam keadaan sudah tak dapat membendung emosinya lagi. Tanpa di duga-duga sebuah pukulan melayangkan deras ke wajah Paijo.

Buuukk!! Pukulan keras itu tepat menghantam pipi sebelah kiri. Paijo yang tak menduga jika dirinya akan di serang dalam keadaan tidak siaga. Ia terpaksa menerima mentah-mentah hantaman tersebut sehingga tubuhnya terjengkang. Untung saja ia jatuh ke atas tempat tidur sehingga ia tak sampai mengalami cidera. Tapi ia tak belum dapat bernapas lega sebab sebuah pukulan dari Alfi kembali menghajar wajahnya. Sandra-pun terkejut melihat reaksi cepat Alfi yang tak sempat ia cegah.

“Fiii Janggaannn!”pekik Sandra yang dalam keadaan sedang memakai pakaiannya.

“Aduhh nonnnn!!” Bik Iyah ikut terpekik panik.

“Fii!! Hentikann..!Dengarkan kakakk duluu!” teriak Sandra sambil berusaha memegang lengan Alfi dengan tujuan untuk menghentikannya. Namun hal itu sia-sia saja. Cekalannya kembali terlepas. Alfi bagai kesetanan memburu kemanapun Paijo bergerak sambil melancarkan pukulan demi pukulan. Karena terpojok akhirnya Paijo-pun membalas memukul.

“Kurang ajar! Rasakan ini!!” ujar Alfi bertambah berang melihat adanya perlawanan dari musuhnya itu.

Karena terlalu emosi Alfi  tak sempat lagi memikirkan tentang jurus karatenya. Ia meladeni Paijo berkelahi secara serabutan. Pada sebuah kesempatan sebuah pukulan Paijo berhasil menghantam wajah Alfi namun Alfi seolah tak menghiraukan balasan Paijo tersebut. Keduanya kini terlibat saling adu pukulan dan tendangan namun pukulan Alfi lebih banyak yang mendarat. Terus menerus dihajar Paijo tak tahan juga. Wajah anak itu sudah babak belur. Keadaan kamarpun jadi berantakan akibat pergumulan kedua pemuda itu. Sandra dan bik Iyah sudah kewalahan melerai perkelahian itu. Untung saja Dian dan Nadine segera datang di tempat itu. Mereka bergegas kesana setelah mendengar kegaduhan ini. Setelah di bantu oleh kedua sahabatnya barulah mereka dapat memisahkan pergumulan itu. Sandra berdiri di antara ke dua pemuda itu sehingga menghalangi usaha Alfi buat kembali menghajar Paijo.

“Apa-apaan kamu FI!!” ujar Sandra sambil mendorong tubuh Alfi dengan keras.

Selain berang melihat semua perlakuan kasar Alfi pada Paijo juga karena sejak tadi Alfi tak lagi menghiraukan kata-katanya. Paijo terlihat meringis kesakitan. Pada wajahnya nampak lebam sementara dari hidungnya mengucur darah. Sementara Alfi sendiri juga tak luput dari cidera nampak beberapa memar-memar pada bagian wajahnya.

 “Kakak minggir!! Alfi belum puas menghajarnya!!” Alfi bertambah berang mendengar pembelaan Sandra buat Paijo.

Ketika ia berusaha buat kembali menyerang saingannya itu….PLAKK!! sebuah tamparan keras Sandra mendarat di pipinya dan membuatnya tertegun. Betapa menyakitkan rasanya namun bukan pipinya yang perih melainkan hatinya. Tindakan Sandra itu sungguh di luar dugaannya. Belum pernah selama ini ia melihat Sandra terlihat begitu marahnya dan berlaku kasar kepadanya. Tak hanya Alfi semua yang ada di ruangan itu terkejut melihat hal itu.

“Kakk? Kenapa?…”

“Kau memang patut menerimanya! Datang-datang langsung main pukul. Kau benar-benar keterlaluan dan sudah tak menghargai aku lagi!”

Bola mata Alfi mendadak terasa perih. Sia-sia ia saja berusaha keras menahan butiran air bening yang hendak meleleh dari sudut mata-nya. Sebenarnya ia tak ingin terlihat cengeng di depan si pengganggu itu. apalagi ia memang tak pernah menangis sebelumnya. Tapi semua ini sudah di luar kendali.

“Aneh kok malah kamu yang nangis?! Padahal si Paijo-lah sang korban di sini!” ujar Sandra sebal

“Kak! Alfi tidak suka melihat kakak bersama dia!”

“Huh! ..Apa hakmu melarangku bersama dengan pria lain? Bukankah selama ini aku juga tak pernah menghalangi dirimu utuk tidur dengan wanita lain?! Lantas mengapa kini aku  tidak boleh melakukan hal yang sama sepertimu?”

“Tapi Kak.. kenapa kakak lakukan ini?!! Apa salah Alfi?!”

“Harusnya kau bisa mengingat bagaimana kau dengan seenaknya memperlakukan diriku selama ini. Dimanakah dirimu di saat-saat aku membutuhkanmu?”

“Kakk..Alfii benar-benar minta maaf soal itu. Alfi berjanji tak akan mengulanginya lagi tapi suruh anak itu pergi kak…Alfi mohonn!” ujar Alfi sambil meraih tangan Sandra Sandra dan menciumnya dengan harapan Sandra mau mengabulkan permintaannya. Ia benar-benar tak menyangka jika perbuatannya selama ini telah membuat Sandra berpaling ke orang lain.

“Dasar egois! Semudah itu kau mengucapkan maaf! Tidak bisa. Saat ini aku hanya  ingin Paijo yang menemaniku. Kau bisa toh bersama yang lain. Sekarang lepaskan tanganku!” Sandra berusaha menarik tangannya namun Alfi masih belum mau melepaskannya.

“Tidakk Kaakk…tolongg jangan lakukan ituu  Alfi cinta sama kakak!! Alfi sayang sama kakak!!” pekik Alfi dengan suara  pecah  bercampur tangis sambil tetap menggengam jemari Sandra. Ia tak tahu lagi bagaimana caranya agar Sandra kembali kepadanya.

“Apa kau bilang? Cinta? Huh! Coba kau tanyakan pada dirimu sendiri, benarkah yang ada di dasar hatimu itu adalah sebuah cinta? Omong kosong! Apa yang telah kita lakukan selama ini tak lebih hanyalah ungkapan napsu birahi semata!”

“Tidak kakk…Percayalah kak! Alfi benar-benar cinta dan sayang pada kakaaak”

“Cukup! Aku tak ingin mendengar itu lagi. Dan lepaskan tanganku atau aku tak bakalan sudi lagi bertemu denganmu.”

Alfi terpaksa melepas tangan pujaannya itu.

“Mulai sekarang aku tak ingin lagi kau mencampuri hubunganku dengan Paijo! Apabila kau tak suka kau boleh angkat kaki dari sini!”

“K..ak..” Suara Alfi tercekat dikerongkongan. ia sungguh tak menyangka Sandra, kekasih, cintanya itu mampu mengeluarkan perkataan setega itu padanya. Apakah ia telah lupa saat-saat kala mereka berdua menumpahkan kasih sayang? Apakah benar semua itu hanyalah gairah semata?

“Mari Jo biar aku obati dulu wajahmu!” ujar Sandra tanpa menghiraukan Alfi lagi. Lalu ia membalikan badan sambil membimbing Paijo masuk ke dalam kamarnya.

Alfi merasakan hatinya bertambah perih mendengar kalimat terakhir dari Sandra barusan.

Alfi sudah tak lagi berusaha mengejar Sandra ataupun Paijo. Ia duduk terhenyak di sebuah kursi lalu meletakan kepalanya di meja sambil tersedu-sedu. Kejadian ini benar-benar telah mencabik-cabik perasaannya. Nadine dan Dian yang sejak tadi menyaksikan semua itu tak dapat berkata apa-apa. Alfi menepis tangan bik Iyah yang hendak membantu memoleskan balsem pada pipinya yang mulai bengkak.

“Biar saya saja yang mengobati Alfi Bik” ujar Nadine

Wanita tua itu akhirnya meninggalkan mereka.

“Fi ayo kita ke Paviliun nanti kakak akan menjelaskan semuanya”

******************************

“Fi Mari biar kuobati dulu memarmu” ujar Nadine saat mereka berada di Paviliun.

“Tidak usah kak. Biarkan saja.”

“Jangan begitu. Nanti sakit dan bekasnya tidak hilang-hilang jika tak di obati”

“Sepuluh kali lebih sakit dari ini masih bisa Alfi tahan ketimbang perih di hati Alfi sekarang. Perasaan Alfi benar-benar sungguh hancur kak”

“Iya iya kakak tahu itu…sekarang diam sejenak biar balsam ini tak kena matamu”

Alfi masih bermuka masam saat pipinya di olesi dengan balsem oleh Nadine.

Kesedihan hatinya terasa menghimpit dadanya beberapa kali lipat dari sebelumnya. Benarkah  Sandra sudah tak lagi memiliki perasaan sayang terhadapnya.Dan apa yang menjadi keistimewaan anak itu sehingga Sandra  lebih memilih anak itu ketimbang dirinya? pikir Alfi heran. Pastilah si Paijo bertambah jumawa dan merasa besar kepala akibat pembelaan Sandra terhadapnya.

“Fi, biarkan saja kak Sandra-mu. Lagian kan masih ada kami Fi” ujar Dian.

“Kok kakak malah belain anak itu? bahkan kakak berdua tak pernah memberi tahu Alfi padahal  sudah tahu hal ini sejak lama”

“Fi jangan salah paham. Kami cuma ingin membantu kak Sandra-mu bukannya Paijo”

“Sama saja kak. Tetap saja si Paijo yang dapat enaknya!”

“Jangan-jangan.. kakak berdua juga pernah…..?” pertanyaan itu tiba-tiba saja melintas di benaknya, hatinya bergetar penuh kekuatiran karena baru menyadari ada kemungkinan bocah kampung itu bertualang lebih jauh di dalam wilayah kekuasaannya.

Sejenak Dian dan Nadine diam.. Kedua gadis itu diam sejenak karena hendak mencari kata-kata yang pas buat menjelaskannya pada Alfi. Terutama Dian yang pernah tidur dengan Paijo. Namun Alfi yang sedang sedih dan kesal langsung dapat menangkap dan mengartikan  kediaman mereka.

“Benarkan kak?!” kejar  Alfi bertambah penasaran dengan kediaman mereka berdua.

Tiba-tiba ia teringat akan bekas cupangan pada dada Dian tempo hari. Lalu membanding-bandingkannya dengan apa yang tadi siang ia lihat di dada Sandra.

“Itu tidak benar, Fi” jawab Nadine.

Alfi maju ke arah Dian. Lalu dengan sigap ia membuka satu persatu kancing blouse Dian.

“Fi kamu mau apaa?” tanya Dian heran melihat perbuatan Alfi.

Meski sudah hampir hilang namun ia masih dapat melihat tebaran cupangan secara samara-samar di permukaan dada Dian.

“Ini apa! Tuhh kan sama dengan kak Sandra!…berarti pernah!…Woaahhhh!!!” Alfi tak dapat menahan kekesalan dan kesedihannya ia menangis meraung sejadi-jadinya. Ia sungguh tak rela para bidadarinya di jarah satu persatu oleh Paijo.

“Baik Fi kakak ngaku! kakak memang pernah melakukannya tapi cuma sekali dan karena iseng saja Kok dan kakak berjanji tak bakal mengulanginya lagi.” ujar Dian berkilah.

Sebenarnya ia juga kesal akan ulah Paijo yang melakukan cupangan saat bercinta dengannya. Bikin repot orang saja! Gerutu Dian dalam hati. Pasti Alfi tadi sempat melihat kondisi tubuh Sandra yang mirip dengan yang ada ditubuhnya saat ini sehingga Alfi dapat menduga dan membuktikan secara tepat bahwa itu adalah bekas percintaan yang telah ditinggalkan oleh Paijo.

“Sama saja!! Huu..huu berarti kakak semuanya telah menghianati cinta Alfi!” teriak kesal anak itu membaur dengan tangis.

Nadine dan Dian benar-benar merasa iba sebab ia belum pernah melihat Alfi sesedih ini. Namun mereka berdua nyaris tertawa karena geli akan ucapan Alfi itu. sekuat tenaga mereka menahan keinginan tawa mereka sebab tak ingin kekesalan Alfi semakin menjadi-jadi. Memang terkadang mereka sendiri tak begitu yakin apakah kata ‘cinta’ yang kerap Alfi ucapkan pada mereka itu adalah sebuah cinta yang sesungguhnya atau cuma ungkapan rasa suka yang berlebihan yang lebih didasari oleh nafsu birahi semata.

“Ihh…apa juga kataku!” ujar Nadine membesarkan bola matanya pada Dian sambil berusaha menenangkan anak itu.

“Pasti kakak juga begitu, kan?!” kali ini pandangan Alfi tertuju kepada Nadine.

“Fi  dengar dulu! Sungguh cuma Sandra dan aku yang pernah berhubungan intim dengan-nya, kak Nadine-mu tidak mau ikut-ikutan Fi. kamu boleh periksa kalau tak percaya” jelas Dian

“Alfi tetap tidak terima!! Whu huuu huu…” tangis Alfi tak juga mereda meski tahu seorang bidadarinya tak sampai ikut di ‘makan’ Paijo. Ia tetap merasa rugi terutama menyangkut soal Sandra sang bidadari utamanya.

****************************

Hari mulai gelap tapi Alfi belum dapat menghilangkan kesedihan hatinya. Ia duduk diberanda paviliun sambil terus menatap ke arah jendela kamar Sandra. Nadine mengeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Alfi tersebut lalu. Ketika malam semakin larut. Alfi bertekat masuk untuk menemui Sandra. Ia ingin meminta maaf atas kejadian tadi sore dengan harapan kali ini Sandra mau kembali padanya dan mengusir Paijo. Ia juga takut jika aksi Paijo akan makin melebar ke bidadarinya yang lain. Namun rasa penasarannya malah membuat hatinya bertambah sakit. Dari celah pintu kamar Ia harus menyaksikan bagaimana Paijo menujukan dominasi dan legitimasinya atas tubuh wanita yang paling ia sayangi itu  sekaligus memberikan sebuah orgasme.

“Jooo…..akuuu…dapettttt!!! Oughhhhh!!” tubuh Sandra tersentak-sentak dalam letupan kenikmatan dasyat itu.

Paijo mendekap pinggang Sandra sambil melakukan tusukan jauh. Sandrapun menyambutnya dengan mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sehingga  Pubicnya yang tertutup rapat oleh bulu-bulu itu melekat kuat pada pubic hitam Paijo. Saat inilah yang sangat dinanti-nantikan Paijo. Seperti yang sudah-sudah disaat orgasme vagina Sandra akan menghisap penisnya secara kuat dan akan membawa ikut dirinya mengalami ejakulasi yang sangat enak secara bersamaan.

Crettt…creettt…creettt

“Oghhhhh…buuuu..enakkkk!!!” pekik Paijo tertahan, air maninya bermuncratan hingga meluber keluar dari sela-sela tautan kemaluan mereka.

Ketika itu Sandra menoleh ke arah pintu. Ia melihat wajah penuh kesedihan Alfi di sana. Ia jadi merasa iba dan tak tega juga melihat kedua pipi Alfi telah basah oleh air mata. Walau bagaimanapun anak itu sudah mempunyai tempat di dalam hatinya. Perkataan kasarnya tadi sore ia ucapkan hanya karena tak suka melihat Alfi memukul Paijo. Sandra berencana akan menemui Alfi dan menjelaskan semuanya besok pagi setelah hati anak itu agak tenang. Alfi kembali lagi ke Paviliun. Baru kali ini ia merasakan menjadi orang yang kalah. Menyaksikan secara langsung proses penyetorkan benih bayi oleh Paijo kepada Sandra membuatnya limbung tak bertenaga.

“Bukankah tadi kakak sudah melarang kamu ke sana Fi?” ujar Nadine melihat Alfi duduk  melamun di teras tanpa menghiraukan puluhan nyamuk lapar berebut mengigitinya..

Akhirnya Nadine memutuskan untuk membawa Alfi pergi ke rumah Niken malam itu selain merasa kasihan juga karena kuatir Alfi menjadi tak dapat mengendalikan emosinya sehingga terulang lagi keributan seperti tadi siang dengan Paijo.

*************************

Malam sudah semakin larut ketika mereka tiba di rumah Donnie dan Niken

“Gwha..ha.haa!” terdengar gelak tawa Donnie setelah mendengarkan penuturan dari Alfi padanya. Matanya sampai berair karena tak kuat menahan geli.

“Loh kok kak Donnie malah tertawa seperti itu? kakak ikut senang ya melihat Alfi apes seperti ini” ujar Alfi bertambah kesal.

“Bukan begitu Fi…ha ha aku cuma teringat kejadian dulu ketika aku pertama kali melihat kau meniduri kak Niken-mu. Aku tak menyangka ternyata kamu-pun bisa merasakan  kecemburuan..Ha.ha,ha!”

“Sudahlah mas. Nanti Alfi makin sedih” ujar Niken yang sedang menyusui si Fini kecil.

“Iya  ya…maaf kakak Fi. tapi percayalah kakak juga tidak suka orang asing masuk ke dalam ‘lingkungan’ kita. Tapi kakak juga tidak setuju jika kamu langsung main pukul seperti itu.”

“Alfi kesal sekali kak! Alfi tidak rela kak Sandra digituin sama dia! Dan gara-gara dia Alfi dicampakan kak Sandra. Rasanya Alfi ingin dia itu…  arghhh!!” ujar Alfi  meremas rambutnya karena kekesalannya kembali memucak saat teringat akan pemandangan yang dilihatnya di dalam kamar Sandra tadi sore.

“Sabar dulu Fi. sebaiknya kamu jangan berprasangka buruk dulu terhadap Sandra. Kupikir Sandra tak sampai membencimu. Ia hanya marah karena kamu memukul Paijo”ujar Niken

“Sudahlah, besok-besok biarlah Niken yang akan berbicara pada Sandra soal ini. Sekarang kamu nginap saja dulu di sini. Dan untuk sementara waktu selama anak itu masih di rumah Sandra sebaiknya kamu tidak usah ke sana-sana dulu”

“Nien..aku pulang dulu. Kasihan Alfina sejak pagi ia kutinggal sama ibu di rumah” ujar Nadine.

*****************************

Setelah Nadine pergi.

“Fi, kamu tidur dengan kak Dian-mu di kamar bawah ya” bujuk Niken.

“Alfi ngga mau tidur sama kak Dian! Alfi mau ke rumah kak Lila saja malam ini”

“Aduh Fi, kakak kan sudah minta maaf tadi” ujar Dian jadi ikut-ikutan merajuk.

“Sudah..sudah …kamu sama kakak malam ini Fi” ujar Niken berusaha menengahi keributan kecil itu.

“Nien, ini kan belum sampai empat puluh hari?” Tanya Donnie.

“Ga pa pa kok mas, rasanya aku sudah bersih sekarang” jawab Niken.

Malam itu setelah menidurkan putrinya. Niken kembali  melakukan persetubuhan dengan Alfi.setelah tiga bulan berpisah ranjang  Meski belum sampai empat puluh hari sejak ia melahirkan. Wanita cantik itu rela melakukan itu demi membuang kesedihan Alfi. Percintaan itu berlangsung di hadapan suaminya. Donnie tahu selain Sandra hanya istriya yang memiliki ikatan batin begitu besar dengan Alfi. Niken memang mampu membuat hati Alfi nyaman. Namun penis besar Alfi lumayan membuat Niken sedikit kesakitan pada saat penetrasi.

“Nien kamu ga pa pa kan?” Tanya Donnie melihat bercak merah menyelimuti kulit penis Alfi. Penuh sekali belahan vagina istrinya itu. Alfi memang sudah sangat kangen dengan mantan gurunya itu. Ia melakukan genjotan dalam tempo yang sangat lambat. Seakan ingin menikmati setiap gesekan kulit  penisnya dengan kelembutan liang senggama Niken.  Liang senggama Niken-pun tak berubah sama sekali setelah melahirkan. Alfipun kali ini dapat menikmati air susu Niken sepuasnya sambil menikmati lumatan istimewa liang vagina Niken.

“He e mas….Cuma perih sedikit”

“Tapi enak kan?”

“He em enak banget” ujar Niken sambil tersenyum geli.

Malam itu Donnie bukan saja tak dapat porsi ia juga harus rela Alfi mengambil ‘keperawanan kedua’ istrinya. Ia harus puas dengan hanya beronani karena Alfi tak pernah sekejabpun melepaskan dekapannya dari  tubuh Niken. Pantatnya yang bulat terus menerus berayun dan hanya sesekali saja berhenti henti sepanjang persetubuhan. selama  itu juga erangan demi erangan kenikmatan mereka berdua silih berganti menambah panasnya percintaan itu.

“Oughhhh Fii!! Kakak dapetttt!!” pekik Niken ketika orgasmenya menjelang. Itu sudah yang kesekian baginya.

“Ohh kakk …Alfiii juga dapett!”

Crotttt…crottt..crottt..

Alfi belum mereda. Tapi ia sadar Niken perlu banyak beristirahat karena harus bangun malam menyusui putri mereka. Alfi mengecup kening Niken lalu bangkit dari tempat tidur.

“Loh Fi, mau kemana?” Tanya Donnie heran.

“Alfi ga mau kak Niken kelelahan. Biar Alfi sama kak Dian dulu”

Niken tersenyum.

“Baiklah. Tapi jangan bertengkar lagi ya”

“Iya kak”

“Mas di sini saja. Biarkan mereka berdua” ujar Niken mencegah Donnie ikut-ikutan bangkit.

Tanpa mengenakan pakaiannya lagi, Alfi pindah ke kamar bawah di mana Dian sedang terbaring sendirian di sana.

“Oh  Fi..Kamu?”

Alfi naik ke tempat tidur. Langsung membekap bibir Dian dengan ciuman membara. Dian membalas ciuman itu. Tangannya melingkar di leher Alfi. Satu persatu kancing baju tidurnya terlepas sehingga dadanya yang tak terbungkus lagi oleh Bra itu membusung terkeluar . Ciuman Alfi beralih dari bibir menuju leher jenjang Dian. Menjelajahi tiap jengkal permukaan kulit halus itu hingga sampai pada kedua bukit kembar indah di dada Dian.

“Engggg Fiii” desahnya manja ketika bibir Alfi melumat salah satu puting susunya

Dian menggeliat dan mengerang menahan nikmat yang diberikan Alfi.

“Ohh Fiii.. masukinn kakak sudah pingin banget” bisik Dian sambil menarik celana dalamnya kesamping memungkinkan penis Alfi menyusup ke dalam miliknya.

Alfi membentangkan kedua paha kekasihnya itu sambil mengarahkan ujung kulupnya ke vagina Dian yang tertutup oleh bulu-bulu halus nan lebat. Alfi menekan pantatnya perlahan. Lalu sedikit demi sedikit penisnya tenggelam. Menuju kedalaman paling dasar dari liang senggama Dian.

“Argghh…” Dian menggelepar saat mulut rahimnya tertekan oleh ujung kulup Alfi.

Penuh sekali. Benda yang pernah merobek keperawanannya dulu itu sudah tubuh secara sempurna seiring kedewasaan Alfi. Tak ada lelaki lain yang dapat menandinginya. Alfi mendiamkan penisnya. Ia belum mengocok sambil memandangi wajah cantik Dian di bawah temaram lampu kamar. Dian-pun balas menatapnya.

“Hmm kamu sudah memaafkan kakak, sayang?”

“Kakak.. berjanjilah untuk tidak melakukannya sama Paijo lagi”

“Tentu sayang. Kakak berjanji”

Mereka kembali berciuman secara  panas. Alfi-pun mulai mengayunkan pinggulnya memulai percintaannya di malam yang panjang dan sahdu itu.  Dian benar-benar dibuat Alfi  tak berdaya. Ia menggelepar dalam keindahan multiorgasme di sepanjang persetubuhan berlangsung. Tubuh keduanya terus berayun dalam ritme yang harmoni.

Mereka bercinta kurang lebih dua jam dan setelah Alfi mendapat orgasmenya yang ke tiga barulah segalanya berhenti. Mereka  tertidur tetap dalam posisi missionary dengan penis Alfi masih menancap pada vagina Dian. Setidaknya percintaan dengan kedua wanita malam itu bisa membawa ketenangan sementara bagi jiwa Alfi yang sedang terguncang.

***************************

Esok harinya di apartement Robert dan Lila

“Fi, kak Sandra-mu melakukan itu agar ia dapat hamil bukannya semata-mata karena benci atau bosan padamu” ujar Robert. Ia sudah mendapat penjelasan dari Nadine tentang kejadian malam itu.

“Tapi mengapa harus sama Paijo? Pokoknya Alfi ngga rela!”

“Haihh…..kamu sayang dengan Kak Sandra-mu kan Fi?”

“Iya lah kak buktinya Alfi sedih begini. Kok ditanya lagi”

“Fi… Sayang dan cinta adalah sesuatu anugrah yg kita terima datang dengan sendirinya tanpa harus memikirkan untung dan rugi terhadap apapun. Tapi rasa sayang dan cinta itu tak hanya sekedar ucapan dibibir saja. Atau ditunjukan dengan seks yang menggebu-gebu. Cinta butuh lebih dari itu. Ia butuh sebuah pengorbanan yang kita beri tanpa rasa pamrih ikhlas dan tulus tanpa mengharapkan balasan apa-apa. Cinta itu akan menjadi sesuatu yang lebih indah ketika kita bisa berkorban buat kebahagian orang yang kita cintai. Walau pengorbanan itu menjadi hal yang menyakitkan buat kita. Aku tahu kali ini kasusnya berbeda dengan sewaktu kau merelakan Kak Lila-mu menikah denganku dulu tapi  justru saat inilah sebenarnya rasa cinta dan kasih sayangmu terhadap Sandra diuji. Walaupun ini terasa sangat berat buatmu, tapi aku berharap kau bisa melalui ujianmu ini. Bukankah ada ungkapan yang berbunyi seperti ini ‘cinta dan sayang itu akan selalu abadi di hatimu walau kau tak dapat memiliki balasan dari orang yang kau cintai itu’.

“Alfi ngga suka dengar ungkapan itu kak” ujar Alfi cemberut.

“Suka atau tidak suka kamu harus mau menerima kenyataan yang menyakitkan ini demi kebahagiaan Sandra , Fi.  Itu bila kamu benar-benar mencintai kak Sandra-mu”

“Lantas… Alfi harus gimana sekarangg kak?”

“Saat ini biarkanlah kak Sandra-mu menjalin hubungan bersama dengan Paijo. Kamu harus rela sebab Sandra juga berhak mendapatkan apa yang ia dambakan selama ini dan hal tersebut tak dapat kamu berikan. Dan aku yakin hubungan mereka hanya berlangsung  hingga Sandra memperoleh kehamilan.”

Membiarkan Paijo anak udik itu bersama bidadarinya? Apa yang lebih menyakitkan dari itu?

“Kamu paham dan mau menuruti semua ucapanku Fi?”

“i..yaa..pa.ham ..kaak hk hk huh u ”  jawab Alfi. tubuhnya terguncang-guncang sambil terisak-isak ia tak menyangka begitu menyakitkan sebuah pengorbanan itu.

“Bagus itu baru namanya seorang lelaki jantan” ujar Robert berusaha membuat hati Alfi lebih tegar.

“Satu hal lagi. Kau harus menjaga jangan sampai hal ini sampai terdengar oleh Didiet agar tak menimbulkan permasalahan bagi perkawinan mereka berdua”.

“Kamu harus tabah ya Fi” hibur Lila. Ia sesungguhnya ingin menghibur anak itu dengan sebuah percintaan namun berhubung usia kandungannya sudah memasuki masa-masa rawan maka ia tak dapat berbuat apa-apa kecuali menghiburnya dengan ucapan.

*********************************

Satu minggu sudah kejadian itu berlalu. Alfi tak pernah lagi menampakkan batang hidungnya di rumah Sandra. Tak terasa  liburan kenaikan kelas bagi Alfi-pun tiba. Hingga pada sebuah siang. Terlihat Paijo sedang tertiduran di ruang strika. Sejak bercinta dengan Sandra. Ia menjadi sering ketiduran di siang hari bolong. Fisiknya tak mampu bekerja rangkap siang dan malam. Saat ia terjaga dari tidur lelapnya. tiba-tiba saja ia terkejut bukan main.

“Eh Ohh..jangkrikk! Kamuuu   mauu a.paa.?”ujar Paijo terkejut bercampur gugup melihat orang yang  menyerangnya beberapa hari yang lalu kini tengah duduk di samping tempat ia tertidur.

“Tenang Jo. Bila aku ingin mencelakaimu itu bisa saja aku lakukan sejak tadi saat kau tidur”

“Sebaiknya kamu keluar dari sini atau saya bakal lapor ke bu Sandra!”

“Silakan saja bilang ke kakak. Aku tidak takut kok Tapii ..Ehem..kudengar-dengar kamu punya istri di kampung ya dan kabarnya dia itu mantan bunga desa”

“Kamu  kamuu..mau apa?”

“Kasihan dia pastilah sangat kesepian karena lama ditinggal suami merantau. Aku rasanya ingin sekali mampir menengok ke desamu sekaligus mencicipi bagaimana rasanya nikmatnya jepitan  memek seorang perempuan kampung. Meski sedang hamil yah…lumayanlah.”

“Setaann!!” ujar Paijo berang.

 Ia tak dapat menahan emosinya mendengar ucapan-ucapan Alfi tentang Surti.. Ia bangkit dari kursi dengan kedua tangan terjulur mengarah ke leher Alfi. Namun Alfi tak tinggal diam. Sebelum tangan Paijo berhasil meraihnya, dengan mudahnya ia menghindar dan menangkap lengan Paijo lalu memuntirnya sehingga tubuh Paijo hilang keseimbangan dan  jatuh terterungkup di lantai. Kini Paijo benar-benar tak dapat berkutik Posisi Alfi tepat menindih punggungnya sementara tangan kanannyapun terkunci dibelakang. Alfi tetap bukanlah tandingan Paijo. Meski dari ukuran fisik dan usia mereka tak jauh berbeda. Gemblengan ilmu bela diri dari Donnie sudah banyak yang ia kuasai dengan sempurna sekarang.

Kali ini Alfi bertindak lebih tenang tak seperti pada hari saat mereka pertama kali berkelahi.

“Aduhhh… sakittt!!!Lepaskan!!” teriak Paijo. Tapi ia baru teringat kalau bu denya sedang tak di rumah saat itu. Harapannya tinggal pada Sandra yang mudah-mudahan dapat mendengar jeritannya.

“Silakan berteriak maka akupun akan sekalian mematahkan batang lehermu.” Ancam Alfi. Ia membuktikan ancamannya dengan memutar kunciannya lebih jauh sehingga membuat Paijo semakin kesakitan.

“Ampunnn kang…lepaskan saya …sakittt!! Hu  huuu huu” rintih Paijo yang juga mulai meratap dan menangis. Ia benar-benar tak berdaya kali ini.

“Huh! Kau sendiri yang datang mencari gara-gara. Sudah punya istri tapi masih mau menggangu milik orang lain. Tidakkah kau berpikir sia –sia saja penantian istrimu selama ini. Entah bagaimana perasaannya ketika mendengar suaminya bukannya mencari uang buat biaya ia melahirkan  tapi malahan enak-enakan bikin bayi baru di rantauan.” Ujar Alfi mengkuliahi Paijo.

“Ja..gaannn …toloongg jangann ganggu Surtiii Kangg…apalagi katakan hal itu padanya. Aku tak ingin ia tahu dan sedih… sayaa akan meninggalkan tempat ini sekarang juga bila itu mau akang ..huh ..huuu…” mohon Paijo dalam tangisnya. Ia menjadi sangat ketakutan bila perbuatannya bakal diketahui oleh Surti dan gadis itu akan meninggalkan dirinya.

Tiba-tiba Alfi mengendorkan kunciannya. Ia juga melepaskan tindihannya pada  punggung Paijo sehingga anak kampung itu terbebas. Alfi duduk terhenyak bersandar di dinding. Ia  diam dan bahkan tak lagi memperdulikan Paijo. Matanya hanya menatap ke depan dengan pandangan kosong. Paijo pun duduk sambil memegang pergelangannya yang masih menyisahkan sakit. Ia heran melihat perubahan sikap Alfi yang tak segarang tadi. Meskipun demikian hatinya sudah ciut buat melawan.

“Hei! Mau kemana kamu?!” tanya Alfi saat Paijo bangkit hendak meninggalkannya.

“M..mau berkemas buat pulang ke kampung kang”

“Bego! siapa suruh kamu pulang!”

“bu..bukankah itu maunya akang?” tanyanya bingung bercampur takut.

“Aku justru tak ingin kamu pergi karena aku tak ingin kak Sandra menjadi sedih”

“Lantas saya harus bagaimana sekarang kang?”

“Aku kemari bukannya buat menghalangi hubungan kalian. Aku bahkan tak akan mengganggumu lagi setelah ini.” Alfi diam sejenak. Mengumpulkan kekuatan hatinya untuk mengatakan sesuatu yang sangat menyakitkan baginya sendiri. Berkali-kali ia menelan ludahnya sebelum akhirnya meneruskan perkataannya dengan suara bergetar “Aku… cuma ingin berpesan padamu agar kau harus berusaha membuat  kak Sandra bahagia dengan… sebuah ..kehamilan”.

“Haa..?” ujar Paijo bengong karena bingung. Ia heran Alfi rela membiarkan ia terus melakukan percintaannya dengan Sandra. Bukankah kemarin bocah saingannya ini begitu  membencinya. Tapi dibalik itu ia senang bukan main berarti tak ada lagi penghalang bagi hubungannya dengan majikannya yang molek itu.

“Eh malah bengong!” hardik Alfi sebal. 

“B..bbaik kang. Saya tak bakalan mengecewakan kang Alfi”

“Bagus! Tapi ingat! Jangan pernah ganggu kak Dian lagi ataupun kak Nadine. Urusanmu di sini hanya buat membuat kak Sandra  hamil. Lalu setelah kau berhasil. Kau-pun harus segera minggat dari sini selamanya”

“Baik kang” Jawab Paijo setuju. Huh! apa hakmu berkata demikian ujar Paijo dalam hati. Itu kan tergantung sepenuhnya pada mereka sendiri. Paijo menduga dan yakin jika para wanita di rumah itu sebenarnya lebih suka kepadanya ketimbang Alfi. Tapi saat ini biarlah ia mengalah dulu dan berpura-pura menurut sebab ia tak mungkin bisa menang menghadapi Alfi.

“Ada sesuatu hal lagi”

“Ya kang?”

“Jangan sampai hal ini sampai diketahui oleh orang lain luar”

“Kang Alfi tenang saja, saya tidak mungkin melakukan itu”. ujar Paijo dengan pedenya.

“Kamu jangan asal berjanji Jo! Kau tahu apa yang akan aku lakukan padamu  apabila perkawinan kak Sandra dan Kak Didiet sampai hancur gara-gara mulutmu yang longcer itu?”

“Tii..dak. Memangnya apa yang akan akang lakukan?” Paijo kembali merasakan sesuatu yang tidak enak dari suara dingin yang Alfi sedingin tatapan matanya.

“Aku akan mencarimu Jo. Setelah ketemu…. Lalu dengan tanganku sendiri aku akan mengiris-iris barang-mu yang pendek itu menjadi potongan-potongan yang kecil. Dan aku akan melakukan itu dengan sangat perlahan hingga saat itu terjadi kau tak akan tahu lagi perbedaan antara hidup dan mati.”

“Aduhh!!.. A..ampun kangg. Jangan lakukan itu pada saya. Saya akan melakukan semua perintah akang dan percayalah saya akan pegang janji!” ujar Paijo tergagap ketakutan. Ia terperanjat bukan main mendengar ucapan terakhir dari Alfi tersebut. Meski Alfi mengucapkan kalimat tersebut dengan suara yang datar namun justru sangat membuat ia merasa ‘Syok!’. Ia yakin sekali jika Alfi akan melaksanakan ancaman yang di arahkan kepada dirinya tersebut. Sungguh iapun tak menyangka sedemikian besarnya perhatian dan kasih sayang pemuda disampingnya itu pada Sandra sehingga membuatnya sanggup berkata sedemikian mengerikan-nya.

Alfi bangkit meninggalkan Paijo yang masih terbengong ketakutan dalam imajinasinya. Lalu ia melintas ke dalam rumah menuju ke kamar Sandra. Saat ia masuk ke dalam kamar, Ia melihat bidadarinya tergolek dalam keadaan tertidur lelap. Sebetulnya ia kangen sekali pada wanita itu namun sepertinya ia sedang tak ingin berlama-lama di sana. Lalu Ia mendekat dan dengan lembut ia kecup kening Sandra. Perlahan sekali karena ia  tak ingin Sandra terganggu dan terbangun dari tidurnya. Lalu ia bangkit dan pergi keluar dari kamar.

“Fii..tunggu” terdengar suara lembut yang sangat ia rindukan memanggil namanya.

Alfi menoleh ternyata Sandra telah duduk pinggir tempat tidur. Sebenarnya Sandra memang sedang tidak tidur. Mulanya ia sangat gembira mengetahui yang datang ke kamarnya adalah Alfi. Bahkan tadinya ia berpikir Alfi kembali ke rumah untuk bercinta dengannya siang ini. Ternyata dugaannya meleset. Alfi hanya mengecup keningnya. 

“Kakak?..maaf telah membuat kakak terbangun. Sebetulnya tadi Alfi ingin pamitan dengan kakak”

“Memangnya kamu mau hendak pergi kemana?” Tanya Sandra heran. Ia baru menyadari ketika melihat sebuah ransel besar pada punggung Alfi menandakan anak itu memang dalam keadaan siap untuk menempuh sebuah perjalanan.

“Kak. hari ini Alfi  tujuh belas tahun” ujar Alfi tanpa menjawab pertanyaan Sandra barusan.

“Oh..sayangg benarkah?..”

“Ya kak. Dan Alfi juga naik kelas”

Sandra mendekat dan langsung memeluknya. Lalu mengecup bibir anak itu dengan mesra. mereka berciuman hangat.

“Kamu belum mengatakan kamu akan pergi kemana?” Tanya Sandra lagi. Alfi mengendurkan dekapannya.

“Beberapa hari yang lalu sekolah sudah libur jadi Alfi memutuskan untuk ikut bang Wayan pimpinan regu pendaki gunung buat mendaki gunung XX hari ini”

“Loh? Bukankah kakak sudah  melarang kamu buat ikut kegiatan itu Fi?” ujar Sandra cemas. Apakah si Wayan itu sudah gila membiarkan para pemula seperti Alfi ikut mendaki bersama mereka. Ia tahu gunung XX adalah gunung tertinggi di antara beberapa gunung di gugusan itu. Bahkan saat ia masih kuliah dulu pernah terjadi beberapa pendaki hilang dan tak pernah kembali lagi dari sana. Gunung itu memang terkenal angker karena terlalu sering memakan korban. Para pendaki mengatakan bahwa gunung itu  memiliki lereng-lereng yang sangat curam. Sebetulnya yang paling menakutkan adalah seringnya muncul kabut tebal secara mendadak yang dapat membuat para pendaki kehilangan arah dan pandangan. Apakah tidak ada gunung lain yang lebih landai atau aman buat didaki?.

“Alfi kan sudah hampir satu tahun ikut latihan mendaki. Jadi tak ada yang perlu kakak  kuatirkan. Lagian ada kak Wayan bersama tim-nya yang akan mengawasi kami kok.”

“Tapi Fi apa yang kamu lakukan itu penuh dengan resiko. Kakak tetap tak mengijinkan kamu pergi”

“Kenapa kak? Ini adalah impian Alfi sejak lama. Bukankah kakak juga berani mengambil resiko buat meraih impian kak Sandra?”

Sandra terkejut. Ia ini adalah salah satu konsekuensi yang harus ia terima akibat perbuatannya dengan Paijo. Setidaknya hal itu juga yang telah membuat Alfi menjadi nekat seperti ini. Sejak awal ia sudah dapat menerka jika Alfi bakal menolak kehadiran Paijo. Namun karena hasratnya buat memiki bayi begitu besar ia tetap juga melakukannya juga. Sekarang ia harus menanggung segala resikonya. Termasuk pula resiko yang bakal ia hadapi saat Didiet mengetahui hal itu.

“Fi apakah kamu masih marah pada kakak? Maafkan atas perbuatan dan perkataan kakak tempo hari. Kakak tak bermaksud menyakiti hatimu. Kakak mohon urungkan kepergianmu” ujar Sandra tetap ngotot.

“Kakak sayang, Alfi tahu itu. Alfi tidak  pernah membenci kakak. Alfi justru sangat sayang pada kakak. Tapi jika Alfi tetap di sini itu sama artinya kakak membiarkan Alfi mati pelan-pelan dalam kesedihan karena melihat kakak bersama Paijo. Ijinkanlah Alfi pergi kak Kakak harus percaya Alfi bisa menjaga diri” mohon Alfi.

Sandra sadar semua ucapan Alfi benar adanya. Tapi ia menjadi bingung karena dihadapkan dalam dua pilihan yang sama beratnya. Dan ia harus memilih salah satu sekarang. Bila ia tak ingin Alfi pergi. Tak ada jalan lain ia harus memulangkan Paijo. Dan itu berarti ia harus rela melepas segala keinginannya untuk memiliki seorang bayi.

Atau sebaliknya ia harus membiarkan Alfi pergi.

“Baiklah Sayangg, sekarang juga kakak akan meminta bik Iyah memulangkan Paijo asalkan kamu tidak pergi ke gunung itu” bujuk Sandra kali ini. Ia memutuskan untuk  melepas keinginannya. Ia sadar kini betapa besar arti Alfi dalam kehidupannya. Ada lebih dari hanya sekedar sebuah ketakutan bila terjadi sesuatu pada anak itu. Seakan merasakan ada bagian dari dirinya yang bakal hilang.

“Tidak kak. Alfi tetap harus pergi” jawaban Alfi itu sungguh mengejutkan sekaligus membuat Sandra bertambah bingung.

“ Aduhhh Fiii…kakak harus bagaimana lagiii?”

“Alfi justru tak ingin menjadi penghalang bagi impian kakak. Alfi sudah tak mampu memberikan sesuatu yang sangat kakak dambakan selama ini. Alfi akan lebih merasa berdosa membiarkan kakak kembali larut dalam kesedihan. Biarlah semuanya berjalan dulu kak. Dengan demikian Alfi juga akan tahu apakah ucapan kakak tempo hari benar jika apa yang pernah kita lakukan selama ini hanyalah didasari oleh napsu semata atau karena ada kasih sayang di situ. Alfi juga sudah minta Paijo menemani dan menjaga kakak selama Alfi pergi. ”

Apa? Alfi berbicara kepada Paijo? Ia memohon pada saingannya itu? Sadarlah Sandra kini betapa besar rasa kasih sayang Alfi kepada dirinya.  Sebelum ia rela bekorban buat Alfi ternyata anak itu sudah terlebih dulu melakukannya.

“Tapii Fi…kakak…kakakk…” Sandra kini sudah kehabisan akal bagaimana caranya membuat Alfi mengurungkan niatnya pergi ke gunung itu. Anak itu benar-benar tak dapat di cegah lagi sekarang. Ia tak dapat lagi menahan butiran air matanya kali ini Ia sebenarnya bukanlah seorang wanita yang cengeng dan gampang menangis tapi dalam  kemelut dan tekanan yang datang silih berganti melanda dirinya mau tak mau membuatnya menyerah dalam derai air mata. Alfi mendekat lalu mengecup ke dua pipi Sandra.

“Kak ..Alfi pergi dulu. Jaga diri kakak baik-baik” bisiknya lembut. Ia tahu Sandra tak akan memberinya ijin sampai kapanpun. Tanpa menunggu lagi persetujuan Sandra, Lalu ia memutuskan segera pergi dari situ sebelum tangis wanita yang dicintainya itu pecah dan membuat hatinya goyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar