Sabtu, 31 Maret 2012

Cinta Sang Bidadari Buat Alfi 1

Mentari pagi menerobos lembut kaca jendela ke dalam rumah. Di pagi cerah penuh simfoni terlihat Sandra sedang duduk termagu-magu di ruang keluarga. Meski belum mandi dan berias namun wajahnya yang bulat telur tetap saja terlihat cantik. Hidungnya meliuk dari dahi ke bawah dan meruncing di bagian ujung membentuk sudut yang manis dengan bibirnya yang sensual. Ia memang memiliki semua anugrah yang di idamkan kaum wanita. Kulitnya yang halus berwarna putih menambah keelokan tubuh sintalnya. Sayang tak ada senyum dan keceriaan menghiasi wajahnya saat itu. Wajahnya yang cantik itu justru menggurat sebuah kesedihan. Nampak Didiet sang suami baru saja keluar dari kamar dengan menyandang sebuah koper kecil. Pagi ini ia harus berangkat ke kota G. Ia menoleh di mana sang istri tercinta duduk menatap sesuatu di kejauhan padahal sesungguhnya dia tak melihat apapun di sana.

“Say, aku sudah siap.”

“Sarapan saja dulu biar aku temani” ajak Sandra bangkit dari kursi.

Mereka pergi menuju ke ruang makan. Di atas meja  sudah tersaji nasi goreng kegemaran Didiet. Sandra tak banyak bicara sejak semalam. Mereka duduk berseberangan meja.

“Tidak ikut sarapan Say?” tanya Didiet saat melihat Sandra hanya dengannya tanpa membalik piring makan.

“Biar nanti saja. Aku belum merasa lapar”

Didiet tak mau banyak bertanya lagi. Ia tahu suasana hati istrinya saat itu sedang tidak bagus. Sesungguhnya ia tak tega meninggalkan cintanya itu sendirian dalam keadaan demikian. Namun Sandra bersikeras tak ingin ikut dengannya kali ini. Kesedihan Sandra bukannya tanpa sebab. Semua itu dimulai sekitar satu bulan yang lalu ketika itu ia melakukan test kehamilan dengan mempergunakan alat test yang banyak dijual di pasaran. Hasilnya menyatakan bahwa ia telah ‘positif’ hamil. Entah apakah karena barang tersebut diproduksi secara masal sehingga tidak akurat hasilnya. Ataukah dikarenakan ia terlalu gembira dengan hasil instant tersebut hingga tak lagi melakukan test yang lebih akurat di klinik Lila. Yang jelas setelah satu bulan berjalan, dan baru tadi malam setelah mereka memeriksakan diri pada Lila, di sanalah mereka baru mengetahui  bila hasil yang di perlihatkan alat tersebut ternyata salah. Memang belum terjadi kehamilan pada dirinya hingga saat ini. Kenyataan itu tak hanya sangat mengecewakan hati Sandra  namun juga meninggalkan kesan tidak mengenakkan bagi ia dan Didiet karena mereka sudah terlanjur mengadakan acara penyambutan atas kehamilan tersebut dengan mengundang teman-teman dan kerabat dekat mereka.

“Dit…Apa kata mereka jika mengetahui bahwa aku sebenarnya belum hamil?” Tanya Sandra saat Didit selesai menyantap sarapan. Didiet maklum jika istrinya itu masih diliputi perasan gusar dan sedih.

“Sudahlah manis, tak perlu lagi kau risaukan hal itu. Kukira mereka semua bisa mengerti akan kondisi kita” kata Didit berusaha menghibur istrinya.

“Mengapa hal ini terjadi padaku Dit? Di saat wanita lain dengan mudahnya hamil sedangkan aku yang memiliki dua pria sekaligus dalam hidupku malah tak kunjung  hamil ” keluh Sandra.

Didiet menghela napas sungguh ia tak bisa berbuat banyak. Padahal sejak diketahui Sandra sulit hamil, dia-pun tak pernah lagi mempergunakan alat kontrasepsi saat berhubungan intim dengan istrinya sebagaimana halnya Alfi.

“Bukankah Lila pernah mengatakan jika dirimu bukannya tak mungkin hamil namun hanya perlu waktu” Ujarnya saat  teringat penjelasan Lila saat Sandra melakukan pemeriksaan medis secara lengkap kira-kira satu tahun yang lalu.Hasil pemeriksaan ketika itu sangat mengejutkan mereka berdua. Diketahui ternyata Sandra memiliki rahim yang terbalik atau terlipat ke belakang dalam bahasa medisnya di sebut uterus retrofleksi. Pada umumnya letak rahim seorang wanita menghadap ke depan atau disebut antofleksi. Hal itu kemungkinan terjadi karena adanya perlengketan rahim dengan organ rektum yang dapat disebabkan oleh adanya riwayat infeksi pada organ kandungan. Tapi menurut Lila mereka tak perlu kuatir karena hal itu tak membuat Sandra tak dapat hamil namun hanya agak lambat saja.  Lebih lanjut Lila menyarankan agar mereka melakukan hubungan intim dalam posisi tengkurap atau lazim disebut knee-chest position, hal itu diharapkan dapat membuat posisi rahim kembali ke posisi yang normal. Lalu setelah persanggamaan usai di bawah  panggul Sandra harus diganjal dengan bantal dan kedua kaki di angkat atau disandarkan pada dinding. Ia harus tetap diam dalam posisi itu selama kurang lebih 15 menit-an. Tujuannya selain agar sperma tidak tumpah keluar dan memberinya  kesempatan agar dapat masuk ke saluran telur atau tuba fallopi dalam jumlah yang cukup banyak untuk selanjutnya membuahi sel telur atau ovum  disana. Tentu saja ada cara lain apabila upaya tadi tetap tak membuahkan hasil yaitu dengan jalan operasi untuk mengembalikan posisi rahim sekaligus melakukan terapi terhadap penyebabnya. Demikian penjelasan dari Lila kala itu.

“Tapi sampai kapan kita harus menunggu, Dit? Sudah hampir dua tahun kita menikah dan selama satu tahun ini semua saran Lila sudah kita lakukan  termasuk mencoba posisi bersanggama seperti yang  ia anjurkan pada kita.namun hasilnya tetap saja nihil. Atau haruskah aku menempuh jalan terakhir …operasi?”

“Sayang.. sayang.. aku tak ingin membiarkan dirimu menempuh resiko terlalu besar demi sebuah kehamilan. Sepertinya kita dituntut untuk bersabar sedikit lebih lama lagi. Asalkan kita tak berputus asa, aku percaya dan yakin jika suatu hari nanti seorang bayi mungil dan lucu pasti datang buat kita. Kau dengar aku manis” Bisik Didiet memeluk hangat tubuh si cantik itu dan mengecup lembut bibir dan keningnya.

“Ya Dit, Maafkan aku bila sudah ikut membebani pikiranmu”. Sandra sadar ia tak sendirian menghadapi masalah ini. Bukankah ada Didiet di sisinya. Memang Ia sangat membutuhkan dorongan secara moril dari suaminya itu. Namun demikian tak seharusnya ia terlalu berlarut-larut dalam keresahan seperti sekarang ini. Bukan tak mungkin  keluhan-keluhannya justru membuat suaminya ikut-ikutan tenggelam dalam keresahan sehingga mengganggu pekerjaannya. Tentu saja Sandra tak menginginkan hal itu terjadi.

“Sttt…sudahlah.” Didiet melirik ke arah arlojinya.

“Sudah tiba waktunya aku harus pergi. Apakah kamu yakin tak ingin menemaniku manis?” ujarnya

Sandra menggeleng lemah.

“Akhir-akhir ini aku merasa kondisi fisikku tak begitu baik Dit. Itu mungkin disebabkan kerena selama satu tahun ini aku selalu bolak balik menemanimu ke kota G. Bukankah Lila juga mengatakan jika salah satu penyebab sulitnya terjadi pembuahan dikarenakan factor keletihan. Karena itu aku memutuskan untuk tidak pergi bersamamu dulu kali ini”

“Baiklah. Mungkin benar kau butuh istirahat. Baik-baiklah di rumah. Ajak bik Iyah menemanimu selama aku pergi. Apabila nantinya kamu mulai bosan di rumah, susul aku manis”

Sandra masih membalas lambaian suaminya sebelum kendaraannya lenyap dari pandangan..

***********************

Bik Iyah adalah seorang pembantu yang telah bekerja selama lebih dua puluh tahun pada orang tua Sandra. Bik Iyah juga adalah pengasuh Sandra di saat masih kecil. Selama ini ia sering dimintai Sandra buat menemaninya apabila ia ditinggal ke luar kota oleh Didiet seperti sekarang ini. Wanita tua adalah seorang yang sangat setia dan tak banyak bicara. Ia bahkan tahu mengenai ‘rahasia” kehidupan rumah tangga Sandra dan Didiet. Meski demikian ia tak pernah mengatakan hal itu pada siapapun. Sebenarnya Sandra memiliki seorang pembantu sendiri bernama bik Nah. Namun agar rahasia di dalam rumah ini tetap aman sengaja Bik Nah bertukar posisi dengan Bik Iyah. Matahari sudah agak meninggi saat bik Iyah muncul. Tapi ia tak datang sendirian. Bersamanya ikut pula seorang pemuda tanggung.

“Siapa dia bik?”

“Ini Paijo keponakan saya Non. Dia baru datang kemarin dari kampung.” Jelas bik Iyah. Meskipun sang nona majikannya itu sudah dua tahun menikah namun ia masih saja memanggil dengan sebutan non.

Bik Iyah menjelaskan bahwa ibu  Paijo  adalah adik kandungnya. Usia Paijo baru menginjak 16 tahun. Kurang lebih enam tahun yang lalu telah terjadi sebuah bencana besar di desa mereka yang terletak di sebuah lembah bukit.. Ketika itu hujan turun dengan lebatnya selama dua hari dua malam. Lereng bukit yang gundul oleh penebangan liar tak mampu menahan terjangan air yang ditumpahkan dari langit. Ribuan kubik tanah tergerus turun dengan cepat menuju lembah di mana desa Paijo berada. lalu  dalam hitungan detik menerjang puluhan rumah penduduk. Tak hanya harta benda yang menjadi korban, bencana itu juga merengut jiwa puluhan penduduk desa itu termasuk kedua orang tua Paijo.. Di usianya yang belum genap 10 tahun Paijo telah menjadi yatim piatu. Tak ada sanak familinya yang tersisa tinggal hanyalah Bik Iyah sang Bu de.

Karena semua kerabat dekat mereka ikut menjadi korban maka sejak itu pula  Bik iyah terpaksa harus mengambil alih tanggung jawab sebagai orang tua bagi Paijo termasuk membiayai hidup dan sekolahnya. Lalu Paijo dititipkan bik Iyah pada seorang duda  tua budiman yang mau menampung Paijo di rumahnya. Dengan demikian ia dapat terus bersekolah dan tak harus ikut bu de-nya bekerja di kota.

Sandra memperhatikan penampilan pemuda itu dari kepala sampai ujung kaki. Tak ada yang istimewa. Seperti kebanyakan anak kampung lainnya. Kulitnya hitam kesat hangus terbakar sinar matahari. Bahkan lebih hitam dari si Alfi. Sebuah kemeja putih usang yang tak bisa dikatakan putih lagi membalut tubuh kurus ceking itu. Ada hal yang menggelitik bagi Sandra saat ia melihat gaya rambut pemuda itu dalam potongan menyamping dan awut-awutan.Bagian depan sepertinya sengaja di biarkan tumbuh panjang hingga menutupi mata kirinya. Kerap kali tangannya harus menyibakan bagian itu  atau dengan mengayunkan kepalanya kesamping agar tak mengganggu pandangannya. Sebuah tali hitam yang tipis melilit ketat pada leher anak ini membuat ia semakin terlihat norak dan kampungan. Namun dibalik itu semua terlihat kepolosan dimata anak itu. Terkesan seperti seorang anak desa yang belum teracuni oleh kebiasaan dan cara pergaulan anak-anak muda di kota.

“Saya minta ijin dari non karena saya mengajak dia bersama saya.  Paijo ini belum bisa apa-apa jadi saya terpaksa mengajaknya kemanapun saya kerja dengan begitu ia bisa belajar melakukan pekerjaan-pekerjan rumah tangga”ujar Bik Iyah.

“Tidak apa-apa bik. Saya tak keberatan kok. Biarkan ia  menginap bersama bibik  sekalian bisa membantu bibik selama di sini”

“Makasih non. Nah  Jo bilang terima kasih sama Bu Sandra”

“Terima kasih bu” ucap anak itu

“Mumpung masih pagi bibik pergi belanja ke pasar dulu.”

Setelah bik Iyah pergi. Sandra terlihat sibuk memasukan satu persatu cucian  ke dalam mesin cuci. Meski selama ini ada bik Iyah dan Bik Nah yang membantunya. Ia tetap melakukan sendiri beberapa pekerjaan-pekerjan rumah. Sandra sangat menyadari tanggung jawabnya sebagai seorang istri. Apalagi dalam suasana hati yang kurang menyenangkan seperti sekarang ini. ia lebih baik memiliki cukup kegiatan agar tak terus larut dalam kegelisahan.

“Bu, biar saya saja yang mengerjakannya” tiba-tiba terdengar suara seseorang menyapanya.

“Oh..kamu Jo. Kamu pernah dan bisa mencuci dengan mesin cuci Jo?” ternyata suara tadi  memang benar suara Paijo. Anak itu menawarkan diri untuk membantu. Ternyata Paijo cukup tahu dirisetelah ia sudah diberi tumpangan tinggal di sini.

“Belum bu. tolong ajari saya biar selanjutnya saya bisa sendiri”

Ternyata Paijo dengan cepat memahami semua petunjuk yang diberikan Sandra.

“Kenapa ke kota Jo? Bukannya kamu seharusnya masih sekolah” Tanya Sandra membuka percakapan. Sedari tadi anak itu lebih banyak diam dan cuma bicara seperlunya saja. Sandra berusaha menghilangkan kecanggungan itu.

“Cari kerja bu”

“Mengapa harus capek-capek kerja bukankah masih ada Bik Iyah yang membiayaimu.”

“Tak mengapa bu, saya juga tak mau terus-terusan membebani bu De buat membiayai sekolah dan hidup saya di kampung. Lagian saya kerja biar bisa ngasih nafkah buat istri saya bu”

“Ha…istri? Kamu sudah beristri Jo?” ujar Sandra terperanjat mendengar kasus kawin muda seperti ini ternyata masih saja terjadi dijaman millennium seperti sekarang ini.

Sungguh keterlaluan pikir Sandra karena masih ada saja orang tua yang tak mengerti akan pentingnya sebuah pendidikan bahkan membiarkan anak-anak mereka kawin di usia muda demi hal-hal yang berbau mitos dan kekolotan. seperti masih saja percaya pada pepatah banyak anak berarti banyak rejeki-nya.

“Bik iyah mengijinkan kamu menikah?”

“Tidak bu. Itu semuanya memang salah saya. Itu karena saya tidak menuruti omongan bu de ” Sandra melihat kegugupan pada Paijo saat mengatakan itu. Seakan ada sesuatu yang sengaja hendak ia tutup.

“Hmm…Lantas dimana istrimu sekarang?”

“Masih di kampung bersama ibu mertua saya”

“Loh kok ditinggal? kan bisa ikut kerja juga”

“Soalnya dia sedang hamil bu. Kasihan kalau dia harus ikut saya ke sana kemari sedangkan di sana ada keluarganya yang ngurus”

“Apaa Hamil?! Istrimu sudah HAMIL?” Sandra kembali tersentak kaget mendengar pengakuan Paijo tersebut. mendadak hatinya terasa perih. Ia jadi teringat lagi akan persoalannya. Apalagi mendapati kenyataanan bahwa begitu gampangnya seorang gadis hamil.

“Bu..? bu Sandra”

Sandra tersadar dari lamunannya saat mendengar namanya dipanggil berulang-ulang oleh Paijo.

“Ibu tidak apa-apa?” Tanya Paijo heran melihat majikan barunya itu mendadak diam dalam waktu yang cukup lama.

“Eh..u.ya. Pasti kamu berhenti sekolah karena Surti hamil kan?” tebak Sandra. Sedikit demi sedikit ia mulai faham urut kejadian dan apa penyebab Paijo harus datang ke kota S ini. Ia telah salah menilai tadi. Ternyata anak ini tak sepolos yang ia duga. Tentu saja ia lupa pada masa sekarang ini di mana arus informasi sudah semakin baik malah justru cenderung lebih banyak membawa dampak negative ketimbang baiknya sehingga mempunyai peran besar atas bergesernya nilai-nilai moral kehidupan bagi generasi muda kini. Seperti tayangan sinetron yang kerap mengekspos prilaku kehidupan remaja kota justru banyak ditiru oleh  penonton remaja seperti Paijo.

“I..ya bu” jawab Paijo dengan kepala menunduk. Ia merasa malu karena aib yang telah diperbuatnya di kampung akhirnya di ketahui juga oleh majikan barunya itu dalam tempo yang singkat.

Surti nama gadis itu. Ia  sebenarnya teman sekolahnya Paijo. Surti kedapatan hamil empat bulan. Dan itu perbuatan Paijo. Setidaknya demikian yang diakui gadis itu pada orang tuanya. Paijo-pun tak menyangkal saat dimintai pertanggungjawaban. Ia memang pernah menyetubuhi gadis itu. Singkat cerita agar tak menjadi aib mereka segera dinikahkan. Namun si perempuan tetap tinggal bersama orang tuanya karena mereka dianggap masih terlalu muda dan belum mampu hidup berumah tangga secara mandiri. Sementara Paijo sendiri karena tak lama lagi akan  menjadi seorang bapak ia harus belajar bekerja buat menafkahi anak istrinya kelak Begitulah sepenggal-demi sepenggal kisah hidup yang dituturkan Paijo pada Sandra.

“Kamu tidak usah malu Jo. Meski usiamu masih terlalu muda buat berumah tangga namun  kamu harus memikul tanggung jawabmu sebagai seorang suami dan calon bapak dari janin yang dikandung Surti dengan bekerja secara giat dan bersungguh-sungguh” ujar Sandra menasehati.

“Ya bu. Terima kasih”ucap Paijo lirih. Ia merasa beruntung mendapat seorang majikan yang baik dan perhatian seperti Sandra.

***********************

Jam menunjukan sudah pukul lima sore. Terlihat Paijo sedang mengayunkan strikaan. Lembar demi lembar pakaian ia gosok hingga hampir satu keranjang penuh. Semuanya ia strika dengan rapi. Bu de-nya berpesan agar ia lebih baik melakukan pekerjaannya satu kali dalam waktu yang lama ketimbang terburu-buru namun hasilnya mengecewakan. Hari ini ia telah mengambil alih hampir semua pekerjaan berat bu de-nya di rumah  kecuali memasak. Setidaknya bik Iyah merasa sangat terbantu sekali dengan hadirnya keponakannya itu. Ia pun gembira melihat Paijo melaksanakan tugas yang diberikan padanya dengan giat tanpa mengeluh sedikitpun. Bahkan sejak pagi hari anak itu hanya berhenti sejenak buat makan siang lalu bergegas kembali pada pekerjaannya. Paijo terus mengayunkan strikaan. Semakin lama  tumpukan pakaian yang belum di strika semakin sedikit. Ia senang karena sang bu de memberinya ijin buat pergi jalan-jalan seusai pekerjaan ini. Jemarinya sesekali mengusap peluh yang menjentik di keningnya.

Tiba-tiba ia tertegun sejenak. jantungnya berdegup kencang ketika tangannya mengambil sepotong pakaian berikut yang hendak distrika. Paijo meletakkan strikaan  pada tatakan. Lalu secara perlahan ia mengangkat dan  pentangkan benda di dalam pegangannya itu untuk memandangnya lebih jelas lagi.

“Whoaah..” suara penuh ketabjuban itu keluar secara spontan dari mulutnya yang menganga saat sadar jenis pakaian apa yang sedang ia ambil saat itu.

Benda berwarna krem dan berenda-renda  indah itu tak lain adalah celana dalam milik Sandra. Betapa indahnya! gumam Paijo dalam hati. Belum pernah ia melihat pakaian dalam seindah ini. Hampir seluruh permukaannya tertutup oleh renda-renda hingga menyisakan sedikit saja bagian tertutup di bagian tengah bawah. Tentu saja Paijo tahu bagian mana yang bakal ditutupi itu. Dalam hati ia tertawa. Buat apa orang memakai benda ini jika sebenarnya hampir tak ada bagian yang bisa ditutupi.

Ia menoleh ke dalam keranjang. Iapun menemukan beberapa potong lagi barang sejenis. Lalu ia mengambil sebuah lagi. Ternyata benda yang satu ini adalah pasangan benda pertama tadi. Sebuah bra yang memiliki warna dan motif senada dengan celana dalam tadi. Tiap tonjolan itu berukuran cukup besar dan mampu menampung sebuah jeruk bali paling besar sekalipun.

Lama ia memandanginya seakan ada getaran aneh menembus kalbunya Terbayang  sosok Sandra yang baru kenal pagi tadi. Sungguh! baru pertama kali hatinya begitu takjub akan seorang wanita. Sandra memang wanita muda yang memiliki raga yang sempurna. Wajah cantiknya terlihat begitu ideal dipadu dengan tubuh indah dan sintal. Jantung Paijo  berdebar semakin tak karuan ketika membayangkan Sandra yang  bertubuh tinggi semampai itu terbungkus oleh dua potong pakaian dalam berenda di dalam pegangannya itu. Mendadak ia merasakan ketidaknyamanan pada selangkangannya. Ternyata  kemaluannya membesar secara cepat dan mendesak celana usang dan sempit miliknya. Namun beberapa saat kemudian kesadarannya muncul kembali. Buru-buru ia turunkan kedua tangannya yang sedang memegang pakaian dalam Sandra sambil celingukan ke kiri dan ke kanan. Untung saja saat itu tak ada seorangpun yang memperhatikan perbuatan bodohnya barusan. Ia sadar ia bakal membuat susah dirinya dan bu de-nya apabila bu Sandra mempregokinya saat itu. Rasa takut dan cemas telah mengalahkan napsu-nya yang tadi sempat naik. Bagaikan bara api yang sempat menyala lalu tersiram oleh air es. Selanjutnya ia berusaha keras membuang jauh-jauh semua pikiran negative yang menempel di benaknya dan kembali fokus menyelesaikan pekerjaannya. Lima belas menit kemudian semua pakaian di keranjang telah terstrika rapi. Sesuai dengan pesan bu denya setelah itu ia harus membawa pakaian-pakaian tersebut masuk ke dalam rumah. Ketika ia sampai di depan kamar Sandra. Tiba-tiba saja ia mengurungkan niatnya buat mengetuk pintu. Pintu kamar itu terbuka separuh sehingga membuatnya dapat  melihat ke arah dalam. Paijo terdiam di tempat tanpa kuasa membuang pandangannya ke arah lain. Saat itu ia melihat majikan barunya Sandra sedang duduk bibir tempat tidur dengan satu buah kakinya terjuntai ke bawah sedangkan yang satunya ia letakan di atas ranjang. Wanita cantik itu hanya memakai pakaian tipis dan pendek. Begitu pendeknya sehingga kakinya yang indah dan panjang terbuka  hingga ke pangkal pahanya. Jemarinya tengah membalurkan cream ke setiap jengkal kulit pada kakinya yang kencang dan tak ada lemak sedikitpun. Tangan Paijo gemetar memegang bakul strikaannya saat memperhatikan betapa kulit wanita itu begitu putih dan membuat tampilan kaki berkilau menggoda saat terkena pantulan sinar mentari sore yang menerobos dari celah-celah kain tirai.

Baru kali ini ia percaya akan  sebuah ungkapan tentang keindahan betis seorang wanita yang diumpamakan sebuah padi membunting itu. Penisnya menggeliat di dalam kesesakkan dan keterbatasan ruang. Bereaksi alamiah dan tak ada kekuatan apapun yang mampu menghalanginya untuk membesar dengan cepat. Naluri kejantanannya yang dengan susah payah ia redam tadi tergiring kembali pada gelora yang kini tak terkendali.

Paijo meletakkan keranjang pakaian itu di luar kamar dekat pintu. Lalu bergegas pergi dari situ sebelum Sandra menyadari kehadirannya. Ia berlari menuju kamarnya. Mengunci pintu dari dalam. Dan dengan tergesah-gesah membuka celana nya. Lalu mengeluarkan miliknya telah berair dan didera rasa gatal. Tak lama kemudian ia sudah merintih-rintih oleh kenikmatan bermasturbasi dalam tuntunan imajinasinya. Melepaskan rasa geli yang menyengat penisnya dengan hentakan-hentakan ejakulasi. Lalu membawanya tertidur dalam keletihan dan kelegaan. Paijo baru terjaga ketika bu denya mengetuk pintu kamarnya.

“Jo bangun!”

“Ada apa bu de?” tanya paijo setelah membuka pintu kamar. Ia masih mengucek-ngucek matanya.

“Hari sudah mampir gelap. Kamu lekas mandi. Setelah itu kamu bantu bu de menyiapkan makan malam” ujar bik Iyah. Paijo melihat ke arah jam dinding ternyata sudah pukul enam lewat sepuluh.

“Baik bu de” jawab Paijo. Tertidur sejenak barusan cukup dapat memulihkan tenaganya serta rasa gelisahnya terhadap Sandra.

Kala usai makan malam Sandra sempat melintas ke dalam dapur di mana Paijo saat itu sedang mencuci piring. Detak jantung Paijo kembali berpacu ketika mencuri pandang ke arah nyonya majikannya itu. Wajar saja wanita cantik ini begitu percaya diri selalu menggunakan baju terusan yang pendek jenis baby doll karena ia memang memiliki dua batang kakinya yang panjang dan sangat indah mempersona.
Paijo

Paijo

***********************

Pukul delapan. Sandra sedang melewati malam itu dengan membaca sebuah majalah di atas tempat tidurnya. Lembar demi lembar ia baca hingga akhirnya ia meletakkan majalahnya tersebut setelah merasa tak ada lagi artikel yang menarik untuk dibacanya. Pandangannya menatap ke arah langit-langit kamar. Pikirannya menerawang jauh. Malam ini terasa begitu sepi dan membosankan. Ia merasa sedikit menyesal mengapa menolak tawaran Didiet untuk ikut ke kota G. Beberapa bulan belakangan Alfi mulai jarang menginap. Itu terjadi sejak semakin banyaknya wanita yang masuk ke dalam kehidupannya. Sandra-pun akhirnya harus rela berbagi waktu dengan mereka. Meski sebenarnya ia sendiri tak bakal mampu meladeni napsu Alfi yang tak pernah ada mati-nya itu. Namun ketika anak itu semakin jarang mendatanginya ia justru semakin kesepian dan merindukan belaiannya. Terutama di saat-saat di tinggal sendiri oleh suaminya seperti sekarang ini. Malam belum terlalu larut namun Ia tak melihat bik Iyah maupun Paijo sejak tadi. Ia tahu kebiasaan perempuan tua itu yang selalu tidur lebih awal setelah pekerjaannya selesai. Namun si Paijo apakah juga sudah tertidur juga? Biasanya orang desa yang merantau ke kota seperti mereka selalu menghabiskan waktu buat menonton acara televise hingga larut malam. Mungkin saja Paijo  kelelahan akibat sehari-harian sejak pagi hingga sore membantu bik Iyah mengerjakan sebagian besar pekerjaan di rumah ini. Ia berniat meminta bik Iyah menemaninya. Biasanya iapun bisa minta wanita tua itu untuk memijit tubuhnya. Sebenarnya ia tak berniat membangunkan pembantunya itu namun Ia sangat tak menyukai  kesendirian seperti sekarang ini.

Sandra keluar dari kamar dan berjalan menuju ke arah belakang rumahnya. Bagian tersebut terpisah dari bagian utama rumah yang terdiri dari dapur, laundry, kamar pembantu 2 buah, satu buah kamar mandi. Dan kamar Bik Iyah terletak paling ujung setelah kamar Paijo. Saat melintasi kamar Paijo langkahnya terhenti. Sandra mendengar suara-suara aneh kedengarannya mirip seseorang yang merintih-rintih dan sepertinya ia mengenali itu adalah suara si Paijo. Tak hanya itu ia juga mendengar suara berderit.

Kreyot…kreyot..kreyot…

Apa yang terjadi pada anak itu? pikir Sandra. Apakah ia menginggau? Pintu kamar anak ini juga tak tertutup rapat. Ada sebuah celah meski sedikit sekali namun cukup memungkinkan bagi Sandra untuk dapat melihat ke dalam kamar itu.

Alangkah terkejutnya Sandra melihat ke arah dalam kamar yang sempit itu. Nampak si Paijo sedang tidur terlentang di atas ranjang dalam keadaan bugil sementara tangan kanannya mencengkeram erat batang kemaluannya yang sedang berdiri tegak. Anak itu  sedang bermasturbasi. Ternyata suara aneh yang terdengarnya dari luar tadi adalah suara drit ranjang kayu yang bergoyang yang diakibatkan gerakan anak itu saat mengocok kemaluannya yang berdiri tegak di tengah gerombolan jembutnya yang lebat dan kusut. Sandra dapat melihat semua dengan jelas dari tempat ia mengintip. Kepala dan batang kemaluan Paijo hingga ke kelima jemarinya sudah basah dan licin karena berlumuran air mani yang meleleh keluar dari lubang pipisnya. Penis anak itu berukuran standar-standar saja. Namun Sandra tetap terpana menatapnya. Ujungnya yang bulat kemerahan membuka dan menutup akibat kulit kulupnya ikut tertarik dan terdorong mengikuti arah kocokan. Sesekali terlihat jemarinya melakukan gerakan mengosok bagian glans yang sangat sensitive tersebut. Kasihan Paijo mungkin ia merindukan Surti pikir Sandra. Sandra tahu libido anak remaja seusia itu memang sedang tinggi-tingginya. Mana mungkin ia dapat menahan hasrat seksualnya. Terpisah jauh dari istri-nya itu tentunya merupakan hal yang sangat menyiksa bagi Paijo. Mulut Paijo terus mengeluarkan rintihan-rintihan kenikmatan. Sepertinya dia tak hanya merintih tapi juga berkata-kata sendiri. Sandra tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang Paijo ucapkan. Satu menitan Paijo menghajar kemaluannya. Cengkramannya semakin ketat. Akhirnya ia  telah sampai pada tahab yang ia inginkan dari kegiatan bermasturbasinya. Dan…

“Buuu..Sandraaa!….Oghhh!…” Paijo terpekik tertahan beberapa detik menjelang ejakulasinya.

Alangkah terkejutnya Sandra saat mendengar itu. Ia pasti tak salah dengar. Namanyalah yang terlontar dari bibir Paijo saat berejakulasi. Ternyata dugaannya meleset. Paijo tak sedang membayangkan istrinya melainkan justru sedang menghayalkan dirinya.

Crottttt..crooottt…crooottt…Sandra nyaris terpekik saat melihat gumpalan demi gumpalan putih dan kental susul menyusul melenjit dari ujung penis pemuda itu bahkan gumpalan pertama terlontar tinggi nyaris satu meter dari lubang tempat asalnya bagaikan  bak peluru terlepas dari laras pistol. Begitu tinggi-nya gairah anak itu hingga orgasmenya berlangsung dengan sangat kuat.

Paijo terus menghajar batang penisnya dengan kocokan-kocokan liar hingga tetes terakhir pejuh-nya keluar. Mungkin ada sepuluh gumpalan air mani yang telah terbuang begitu saja dari testis anak kampung itu. Gumpalan-gumpalan yang kemungkinan besar  begitu subur dan berisi benih calon-calon bayi yang gemuk dan montok. Justru apa yang ia cari kini tersia-sia berceceran diatas tubuh Paijo, di seprey bahkan di penjuru sudut kamar sempit itu. Sungguh sayang pikir Sandra. Dengan langkah gontai Ia perlahan meninggalkan area tersebut dan kembali ke kamarnya dengan membawa kegelisahan. Di atas ranjangnya ia berbaring lesu. Peristiwa tadi benar-benar memancing ketegangan dan membangkitkan gairahnya. Semua erotisme yang terjadi tadi terus menerus berputar-putar di benaknya seakan tak mau meninggalkan pikirannya.. Ia menduga pastilah si  Paijo sejak awal telah  beronani sambil membayangkan dirinya. Mau tak mau ia harus mengakui jika ia begitu terangsang melihat pemuda itu bermasturbasi. Apalagi teringat anak itu menghayalkan dirinya Sandra-pun merasakan cairan cintanya memancar keluar tanpa dapat ia cegah sehingga celana dalamnya menjadi sangat  basah.

“Ohh..Fiii…” desahnya. Sungguh sial kenapa gairahnya mengelora di saat-saat sekarang padahal jadwal Alfi mendatanginya barulah besok malam. Memang sejak hadirnya Niken dan Lila di dalam mata rantai kehidupan rumah tangganya yang aneh ini, praktis membuat Alfi menjadi jarang mampir ke rumah. Dalam satu minggu Sandra hanya mendapat jatah sebanyak dua hari. Itupun terkadang harus berbagi dengan Nadine yang terkadang tinggal satu rumah dengannya. Ditambah lagi beberapa bulan belakangan Alfi sering kali tak datang memenuhi jadwalnya membuat Sandra semakin terabaikan. Ketika ia justru merasa sangat membutuhkan belaian pemuda itu ada saja alasan dari Alfi. Ikut acara kemping-lah, eskul-lah, dan lain-lain alasan.  Sandrapun cukup maklum dan menyadari jika Alfi juga punya kehidupan sebagai mana orang lain. Alfi sudah semakin dewasa. Ia bukan anak kecil lagi seperti saat ia datang pertama kali. Bulan ini ia berulang tahun yang  ke tujuh belas. Jelas ia butuh berinteraksi dengan bermacam-macam sosial link masyarakat demi perkembangan kepribadiannya. Bukannya hanya menjadi tempat penyalur birahi bagi ia dan wanita-wanita di sekelilingnya semata. Setelah lewat pukul satu barulah Sandra tertidur.

**********************

Keesokan harinya sebuah kabar bahagia datang dari rumah sakit bersalin. Niken telah melahirkan dengan selamat. Meski dalam keadaan hamil Lila tetap ikut membantu persalinan sahabat baiknya itu. Kini Alfi mendapatkan seorang putri lagi. Wajah mungil itu tak mirip  sedikitpun dengan dirinya. Mata, hidung, bibir, hingga warna kulit tak ada terkecuali semua mirip Niken. Fini nama depannya adalah singkatan dari nama Alfi si bapak biologisnya dan Niken sang bunda. Donnie justru yang memilihkan nama itu. Tentu saja hanya orang-orang tertentu saja yang tahu soal asal-usul nama itu.

“Mana Sandra, Fi?” Tanya Niken saat tak melihat Sandra di antara mereka yang hadir.

“Eng.. katanya ia ingin melihat si Jabang bayi terlebih dahulu, kak”

Sementara itu di depan ruang bayi terlihat Sandra sedang berdiri memandang ke arah deretan kotak tempat tidur bayi dari balik kaca dengan tatapan mata sendu. Makluk-makluk mungil dan lucu itu terlihat ada yang menangis karena lapar ada pula yang sedang tertidur pulas. Tapi semua tingkah mereka sungguh mengemaskan hatinya. Bilakah ia dapat merasakan anugrah itu tumbuh di dalam perutnya lalu ia lahirkan dan merasakan kebahagiaan saat menyusuinya. Tiba-tiba ia merasa kepalanya mendadak pusing dan dunia seakan berputar. Tangannya  mencoba berpegangan pada sesuatu. Namun sebelum itu terjadi pandangannya sudah menjadi gelap. Untung saja ada seorang perawat di sekitar situ. Perawat itu melihat gelagat kurang bagus langsung menangkap tubuh tubuh cantik yang hampir jatuh itu.

“Duduk saja dulu, Ibu mungkin terlalu letih” ujar perawat Tak lama kemudian terlihat Nadine dan Dian menyusul. Mereka terkejut melihat Sandra dipapah oleh seorang perawat.

“Sand kamu baik-baik sajakan?” Tanya Nadine mengambil alih sahabatnya itu dari si perawat. Lalu mengajaknya duduk di kursi.

“Tidak apa-apa kok. Mungkin aku cuma kurang tidur saja”

“Syukurlah kalau begitu. Sebaiknya kamu duduk saja dulu sampai badanmu lebih enakan” ujar Dian sambil menyodorkan segelas air mineral kepadanya.

“Oya aku mau melihat bayinya Niken”ujar Dian

Dian dan Nadine tak menangkap kegelisahan pada wajah sahabatnya itu. Mereka berdua tertawa gembira di depan kaca. Sandra pergi ke kamar Niken di saat yang lain masih di ruang bayi. Di sana tinggal Alfi seorang yang menemani Niken.

“Selamat ya Nien. Kamu pun seperti Nadine. Lengkap sudah kebahagianmu kini” ucap Sandra.

“Sabar ya Sand, aku yakin kamu-pun bakal mendapatkan buah cintamu” Niken yang mempunyai perasaan yang peka dapat membaca kesedihan pada wajah dan perkataan Sandra.

“Makasih ya Nien. Aku akan sabar menanti”

“Fi, kamu juga harus berusaha terus biar kak Sandramu bisa ngasih adik ke Fini ya”

Ujar Niken pada Alfi.

“Iya kak”

“Oya kak Alfi minta maaf karena belum bisa mampir nanti sore karena ada kegiatan pecinta alam” kata Alfi pada Sandra.

“Aduhh Fi… masa tidak jadi lagi? Padahal minggu lalu kan juga ga jadi. ” ujar Sandra kecewa. Padahal ia sangat mengharapkan kehadiran Alfi untuk menghabiskan malam ini bersamanya.

“Iya kak. Sebenarnya Alfi akhir-akhir ini sibuk melakukan latihan mendaki. Kak Wayan intruktur kami mengatakan pertengahan bulan depan bertepatan liburan kenaikan kelas akan ada kegiatan pergi mendaki lereng gunung XX bagi para junior tim dan itu hanya dilakukan satu tahun sekali.”

“Apa? Mendaki? Kamu boleh ikut sebatas latihan namun kakak engga ngasih kamu ijin buat  mendaki”

“Wahh kak padahal Alfi pingin banget pergi.”

“Pokoknya tidak boleh!”

“Fi dengarkan kata kak Sandra-mu. Sebab kakak juga ga setuju soal yang satu itu” timpal Niken.

“Yah… baiklah. Tak apalah Alfi tidak ikut asalkan kakak berdua senang”

“Nah begitu. Kamu ingat pesan kak Didiet kan Fi? Kamu boleh ikut kegiatan apapun sepanjang itu tak membahayakan dirimu Lagian apakah tidak ada klub lain yang punya kegiatan lebih aman ketimbang klub itu Fi?” ujar Sandra

“Bagaimana lagi kak. Alfi suka banget gabung sama mereka-mereka itu. Kebayang kerennya gitu”

“Ya sudah, tapi minggu depan kamu tidak boleh ingkar lagi”

“Iya kakak sayang” ujar Alfi memagut bibir bidadarinya itu.

“Udah ah nanti ada orang lain yang melihat kalian” ujar Niken mengingatkan mereka.

************************

Satu minggu kemudian,

Pada suatu malam

Di dalam kegelapan kamar, Sandra berbaring di atas ranjangnya dalam kegelisahan. Beberapa malam terasa sangat menyiksa tanpa kehadiran suaminya maupun Alfi. Sejak sore ia belum juga dapat memejamkan mata. Ia masih memikirkan bayi-bayi lucu di rumah sakit tempo hari. Entah mengapa lama-lama lamunannya malah beralih membayangkan Paijo. Memang sejak kejadian malam itu. ia jadi sering memperhatikan pemuda itu.. Sandra tahu anak itupun amat sering mencuri-curi memperhatikan dirinya saat sedang mengerjakan pekerjaannya sehari-hari di rumah. Entah mengapa ia malah suka diperhatikan oleh anak itu. Semakin lama memikirkan Paijo, pikirannya semakin jauh melayang dan Aneh  kini alam pikirannya malah menuju ke dalam kamar Paijo. Dan Sandra seakan tahu persis apa yang sedang terjadi di dalam sana saat ini. Seperti malam sebelumnya anak itu pasti sedang menggelinjang dan merintih dalam kenikmatan sambil membayangkan sesuatu yang erotis yang ada berhubungan dengan dirinya. Lalu membuang benihnya dengan percuma  hingga berceceran kemana-mana. Dan itu ia lakukan kesia-siaan tersebut secara berulang-ulang. Tiba-tiba ia mendengar suara derit halus pintu kamarnya terbuka. Seseorang melangkah masuk ke dalam kamarnya.Dadanya berdetak keras. Meski kondisi kamar agak gelap ia dapat mengenali sesosok bayangan tersebut. Orang itu bukan bik Iyah. Setelah menutup kembali pintu orang itu maju perlahan menuju ke arah dirinya. Lalu berhenti ketika jarak langkahnya tinggal satu dua meter lagi dari tempat tidurnya. Ia hanya berdiri mematung. Kelihatannya ia ragu-ragu untuk terus maju. Sandra berpura-pura tidur namun matanya tetap terbuka sedikit. Dari jarak yang cukup dekat itu dapat melihat dengan jelas. Tak salah, sosok itu memang Paijo adanya. Sandrapun dapat melihat kalau pemuda itu keadaan bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek. Setengah jam yang lalu Paijo beronani di atas ranjang kayunya. Namun tak kunjung bisa ia tuntaskan. Ia sengaja menunda-nunda orgasmenya. Seakan ia berharap ada sesuatu yang lebih nikmat mencengkram penisnya ketimbang jemari-jemari tangannya. Ia sendiri tak tahu dari mana datangnya keberanian melangkahkan kakinya ke arah kamar sang majikan. Tadinya ia hanya coba-coba memutar knop pintu. Yang ternyata tak terkunci. Yakin orang tersebut adalah Paijo namun Sandra ia tetap diam dan tetap berpura-pura tidur. Ia menunggu apa yang akan dilakukan anak itu selanjutnya.

Sekitar lima menit Paijo hanya berdiri diam di pada posisinya. Terlihat sekali jika anak itu masih dipenuhi keraguan. Ia lalu membalikan badan dan kembali ke arah pintu seolah hendak meninggalkan kamar. Namun sepertinya dorongan napsu birahi nya telah memuncak dan terlalu sulit buat dilawan. Ia kembali berjalan ke arah kasur di mana seorang wanita cantik yang sering menjadi model masturbasinya selama ini sedang terbaring. Sandra merasakan tempat tidurnya bergerak karena ada tubuh yang menekannya. Anak ini sudah nekat pikir Sandra. Ia berani naik ke ranjang dari arah punggung Sandra. Sandra merasa ia harus bertindak sekarang. Saat itu tangan Paijo tak sengaja menyentuh sesuatu di atas kasur. Matanya yang mulai dapat beradaptasi dalam suasana gelapnya kamar mencoba melihat apa yang terpegang olehnya itu. Meski samara-samar tapi ia dapat menduga itu adalah sepotong celana dalam seperti yang sering ia strika. Mengapa benda itu tergeletak begitu saja di samping pemiliknya. Oh…apakah bu Sandra tidur dalam keadaan tak mengenakan ini? duga Paijo. ia baru menyadari benda itu begitu lembab. Sesuatu yang secara alami telah membuatnya basah. Sesuatu yang selalu dibungkus oleh celana itu yang telah membuatnya basah. Perlahan ia mendekatkan benda itu ke wajahnya. Lalu mengirup aroma yang menyebar dari situ. Ahkk aroma itu langsung membangkitkan gairah kejantananya. Daging pejal di dalam celana usangnya secara naluri menegang. Berdiri bagai sebuah tonggak. Saat ia masih terhanyut oleh biusan aroma surgawi itu, tiba-tiba

“Clik!” seketika suasana kamar yang semula remang-remang gelap menjadi agak terang oleh sinar lampu. Ternyata Sandra memencet knop lampu di samping tempat tidurnya. Paijo tersentak kaget. Ia bergegas mundur menjauh lalu turun dari tempat tidur dengan ketakutan. Begitu takutnya sehingga kedua lututnya gemetaran dan membuatnya tak mampu buat kabur dari situ. Di lantai ia hanya berlutut seraya berupaya menutupi bagian depan celananya yang menonjol dengan kedua telapak tangannya. Jelas ia tak ingin Sandra melihat bagian tersebut.

“Apa yang hendak kamu lakukan padaku Jo? Kamu ingin memperkosa aku?” Tanya Sandra dengan suara datar.

“Ampunnn buu…sayaa ..sayaa…” Ia pun tak mampu menyelesaikan ucapannya. Wajahnya tertunduk. Tak ada keberanian buat menatap wajah sang majikan. Tentunya tak ada yang perlu dijelaskan lagi. Pastinya Sandra sudah tahu apa maksud dan tujuannya mengendap-endap kemari malam-malam dan naik ke atas ranjangnya. Mana mungkin ada orang yang percaya bahwa ia tak berniat melakukan kecabulan. Meski ia bersumpah sekalipun. Yang jelas ia merasa nasibnya tak lama lagi bakal segera berakhir. Diantara rasa takutnya melintas pula bayangan wajah sang bu de yang sedang melotot kepadanya dengan bola mata nyaris melompat dari tempatnya.

“Mengapa kamu melakukan ini bukankah kamu sangat mencintai istrimu  Jo?” Tanya Sandra lagi.

“Iya buu. Sa..ya sangat mencintainya ta..pii sayaa tidak tahan melihat ibu” ucap Paijo lirih.

Sandra tahu anak itu jujur mengatakan itu. Ia-pun paham sekali bahwa yang ada dihadapannya saat ini adalah seorang anak lelaki yang telah memasuki masa pubernya. Seperti halnya Alfi, Paijo tadinya juga merupakan seorang anak yang belum cukup umur yang karena sebuah keadaan membuatnya terpaksa berkenalan dengan dunia kedewasaan yang seharusnya belum saatnya ia masuki. Seorang anak lelaki yang sudah pernah mengecap nikmatnya persetubuhan. Kini sedang berada di puncak birahinya dan  telah lama menanti tubuh seorang wanita untuk melampiasan segala dendam rindunya pada nikmatnya lumatan sebuah liang senggama pada batang penisnya. Tinggal di dalam satu rumah dengan seorang wanita yang sangat molek justru tak membuat pemuda macam Paijo merasa nyaman. Awal-awal mungkin masturbasi adalah solusi yang tepat. Namun dari hari ke hari dalam godaan yang terus menerus semakin membuat hasrat kejantanannya semakin tak terbendung. Entah dari mana datangnya tiba-tiba saja terbesit sebuah ide gila di kepalanya. Mengapa ia tak memberikan dirinya buat disetubuhi anak kampung itu, siapa tahu dia bisa membuatnya hamil? Bukankah pemuda ini telah membuktikan jika ia menyimpan benih-benih jantan yang dapat berpotensi membuat seorang wanita hamil. Mumpung Didiet dan Alfi sedang tak ada di sini.

Tidak! Sekejap kemudian akal sehatnya kembali menyadarkannya jika ia tak boleh melakukan itu. Benar ia menginginkan sebuah kehamilan. Namun untuk membiarkan Paijo bercinta dengannya sama sekali bukan ide yang benar. Itu sama saja dengan berselingkuh. Meski Didiet suka melihat ia bercinta dengan anak seusia Alfi bukan berarti  ia setuju melihat istrinya dihamili Paijo. Alfi masuk dalam kehidupannya karena Didiet yang menghendaki dan itu juga atas persetujuan dari dirinya sendiri. Tentu saja tak bisa disamakan dengan  situasi saat ini.  Mungkin saja ia hanya butuh benih anak itu. Tentu perlu sebuah cara agar sperma Paijo yang subur itu bisa membuahinya tanpa perlu harus bersetubuh dengan anak itu. Tapi bagaimana caranya? Sandra belum memperoleh jawaban. Meski hatinya sedang diliputi kegundahan tapi ia ingin Paijo melakukan ‘sesuatu’ pada dirinya dan membuatnya hamil.

“Baiklah Jo, aku akan memaafkan semua ini asalkan kamu menuruti semua ucapanku”

“Saya bersedia melakukan apa saja bu, asalkan saya tak dilaporkan sama bu de”  Paijo cepat-cepat menyetujui ucapan Sandra tersebut.

Tadinya ia sudah berpikir jika Sandra akan memanggil bu denya untuk kemudian bersama-sama mengadilinya lalu setelah itu nasibnya akan segera berakhir dengan kebinasaan. Sebab sejak kecil ia hapal betul dengan kebiasaan bu denya itu. Bik Iyah memang terkenal sangat tegas dan ringan tangan bila menindak lanjuti setiap kebandelan keponakannya itu.

“Jo naik kemari”

“Hah..?” Paijo melongo seakan tak percaya akan ucapan Sandra tersebut.

“Ayo..” itu kalimat ajakan yang kedua kalinya. Meski dilanda kebingungan namun Paijo tak ingin Sandra berubah pikiran.

Dengan cepat ia kembali naik ke atas kasur yang empuk itu. Bagi Paijo wajah Sandra yang tersiram cahaya lampu kecil itu tetap saja terlihat begitu cantik meski tanpa polesan make up. Paijo dulu berpikir jika ia sudah sangat beruntung bisa memperistri Surti karena dianggapnya gadis dari desanya itu merupakan wanita paling cantik. Tapi jika dibandingkan dengan wanita yang berdiri dihadapannya ini Surti bukan apa-apa lagi. Wanita ini seolah jelmaan atau mungkin saja benar-benar seorang bidadari dari kayangan.

“Ehm..Jo..”

“Iya bu”

“Kamu sering.. masturbasi kan?”

“Apa mantu..basi?”

“Dasar terbelakang! Udik!” pikir Sandra

“Ngocok maksudku” ujar Sandra terpaksa mengucapkan kata yang lebih umum bagi kalangan orang seperti Paijo.

“Iya.. kok ibu tahu?” Paijo tersipu malu. Aneh mengapa wanita ini menanyakannya? Pikir Paijo. Tentu saja ia tak tahu kalau sebenarnya Sandra pernah melihatnya melakukan hal itu beberapa hari yang lalu.

“Aku hanya mengira-ngira saja, biasanya anak seumurmu senang melakukan itu. Lantas siapakah perempuan yang kamu bayangkan kalau sedang melakukan itu?” tanya Sandra lagi. Padahal sebenarnya ia sudah tahu jawaban dari pertanyaannya itu namun ia ingin mendengar langsung pengakuan yang jujur dari Paijo.

“Eng..S..surti bu”

“Benarkah hanya istrimu saja? Siapa lagi?’

Tak ada jawaban lagi dari Paijo.

“Kau pasti pernah juga membayangkan aku, betul kan Jo?”

Paijo tertunduk diam. Mengangguk tidak menggelengpun tidak. Ia semakin tak berani menatap wajah Sandra. Bagaimana pula Sandra dapat menebak hasrat yang terpendam di dalam hatinya itu?.

“Benarkan Jo?”kejar Sandra

Kali ini Paijo mengangguk.

“Dengar Jo. Bagaimana jika malam ini aku akan memberimu kesempatan buat melihat sedikit bagian tubuhku. Tapi hanya boleh kamu lihat. Tidak lebih! Bahkan kamupun aku ijinkan mengocok di sini, di hadapanku. Kamu mau Jo?”

“Hahh! ” untuk kali sekian Paijo dibuat terbengong. Apakah Sandra sengaja mengolok-olok dirinya. Ini bukannya tawaran biasa. Ini tak menyusahkan sama sekali bahkan sangat menyenangkan.

“Kenapa? Kamu tidak mau?”

“Bukan begitu bu..saya hanya heran kenapa ibu…”

“Kamu tak usah banyak tanya Jo. Atau sebaiknya aku urungkan saja bila kamu cerewet seperti itu!” ujar Sandra dengan sedikit penekanan pada kata-katanya.

“Jangan bu! Saya mau! Saya mauu! ”jawab Paijo cepat kali ini.

“Baiklah. Sekarang dengarkan aku. Silakan kamu lakukan itu sambil berbaring. Tapi ingat di saat kamu hampir muncrat , kamu harus segera bangun dan menumpahkan air manimu di telapak tanganku. Kamu mengerti Jo?”, Sebenarnya Paijo merasa aneh apa untungnya bagi Sandra meminta dirinya beronani dihadapannya. Lalu menampung spermanya di telapak tangan. Kenapa tidak mengajaknya bersetubuh saja sekalian? Tapi ia tak berani bertanya-tanya lagi kuatir akan ancaman Sandra barusan. Jika ia pikir-pikir ia sudah cukup beruntung tidak jadi dihukum dan malahan mendapat tawaran mengiurkan seperti itu.  Sebaiknya ia tak boleh melewatkan kesempatan yang telah datang padanya itu begitu saja.

“Baik bu. Apa saja kata ibu saya bakal nurut saja” ujar Paijo. Setelah mendengar kesanggupan Paijo itu lalu perlahan Sandra mengangkat babydollnya sampai ke bagian pinggang sehingga kewanitaannya yang sudah tak lagi dilindungi oleh celana dalam itu   nampak jelas. Lalu ia berbaring menyamping menghadap ke arah Paijo. Salah satu kakinya bergerak-gerak terangkat dan melipat bagai melakukan sebuah gerakan tari balet.

Duhh..Edannn! Mulut Paijo menganga lebar saat hatinya meneriakkan itu. Atraksi Sandra itu nyaris membuatnya berhenti bernapas. Matanya terbelalak takjub menikmati pemandangan yang tersaji dihadapannya saat itu. Sungguh mendebarkan memandang tubuh molek setengah telanjang yang menggeliat-geliat dihadapannya itu. Terutama bagian yang tertutup rapat oleh bulu-bulu hitam yang halus. Meski suasana kamar tak begitu terang oleh cahaya lampu baca namun itu sudah cukup bagi mata Paijo.

“Kamu mundur Jo. Jangan terlalu dekat denganku” perintah Sandra.

Paijo menurut. Ia mundur agak jauh dari posisi tubuh Sandra. Lalu berbaring terlentang.

“Jo kamu lupa membuka celanamu ….”ujar Sandra mengingatkan. Ia menduga Paijo masih terkesima.

Paijo baru menyadari kebodohannya. Dengan cepat ia membuka celana sempit dan usang itu. lalu melemparnya ke lantai.

Wow..dia sudah kukuh sekali! Pikir Sandra saat melihat kemaluan anak itu. Tak membuang waktu lagi Paijo-pun segera melacap. Tak ada gerakan lambat. Ia langsung tancap gas. Sandra memandang semua itu dengan hati bergetar. Menonton perbuatan lawan jenisnya melakukan erotisme bukanlah tak menimbulkan dampak baginya. Walau bagaimanapun ia adalah seorang wanita yang normal. Vaginanyapun membasah. 

Tapi Paijo tak dapat mengendalikan hasratnya. Ia terlalu syok oleh semua rangkaian  erotismenya yang sejak tadi menggodanya. Terutama bila memandang vagina Sandra yang indah itu. Daya tahannya jebol hanya dalam tempo satu menitan.

“Oghhh!! Buuu sayaa dapett!!!”

Crettt!! Creettt!! Crettt…Sandra terkejut tak menyangka jika Paijo akan berejakulasi secepat itu. Cepat-cepat ia bangkit sambil menadahkan kedua telapak tangannya ke dekat kemaluan anak itu. Namun hal itu terjadi tak sesuai dengan harapannya. Sperma Paijo berebutan memancar secara tak terkendali ke berbagai arah. Bahkan semburan pertama justru menyemprot ke wajah Sandra. Sandra terpaksa memalingkan wajahnya agar tak tersemprot dua kali. Tapi hal itu justru telah membuatnya tak bisa focus saat menadahi gumpalan-gumpalan sperma Paijo. Sementara itu Paijo terus menghajar penisnya hingga ejakulasinya berakhir. Setelah penis Paijo benar-benar sudah berhenti memancarkan cairannya. Sandra memandang hasil yang sudah ia peroleh. Hanya sedikit sekali sperma Paijo yang benar-benar tertampung oleh telapak tangannya. Ada yang mengenai di lengannya. Ada juga yang nyelonong ke paha. Sebagian besar justru berceceran di seprey. Itupun ia bingung bagaimana cara  memanfaatkan benih-benih tersebut. Dengan apa ia akan menjejalkan cairan kental itu ke dalam vaginanya. Tentunya sulit sekali bagi sperma ini untuk mampu mencapai  rahimnya. Jelas cara ini tak akan berhasil. Akibatnya Sandra menjadi serba salah. namun kepalanya masih dipenuhi oleh banyak pertimbangan buat melangkah ke sebuah hubungan yang lebih intim dengan Paijo.

“Buu..saya boleh saya lihat itu lebih dekat lagi?” Tanya Paijo memberanikan diri mendekatkan kepalanya ke arah selangkangan Sandra. Namun Sandra dengan cepat merapatkan kedua kakinya.

“Tidak boleh! Jangan mendekat lagi. kamu kan bisa melihatnya dari tempatmu sekarang”

“Buka sedikit saja bu.” Mohonnya dengan memelas sambil mencoba untuk merentangkan dengan ke dua batang paha Sandra namun sia-sia saja tenaganya tak cukup besar buat membongkar pertahanan wanita itu.. Karena gagal, Ia kembali duduk di atas kedua lututnya.

“Bukankah tadi sudah aku katakan kamu cuma boleh lihat!”

“Iya bu, tapi tadi itu terlalu jauh jadinya kurang jelas”

“Apanya yang kurang jelas? Aku rasa sama saja dengan milik istrimu”

“Beda kok bu Punya Surti item semua kalau punya ibu kan putih bersih”

“Begitu?” Sandra cukup tergelitik karena bangga. Memang selama ini baik Alfi maupun suaminya Didiet memang tergila-gila akan kewanitaannya. Kini anak bau kencur seperti Paijo-pun ikut-ikutan memuji.

“Buu..bolehh ya?” Paijo merengek lagi. Anak inipun mirip Alfi suka merengek. Dan ia sangat menyukai rengekan-rengekan manja  seperti itu. Hanya saja ia tak ingin berbuat intim terlalu jauh dengan Paijo karena ia belum mengenal betul diri anak ini.

“Ya sudah! kamu boleh lihat sebentar. Tapi janji jangan di pegang-pegang” karena kasihan Sandra membuka tangkuban kedua pahanya agak lebar. Paijo segera beringsut menyelinap ke antara kedua kaki Sandra. Kini wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari selangkangan Sandra.

“Wahh…cantiknyaa” ucapnya terperangah. Paijo sendiri tak pernah berpikir tadinya jika begitu banyak perbedaan yang ia temukan antara apa yang dimiliki oleh Surti dengan Sandra. Warnanya saja merah muda, cantik sekali!  Sungguh berbeda dengan milik istrinya yang hitam merata. Dari aromanya saja sudah sangat menggoda. Wangi yang merebak dari vagina Sandra mengundang dirinya buat semakin mendekat lagi ke sana.

“Sudah puas lihatnya Jo?” Tanya Sandra. Ia sudah berniat menghentikan ini semua karena ia anggap tak ada manfaatnya. Paijo tak menjawab ia justru semakin mendekatkan wajahnya. Lalu secara naluriah ia membuka mulutnya lebar lantas tanpa di duga-duga oleh Sandra, mulut anak itu menyergap kewanitaannya dan lansung melakukan sedotan–sedotan kuat disertai perasan gemas benda di hadapannya itu.

“Oghh…Jooooo…kamuuu ngga boleehh….ouhhhh” pekik Sandra. ia tersentak kaget dan tak sempat mencegah Paijo melakukan itu.

Sudah terlambat dan sulit bagi Sandra untuk menolak kemesraan itu. Bahkan kini kedua tangan Paijo masing-masing memeluk batang paha Sandra sehingga kemaluan Sandra semakin melekat erat dengan mulutnya.

Rasa nikmat itu dengan cepat menyengat bagian kewanitaannya dan menjalar ke seluruh syaraf-syaraf pada tubuhnya. Tak hanya mencucup saja kini lidah Paijo juga ikut menjelajah kesana kemari jilatannya. Lidahnya juga menemukan sebuah sebuah daging bulat kecil yang menghiasai bagian atas kewanitaan Sandra. Bentuknya bagaikan sebuah batu mutiara kecil didalam cangkrang kerang. Paijo tahu banyak dari teman-temannya dikampung jika daging mungil ini adalah anak kunci untuk membuka gerbang persetubuhan. Bilamana benda yang disebut itil tersebut sudah dibuat mengacung keras dan lobangnya sudah basah berarti si pemiliknya sudah siap untuk disetubuhi. Benda yang berisikan penuh syaraf-syaraf kenikmatan itu dengan cepat membulat keras dilanda sapuan-sapuan lidah Paijo. Tubuh Sandra menggelinjang liar berayun ke kiri dan ke kanan terstimulasi oleh gerakan lidah Paijo. Bibirnya hanya dapat merintih karena perlakuan Paijo padanya. Hingga pada suatu ketika jemari Sandra meraih kepala Paijo dan menekannya kuat  sambil mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi membuat wajah Paijo makin terbenam di bagian kewanitaannya.

“Aghhhh….jooooooooo!!” pekik Sandra

Paijo tahu sekali jika saat itu Sandra sedang ‘dapet’ istilah mereka dikampung. Meski sulit bernapas akibat terjepit di dalam keindahan itu namun Paijo berusaha terus melakukan jilatan-jilatan. Kejadian itu berangsung satu menitan sampai akhirnya cengkraman jemari Sandra mengendur dan pinggulnya terhempas kembali di kasur menandakan kalau fase kenikmatan baginya tersebut sudah berakhir. Paijo akhirnya baru bisa bernapas lega. Bagi Paijo ini sungguh hal yang sangat membanggakan sebab ini  buat pertama kali-nya ia mencoba melakukan oral seks dan langsung bisa bikin puas seorang wanita.

Menjadi suatu kebanggaan di antara sesama anak lelaki di kampung yang sudah pernah ngeseks apabila bisa bikin perempuannya puas. Paijo sendiri merasa heran ia dari mana ia dapat kemampuan mencumbu kemaluan wanita padahal ia belum pernah melakukan itu sebelumnya. Jelas mana ia mau melakukan hal itu pada istrinya. Jangankan buat menjilat mendekatkan wajah ke arah situ saja ia sudah mau muntah karena aromanya yang tak sedap. Lima menitan Paijo melahap vagina Sandra bagai sebuah es krim lezat. Entah sampai kapan pemuda itu terus menghisap vaginanya. Yang jelas bagi Sandra ia semakin tak dapat mengendalikan gairah birahinya setelah mengalami dua kali orgasme akibat ulah Paijo. Kerinduannya akan kemesraan dengan Alfi malah tertuntaskan oleh hadirnya Paijo. Sandra mulai melanggar garis pembatas yang ia buat sendiri. Ia sungguh tak dapat menahan hasrat hatinya buat bercinta. Sungguh fatal telah membiarkan Paijo merangsangnya dan membuat gairahnya naik tak terkendali. Sehingga membuatnya berani mengambil keputusan akhir dengan membiarkan Paijo membuahinya kali ini dengan cara yang sempurna yaitu melalui sebuah ….Persetubuhan!

“Kamu memang anak kampung yang tidak tahu diri! Apa yang telah kamu lakukan barusan? Kamu telah mengingkari janji kita di awal tadi” suara Sandra terdengar serak saat mengucapkan itu karena sedang terbakar oleh gairah.

“Maafkan saya buu” ucap Paijo. Ia merasa tadi ia benar-benar tak dapat mengendalikan dirinya.

“Sejak awal kamu pasti ingin memasukan punyamu ke sini kan?” ujar Sandra menunjuk ke arah selangkangannya. Paijo mengangguk malu. Buat apa dia ngeles. Jelas saja Sandra pasti tahu apa tujuannya datang ke kamar ini.

“Jika kamu berjanji kamu akan mengatakan hal ini pada orang lain aku akan membiarkanmu melakukannya terhadapku” ujar Sandra dengan suara bergetar.

“Bee..narrkah?” ucap Paijo terkejut  Ia menatap wajah Sandra lekat-lekat seakan tak percaya akan penawaran yang menggiurkan itu. Bayangkan seorang wanita yang luar biasa cantik dan bertubuh indah telah dengan rela ia setubuhi hanya dengan sebuah persyaratan semudah itu.

“Kamu belum menjawab pertanyaanku Jo?”

“Ii..yaa saya janjii bu”jawab Paijo kali ini cepat. Ia tak ingin Sandra berubah pikiran dan mencabut penawarannya barusan karena ia lelet menjawab.

“Baiklah. Lakukanlah”

Mendapat ijin penuh dari Sandra justru pemuda itu kini malah diliputi keraguan. Paijo malah menjadi gelisah. Pikirannya berkecamuk. Padahal tadi ia begitu nekat hingga mencapai ke tahab ini. Seakan ia baru sadar jika yang diperbuatnya ini akan dapat menimbulkan masalah besar. Dan Sandra dapat menangkap kegelisahan itu.

“Sini..” bisik Sandra lirih sambil menarik leher Paijo lalu memberi pemuda itu sebuah French Kiss agar anak itu lebih tenang dan percaya diri.

Ciuman yang aneh dan sangat nikmat bagi Paijo. Ia baru tahu jika berciuman itu bukan hanya sekedar bertemunya bibir pria dengan bibir wanita. Lidah Sandra menjorok masuk ke dalam rongga mulutnya lalu berputar mengulung lidahnya.

“Kamu masih ragu?”

“Ohh..buuu saya suka sama ibuu!” ujar Paijo mendekap tubuh Sandra menandakan ia sudah tak merasakan beban apa-apa lagi.

“Buka dulu semuanya Jo” bisik Sandra memberi perintah kepada Paijo. Ia ingin buat melakukan persetubuhan secara total. Paijo merenggangkan tubuhnya kembali. Sandra merasakan ini adalah saat-saat yang sungguh mendebarkan membiarkan seorang pria asing melucuti satu persatu penutup tubuhnya. Babydoll yang dikenakan Sandra adalah yang paling awal melayang.

Ia memejamkan matanya saat jemari gemetaran anak itu mencoba melepas kaitan branya. Entah tak mengerti atau karena gugup bra Sandra tak kunjung juga terlepas. Sandra tersenyum geli melihat kegagalan Paijo tersebut. Lalu ia turun tangan membantu hingga akhirnya tubuhnya benar-benar tak terhalang apa-apa lagi sperti halnya Paijo …telanjang bulat. Kini Paijo dapat melihat dengan kelas segala keindahan yang wanita itu miliki.

Paijo tak mau bertele-tele. Ia langsung merangkak ke atas tubuh Sandra sambil memegang senjatanya dengan tangan kanan.

“Sayaa.. masukinnya sekarangg ya Bu….” Ujarnya begitu lirih.

Paijo tak perlu menunggu jawaban dari Sandra lagi. Lendir yang membasahi  vagina wanita itu sudah merupakan isyarat baginya bahwa wanita di bawah tubuhnya itu telah menerima apapun yang akan ia lakukan padanya.. Tak ada lagi gerakan-gerakan menghindar ataupun upaya buat menghalang-halanginya melakukan penetrasi kali ini. Jantung Paijo berdetak semakin keras saat Sandra membuka pahanya lebar-lebar seakan Wanita itu seakan benar-benar telah memberinya jalan dan izin secara penuh baginya untuk melakukan penuntasan dari percumbuan ini. Dengan berbekal sedikit pengalamannya ngentot dengan Surti selama ini di kampung, Kali ini Paijo mencoba memberi rangsangan akhir sebelum dengan mengulek-ulek bibir luar dan klitoris Sandra dengan kepala penisnya yang bulat besar. Belahan cantik itu semakin basah dan sedikit terbuka menandakan ia sudah siap buat dimasuki oleh sebuah penis. Paijo perlahan mendorong patatnya dan bless….Penis kampungnya itu maju perlahan dan membelah bibir vagina Sandra

“Ohh…Jooo…” rintih Sandra. Ia menahan napas ketika penis anak itu berhasil menerobos masuk sedikit demi sedikit ke dalam keindahan vagina terawat miliknya. Entah mengapa ia seakan menjadi grogi meladeni Paijo. Padahal penis yang masuk itu berukuran biasa-biasa saja. Sebuah sensasi yang sama saat ia akan diperawani Alfi dulu.

Sensasi sebuah perselingkuhan terasa sangat mendebarkan sehingga membuat persetubuhan ini menjadi begitu nikmat terutama di saat daging hitam anak itu pertama kali menyentuh dan merentanglan bibir vaginanya hingga akhirnya masuk seluruhnya tanpa sisa. Ini adalah batang kemaluan dari pria ketiga yang berhasil masuk ke dalam tubuhnya setelah milik Alfi dan suaminya Didiet. Jelas kepala penis Paijo tetap tak mampu menjamah dasar vaginanya. Benda itu tak sebesar dan sepanjang milik Alfi. Masih perlu lima sentimeter lagi untuk bisa sampai di kedalaman itu.  Meskipun demikian ada sesuatu yang menggelitik dan menimbulkan rasa gatal bercampur nikmat di dalam sana. Tubuh Paijo bergetar hebat setelah seluruh bagian penisnya amblas ke dalam milik wanita cantik dalam tindihan tubuhnya ini. Bola mata pemuda itu terbeliak ke atas oleh sensasi kenikmatan yang sungguh berbeda dari yang pernah ia peroleh saat bersetubuh dengan istrinya.

Surti yang memang jauh lebih muda dari Sandra seharusnya memiliki vaginanya enak karena masih sangat sempit. Namun kenyataannya vagina wanita cantik ini …sungguh tak terkatakan nikmatnya…mungkin puluhan kali atau bahkan ratusan kali jauh lebih enak ketimbang tempik istri kecil-nya di kampung itu.  Liang milik Sandra  yang dipenuhi oleh otot-otot lembut itu seakan dapat menjepit penisnya jauh lebih ketat dari milik Surti. Paijo mulai mencoba mengocok. Pantatnya ia gerakan naik turun. namun baru dua tiga kali ia kembali berhenti. Ia merasa belum apa-apa air mani-nya seakan sudah berkumpul di ujung lubang kencingnya. Kenikmatan itu sungguh tak tertahankan olehnya. Ia merasakan  vagina Sandra bagai menyedot seluruh batang penisnya. Bahkan semakin  ia kocok vagina Sandra semakin kuat menghisap bagaikan sebuah tabung vacuum. Paijo tak dapat lagi bergerak. Penisnya ia biarkan mengeram di dalam balutan vagina Sandra dengan harapan ia mampu meredakan hasratnya.

Duhh…biungg..enaknya..jerit Paijo dalam hati.

Ia diamkan seperti itu rasa ingin muncrat itu bukannya mereda malahan makin menjadi-jadi. Rasa-rasanya ia tak mungkin lagi dapat bertahan lebih lama lagi. Dari ekspresi wajah Paijo, Sandra mengetahui jika ia sedang berjuang melawan desakan buat berejakulasi.

“Kamuu sudah hampirr keluar kan Jo?”

“Iyaa..buuuu. maaff..rasanyaa saa..ya ti…dakkk tahan lagiiii”

“Tunggu sebentar! jangan dimuncratkan dulu”

Sandra mendorong tubuh Paijo sehingga penis anak itu terlepas dari vaginanya. Meskipun heran namun Paijo tak dapat mencegah Sandra melakukan hal itu.

Lalu Sandra cepat-cepat membalikan tubuhnya posisi mirip seperti orang bersujud tapi dengan posisi dada menempel ke kasur.

“Masukin lagi punyamu Jooo”

“Dari be..lakangg?” jadi mirip anjing kawin? pikir Paijo

“Iyaa cepatt!”

Dasar udik! tahunya cuma gaya konvensional saja gerutu Sandra dalam hati.

Paijo tak ingin membuang waktu dengan berlama-lama di luar vagina Sandra. Apalagi Sandra sendiri sudah memintanya.

CLeppp! Penisnya kembali bersarang dalam vagina Sandra dari posisi yang berbeda. Ternyata Paijo masih punya sisa sedikit ketahanan sehingga mampu menghajar Sandra dari belakang. Sandra sendiri tak terlalu perduli persetubuhan ini baru berjalan kurang dari dua menit. justru inilah saat-saat yang ia tunggu. Baginya yang penting Ia ingin Paijo sesegera mungkin menyuntikan benih-benih seorang bayi ke dalam rahimnya secepatnya. Bagi Paijo sendiri tak ada hal lain yang diinginkannya di dunia saat ini kecuali muncrat. Ia seakan mendapat anugrah tertinggi dalam kehidupannya. Tapi ia tak ingin menjadi seorang pecundang di medan pertempuran tanpa perlawanan sama sekali. Laksana seorang jendral perang yang berada di dalam keadaan terjepit Ia harus mengambil keputusan akhir bertarung dengan jantan berharap gugur bersama musuhnya. Tiba-tiba Paijo mendekap pinggang Sandra erat sambil mengocok penisnya dengan sangat cepat dan liar. Tapi ia hanya mampu membuat sepuluh kocokan hingga rasa gatal nikmat yang ia rasakan sudah sampai pada batas yang bisa ia tahan.

“Ohhh…Buuuuu…buuu…sayaa hampirr muncrattt!!!” pekik Paijo memberi peringatan pada Sandra. Seakan ia kuatir Sandra masih ada permintaan lain lagi sebelum ia melepaskan ejakulasinya.

“Ohh  Jooo   tekannn dalem-dalemmm sekaranggg!” Pinta Sandra

“Ammpuunnnn…enakkkkkknyaa!!” itu pekik terakhir dari Paijo sedetik sebelum ia melepas orgasmenya. Lalu melakukan  sebuah tusukan akhir yang jauh dan dalam.

Tubuh Paijo mengejang diiringi dengan hentakan yang kuat.  Lalu pancutan demi pancutan sperma melejit dari ujung penisnya menghantam permukaan rahim Sandra.

Creettttt….Creeeettttttt….creeettttttttt…Sandra terkejut begitu dasyat orgasme yang dialami Paijo saat itu. Kepala penis anak itu berdenyut dan tersentak-sentak seakan meletup di dalam himpitan liang vaginanya. Dalam setiap lima detik Sandra dapat merasakan denyutan penis Paijo diringi dengan semprotan sperma dari lubang pipisnya.

“Okhhhhh…Joookkk….Argggghhhh!!” pekik Sandra sambil mencengkram kain seprey.

Tak dinyana serangan akhir Paijo yang cepat dan singkat barusan malah memancing dirinya juga mengalami orgasme yang juga sangat kuat. Suara rintihannya membaur dengan erangan Paijo. Tubuh keduanya bertaut melekat dalam hentakan-hentak puncak kenikmatan bersama. Rasanya orgasme itu berlangsung demikian kuat dan lama.

Paijo ambruk di atas punggung Sandra. Kesadaran anak itu lenyap beberapa saat. Penisnya masih menyisakan rasa gatal. Pantatnya masih menghentak sesekali seakan masih ada sisa-sisa sperma yang harus ia keluarkan dari testisnya yang bulat hitam itu.

Sandra membiarkan Paijo menindihnya menunggu  anak itu menuntaskan sisa orgasmenya. Sungguh tak disangka anak desa bau kencur itu ternyata mampu membuat dirinya mengalami orgasme. Ia merasakan sedikit keanehan pada persetubuhan singkat barusan. Seakan penis ramping anak itu menjadi begitu nikmat dalam setiap kocokannya. Tiga menit sudah berlalu. Setelah fase orgasme itu berlalu. Paijo juga  sudah menuntaskan ejakulasinya. Sandra mengangkat tubuhnya sehingga tubuh Paijo terdorong dan terlentang ke sampingnya. Sedangkan ia sendiri buru-buru terlentang sambil melipat kedua lututnya ke arah dadanya. Ia berusaha membuat sperma Paijo yang masih tertampung di dalam vaginanya tidak segera tumpah ke seprey sesuai dengan ajuran Lila. Sambil mempertahankan posisi tubuhnya seperti itu. Pikirannya berkelana. Di kala hasrat dan gairahnya mereda kini terbit rasa penyesalan dalam hatinya. Mengapa ia larut dalam kegelisahan sehingga  akhirnya semua ini terjadi. Meski Didiet suaminya memiliki prilaku ‘sakit’. tapi Sandra tak ingin menodai perkawinannya dengan bermain dibelakang seperti ini. Muncul pula rasa kesalnya terhadap Alfi yang mengabaikannya selama beberapa minggu belakangan. Seandainya saja Alfi tetap rutin memesrainya tentunya ia tak gampang terseret oleh buaian api birahinya. Tapi sekarang semua-nya telah menjadi bubur. Ia sangat berharap perbuatannya dengan Paijo malam ini dapat membuahkan kehamilan sehingga perselingkuhan ini merupakan yang pertama sekaligus yang terakhir baginya.

“Ibu sedang apa?” Tanya Paijo heran melihat Sandra masih mempertahankan posisi tubuhnya seperti itu.

“Jo kamu mau tahu kenapa aku rela kamu tiduri?” Sandra malah balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Paijo barusan .

“Karena Ibu suka sama saya kan?” tebak Paijo.

Sandra nyaris tertawa mendengar jawaban Paijo itu. Anak itu sepertinya mulai Pede.

“Kamu salah Jo, bukan karena itu. Kamu itu orangnya jelek!” jawab Sandra

“Loh…lantas kenapa ibu mau begituan sama saya?” tanya Paijo bingung. Ia tak menyangka jawaban Sandra demikian lugas.

“Aku melakukan ini bukannya suka padamu atau pun dengan permainan seks-mu. Aku hanya memberimu kesempatan untuk membuatku hamil.”

“Ha..mill? ibu mau dihamili oleh saya?”

“Iya kenapa?”

“Suami ibu.. mandul ya?”

“Sembarangan saja bicara! Itu bukan urusanmu!” ucap Sandra ketus.

Bukan main! pikir Paijo. Pengakuan Sandra sungguh membuat  perasaannya melambung bangga. Ibarat karet yang mengembang direndam minyak. Bayangkan ada seorang wanita yang sangat cantik meminta padanya buat buntingi! Barangkali orang gila sekalipun tak bakal menolak rezeki seperti ini. Masa bodoh Sandra mencintainya atau tidak, yang penting ia tetap saja bisa bersetubuh dengannya sepuas-puasnya

“Kalau begitu ibu tenang saja ibu pasti hamil kok” ujarnya anak itu dengan rasa percaya diri yang makin tinggi.

Ia semakin yakin bahwa suami Sandra memang adalah lelaki mandul sehingga Sandra melakukan perselingkuhan dengannya untuk mendapatkan kehamilan. Setelah lima belas menit berlalu. Tanpa permisi dulu lagi Paijo merayap naik ke atas tubuh Sandra buat menambah porsinya.

“Hei Kamu mau apa Jo?”

“Saya mau lagi bu. Lagian katanya ibu mau saya hamili.”

“Tidak ! itu tadi sudah cukup. Lepaskan aku dan kembali ke kamarmu sekarang!”

“Satu kali saja lagi bu…saya pingin nyembur pas saya di atas ibu” rayu Paijo. Ia bukannya turun dari atas tubuh Sandra  malah mendekap pinggangnya erat-erat.

“Tidak bisa! Kamu pikir kamu bisa seenaknya terhadapku. Ingat aku adalah majikanmu”

“Tapi ibu suka  kan saya selingkuhi?”

“Jangan kelewatan kamu Jo! Saya tidak suka kamu ngomong seperti itu!” anak ini mulai berani ngomong menyerempet-nyerempet  kurang ajar.

“Biarin yang penting saya mau lagi” Ujar Paijo. Lalu anak itu tanpa di duga duga memagut puting susu kiri Sandra. Bagian sensitif itu sejak awal memang belum diberikan sentuhan oleh Paijo sama sekali. Paijo sebenarnya tak tahu benda mungil di dalam kuluman bibirnya itu adalah salah satu kelemahan Sandra.

“Argggg..lepass..kann.. aku tidak.. mauu!!!” rintih Sandra yang masih berusaha mengendalikan gairahnya sendiri sambil mendorong tubuh Paijo.

Ibarat pepatah kepalang basah kenapa tak mandi saja sekalian pikir Paijo. Paijo jadi nekat. Ia harus berhasil mendapatkan apa keinginannya. Pelukannya pada pinggang Sandra tak menjadi kendur. Sehingga terjadilah pergulatan kecil di situ. Sebetulnya tenaga Paijo tak terlalu besar. Namun justru Sandra yang seakan tak bersungguh-sungguh buat melepaskan diri. Rontaannya yang lemah bahkan lebih tepat dikatakan gelinjangan itu sama sekali tak menyulitkan sehingga dalam waktu relative singkat  memudahkan Paijo menguasai tubuhnya. Akhirnya Paijo mendapatkan posisi yang tepat untuk melakukan penetrasi. Penisnya sudah berada tepat di depan belahan bibir vagina Sandra yang masih basah oleh air maninya. Secepatnya Paijo mendorong pantatnya. Dan …blesss…Penisnya kembali berhasil terbenam di dalam liang senggama Sandra. Setelah miliknya masuk sesegera itu pula Paijo mengocok. Permainan berlangsung tak sesingkat tadi sehingga Sandra-pun dapat menikmati permainan klasik dari Paijo. Sesungguhnya Sandra-pun penyuka missionary style. Ia hanya melakukan perubahan hanya karena anjuran dari Lyla. Bercinta dengan posisi itu seakan membuat dirinya tak berdaya dalam kekuasaan penuh dari pria yang menindihnya. Sandra menyukai itu. Sebagaimana ketika Alfi pertamakali mengambil kegadisannya dulu.

“Oww!!.. aduhhhh gelii!!!!” pekik Sandra merasakan sebuah sensasi baru. Aneh rasa gatal itu datang kembali bersamaan dengan setiap tusukan Paijo. Kali ini benar-benar kentara sekali. Mungkin disebabkan durasi persetubuhan kali ini lebih lama dari yang pertama tadi.

“Argggg…Joooo..akuu dapettt!!” Pekik Sandra mengenjan karena tak mampu lagi bertahan terhadap sesuatu yang menggelitik liang senggamanya.

Kedua tangan dan kaki Sandra membelit tubuh Paijo dalam dekapan ketat. Seakan ia ingin melepaskan kenikmatan itu dengan meremas penis Paijo beserta tubuh kerempengnya sekaligus. Orgasme yang terjadi pada Sandra saat itu tak lagi berhenti. Bagai gelombang ombak yang datang susul menyusul menghantam pantai.

“Aoooo…buuuuuu…ohhgg!!!” Paijo juga ikut melolong sejadi-jadinya ketika ejakulasinya meletup dari ujung penisnya.

Crottt…crottt.. crottttt…alangkah nikmatnya muncrat dalam balutan tubuh indah itu. Ini sungguh kenikmatan yang sempurna. Ini bahkan berlipat kali lebih nikmat dari orgasme yang pertama. Bahkan multiorgasme yang berlangsung pada Sandra seakan mencekik penis Paijo dalam kenikmatan abadi. Sepuluh menit berlalu. Suasana kamar kembali hening hanya terdengar suara desahan napas yang masih memburu. Sandra mendorong tubuh Paijo kesamping agar dadanya sedikit lebih lega saat menarik napas. Setan! Kena lagi aku.Umpat Sandra dalam hati Lagi-lagi ia tidak berdaya mencegah terulangnya kemesraan dengan Paijo barusan.

“Pindahlah ke kamarmu sekarang Jo” ucap Sandra sambil memejamkan mata. Ia berusaha keras menghentikan keliaran ini meski rasa nikmat itu masih berkeliaran di sekitar pinggul dan bagian kewanitaannya.

“Saya tidurnya di sini saja bu. Biar kalau malam bisa nambah lagi” balas Paijo masih terengah-engah. Peluh membutir bak biji jagung bermunculan di sekujur tubuhnya. Meski letih mendera tubuhnya. Ia seakan tak ingin sekejap saja melewatkan malam ini tanpa persetubuhan dengan sang majikan yang cantik itu. Tak ada rasa buat bosan mengulanginya. Wanita yang satu ini benar-benar membuatnya tergila-gila dan ketagihan.

“Tidak bisa kamu harus pergi sekarang. Aku tidak ingin pagi-pagi bik Iyah memergoki kita.”

Mendengar Sandra menyebut nama orang yang sangat ia takuti itu Paijo menurut. Ia juga menilai kalau perkataan Sandra benar adanya. Ia belum mau berurusan dengan bu denya yang galak itu. Lagian ia juga sudah sangat ngantuk dan capek. Biarlah besok saja ia mengulangi permainan ini. Setelah Paijo berlalu dari kamarnya meninggalkan dirinya terlentang dalam cucuran peluh. Sandra mendengar sebuah bunyi halus yang berasal dari ponselnya. Ia mencoba meraihnya. Ternyata hanyalah sebuah pesan singkat dari Didiet.

“Apakah kamu sudah tertidur Say? Ataukah saat ini kamu sedang membayangkan dan  merindukanku?”

Sandra terpaku lama menatap layar ponselnya. Merenungi apa yang barusan ia lakukan bersama Paijo di saat-saat suaminya sedang merindukan dirinya seperti sekarang ini? Ia memutuskan untuk tidak menjawab sms tersebut karena ia tahu itu cuma ekspresi kagen Didiet semata. Meski kegelisahan di dalam hatinya belum dapat hilang, Sandrapun dapat tertidur pulas malam itu karena keletihan.

***********************

Keesokan paginya, dari dalam dapur Paijo dengan gelisah melirik ke arah ruang cuci. Seakan ada yang ia tunggu sejak tadi. Tak lama kemudian raut wajahnya berubah semeringah ketika melihat Sandra masuk ke dalam ruangan cuci sambil membawa pakaian kotornya. Paijo mengendap-endap menyusul masuk kedalam ruangan kecil itu.

“Bu…nanti malam kita…he e lagi ya?” bisik Paijo pelan sambil memberi kode dengan menyelipkan ibu jarinya diantara jari tengah dan telunjuknya ke arah Sandra.

Sandra agak kesal melihat kekurang ajaran Paijo. Namun ia diam saja tak ingin menanggapinya. Sejak bangun tidur tadi pagi ia sudah membuat komitmen dengan dirinya sendiri untuk tidak akan mengulangi perselingkuhan itu. Sesungguhnya jauh di dalam lubuk hatinya ia menyukai persetubuhan dengan Paijo semalam. Tapi sisi lain dirinya yang lebih di dominasi oleh akal sehat menganggap kejadian tadi malam tak seharusnya terjadi. Jika saja saat itu ia tak terbawa emosi dan tak terbuai dalam erotisme yang ditebar Paijo. Ia merasa telah bertindak terlalu gegabah tanpa memikirkan akibat yang lebih komplek. Bisa saja Paijo menjadi masalah besar dalam keutuhan rumah tangganya. Bukan mustahil orang lain akan mengendus segala rahasia dalam kehidupannya selama ini.

“Bu..boleh ya?” Paijo secara gencar mengumbar rayuan.

Merasa tak nyaman berduaan dengan Paijo dalam satu ruangan. Lalu Sandra pergi ke dapur karena di situ ada bik Iyah yang sedang memasak. Paijo mengikutinya sampai ke pintu dapur. Tapi anak itu tak berani lagi mendekat. Namun dengan mimic wajahnya ia masih mencoba memberi isyarat ke pada Sandra. Dari dekat pintu ia menanti Sandra memberinya isyarat balasan. Namun hal itu tak kunjung ia peroleh. Bahkan setelah itu Sandra selalu menghindari berdua dengannya dalam satu ruangan. Hingga pada sore hari. Ia akhirnya berhasil mendapatkan kesempatan baik saat Sandra datang kembali ke ruang cuci sendirian. Paijo sudah tak dapat lagi membendung hasratnya dan Ia sudah nekat untuk melakukan apapun demi dapat merasakan tubuh Sandra kembali. Setan benar-benar sudah menguasai akal sehatnya padahal ia tahu bu De-nya saat itu berada di dapur yang letaknya tak jauh dari situ. Dengan tiba-tiba ia menyergap pinggang Sandra dari belakang.

“Arggg…Apa-apaan kamu Jo..Lepaskann!” pekik Sandra karena terkejut akan serangan mendadak tersebut.

“Buu saya tidak tahann…Saya pingin gituan lagi sama ibu”

“Tidakk!..lepaskan akuu!“ bentak Sandra seraya berusaha melepas diri dari dekapan anak itu..

Namun bukannya menurut Paijo malah lebih erat memeluk pinggangnya. Paijo merasa ia pernah berhasil membuat Sandra mau mengulangi persetubuhan dengannya dengan sedikit pemaksaan seperti malam kemarin. Keberaniannya muncul karena ia merasa Sandra tak mencegah apapun yang ia lakukan tadi malam. Ia berpikir Sandra cuma pura-pura menolak sehingga iapun tak takut buat mengulangi hal itu. Ia mendorong tubuh Sandra sehingga wanita itu terdesak ke sudut ruangan sempit itu. Salah satu tangannya bergerak dengan bebas mengerayangi dan meremas dada Sandra sementara yang satunya lagi bergerak cepat  ke arah bawah dan berusaha masuk ke dalam pakaian Sandra. Sandra belingsatan sambil menepis tangan dengan kesal berusaha mencegah aksi tak senonoh Paijo  padanya. Namun sepertinya anak itu sudah benar-benar tak terkendali dan semakin berani. Hingga pada sebuah kesempatan Sandra berhasil membalikan badannya lalu mendorong tubuh Paijo buat menjauh darinya. Paijo tak berhenti begitu saja ia maju dan bersiap memeluk wanita cantik itu lagi. Namun sebelum niatnya terlaksana,

Plakk!!! Plakkk!! tiba-tiba Paijo merasakan sebuah tamparan keras menerpa wajahnya. Tak hanya satu kali bahkan dua kali.

“Jangan kurang ajar kamu Jo! Kamu pikir kamu bisa berbuat seenaknya” bentak Sandra.

Paijo tercekat undur dan takut. Ia tak menyangka Sandra bereaksi seperti itu.

Bik iyah yang baru selesai mencuci piring bergegas datang setelah sempat mendengar teriakan Sandra. Ia begitu terkejutnya melihat pakaian sang nyonya majikan mudanya itu berantakan. Dada Sandra yang membusung sempat terkeluar dari balik babydollnya.

“Aduhh.. Apa yang terjadi non?”

“Tidakkk ada apa-apa Bik”jawab Sandra berusaha menutupi karena ia tak ingin Bik Iyah malah tahu kejadian barusan ada hubungannya dengan perbuatan ia dan Paijo semalam.

Tapi bik Iyah dapat gampang dibohongi begitu saja. Ia cukup mengerti apa yang berlaku barusan di situ. Ia yakin itu kusutnya pakaian sang nona tersayangnya itu akibat ulah sang keponakan. Pandangannya beralih kepada Paijo. Paijo undur beberapa langkah dengan wajah pucat pasi bagaikan mayat. Mata bulat bu denya yang membesar itu terlihat sangat mengerikan dan Paijo tahu apa artinya itu buat dirinya…sebuah kesengsaran!

“Kamu! Kamu memang anak tidak tahu diuntung!. Belum jera kamu bikin masalah di kampung dulu?! Sekarang kamu malah berani mengganggu majikan sendiri” ujar bik Iyah geram. Ia langsung mengambil sapu yang tersandar dekat pintu. Tanpa ba bi bu lagi  langsung ia ayunkan ke tubuh keponakannya yang kurang ajar itu.

“Kamu rasakan inii anak setannn!” teriak Bik Iyah

BAkk!! bukkk!! Bletak!!!

“Ampunnnn  buu deee…ampunn bu de tobatttt” jerit Paijo kesakitan ketika pukulan demi pukulan mendera tubuhnya.

Percuma saja Paijo memohon ampun. Bu denya benar-benar telah kalap sambil terus mengayunkan gagang sapu itu dengan membabi buta tanpa belas kasihan. Sandra jadi tak tega juga melihat pukulan-pukulan dari bik Iyah itu bertubi-tubi menghantami tubuh Paijo. Apalagi anak itu tak mau kabur ataupun melawan. Ia hanya bisa menjerit kesakitan sambil meringkuk melipat tubuhnya di sudut ruangan.

“Sudahlah Bik Hentikan nanti dia celaka” ujar Sandra berusaha memegangi lengan bik Iyah yang sibuk menghamburkan jurus ‘tongkat pemukul anjing’.  Mau tak mau bik Iyah berhenti karena takut ayunannya akan mengenai majikannya itu.

“Biar saja non! Dia memang patut dikasih pelajaran supaya tahu rasa!”

“Ampunnn Bu de! Saya tidak lagi-lagi…hu hu”

“Dasar anak setan! Bisanya bikin susah orang tua saja! Jangan minta ampun padaku! Cepat bilang minta maaf sama non Sandra sekarang!” Bik Iyah yang masih belum puas menghajar Paijo lantas  menjewer telinga keponakannya itu kuat-kuat sehingga pemuda itu kembali menjerit kesakitan.

“Ampun bu Sandra saya tidak akan mengulanginya lagi..Aduhhh”

“Sudahlah Bik jangan diapa-apakan lagi. Saya sudah memaafkan dia” ujar Sandra lagi. Kali ini bik Iyah menurut. Untuk sementara waktu Paijo bisa bernapas lega.

“Beruntung sekali kamu ya!? Hoss…hos..Sekarang  hoss..masuk ke kamarmu hoss..dan kemasi semua pakaianmu!” Perintah bik Iyah sambil berusaha mengatur napasnya yang memburu.

“B..aikk bu de”

“Saya urus anak edan itu dulu, Non” ujar Bik Iyah

“Tapi jangan dipukuli lagi bik. Saya mohon” pinta Sandra

Bik Iyah mengangguk sebelum  meninggalkan Sandra. Lalu menyusul Paijo ke dalam kamar. Di dalam kamar bik Iyah masih terus memarahi Paijo. Meski Sandra telah memberikan maaf buat Paijo. Tapi ia tak ingin melepas Paijo begitu saja.

“Apa-apan kamu Jok! Seharusnya kamu tahu diri wong kita sudah untung di suruh tinggal di sini. Baiknya kamu pulang saja ke desa besok sebelum tuan dan Alfi mengetahui hal itu” ujar bik Iyah kesal.

“Maafin saya bu de, saya ngaku salah. Saya nurut apa saja kata Bu de” ujar Paijo lirih. Ia tetap melaksanakan perintah sang bu de walau sebenarnya ia masih merasa kesakitan. Satu persatu pakaiannya ia lipat dan masukkan ke dalam sebuah tas usang yang ikut bersamanya sewaktu datang kemari tempo hari.

Bik Iyah lalu keluar menemui Sandra. Dan menjelaskan keputusannya untuk memulangkan Paijo besok pagi.

“Aduhh Non, bibik jadi benar-benar menyesal telah mengajak Paijo ikut kemari. Bibik tidak menyangka kalau dia itu ternyata menaruh hati sama non Sandra”

“Tidak apa-apa bik. Sebaiknya masalah barusan jangan diungkit-ungkit lagi”

“Tapi non belum sempat di apa-apain sama keponakan bibik kan?”

“Sebenarnya ini salah saya juga bik. Semalam Paijo saya ijinkan tidur di kamar dalam sama saya”

“Aduhhh!!! walahh nonnn kok jadi begituu. aduhh gustii kenapa dibiarinn nanti non Sandra bisa Hamill. Kurang ajar benerrr si Paijoo!! ” jerit bik Iyah terperanjat bercampur geram. Ia mengerti sekali apa yang telah terjadi dimana seorang wanita bersama-sama dengan lelaki berdua di dalam sebuah kamar tidur. Ia sudah hendak kembali ke kamar Paijo buat menghajar keponakannya itu namun segera di cegah oleh Sandra.

“Tenang bik. Kejadian tadi malam itu memang adalah kemauan saya karena saya pingin dia hamili Bik”

“Aaaaa…Edaann….edaannnnn…aduhh gustii bagaimanaa inii. Bagaimana bila den Didiet sama den Alfi tahu ini semua?” ucap bik Iyah panik.

“Bibik tidak usah kuatir. Asal tak ada yang bilang mereka tak bakalan tahu soal itu”

“Bibik terpaksa memulangkan Paijo besok non. Bibik tak ingin kejadian tadi malam dan tadi terulang kembali. Biar si Paijo tetap tinggal di kampung bersama istrinya ketimbang membuat masalah di sini”

Sandra hanya diam tak memberikan tanggapan atas keputusan Bik Iyah tersebut.

*************************

Malamnya Paijo berbaring dalam kesedihan. Tak hanya menderita karena badannya sakit-sakit akibat menanggung amukan sang bu de tadi siang namun juga karena harus berpisah dengan Sandra besok. Ia benar-benar sudah kesengsem berat pada majikannya yang cantik itu. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh derit pintu kamarnya yang dibuka. Cepat-cepat ia memejamkan matanya berpura-pura tidur karena mengira yang datang itu adalah bu denya. Tapi penciumannya mengendus sesuatu.  Itu harum yang sama dengan yang ia rasakan tadi malam. Paijo sontak kembali membuka matanya. Dan benar saja di depan pintu telah berdiri sesosok tubuh semampai yang sangat ia dambakan.

“B.bu..Sandra..” ujar Paijo seakan tak percaya wanita cantik itu mau mendatangi kamarnya. Namun wanita itu hanya berdiri diam di dekat pintu. Tanpa ragu Paijo segera bangkit. Sandra-pun menurut ketika ia bimbing  buat duduk di bibir ranjang.

“Jo.. kamu… jangan pulang dulu ke kampung” ucapnya terbata-bata.

Paijo tak menjawab hanya secara perlahan wajahnya mendekat ke wajah Sandra. Sandra memejamkan matanya menanti bibir tebal Paijo memagut bibirnya. Lalu tenggelam dalam sebuah lautan kecupan yang mendidih. Ternyata Paijo mampu mempraktekan ciuman yang telah diajarkannya kemarin malam. Kedua telapak tangan Sandra meremas seprey ranjang Paijo. Ia sungguh tak tahu lagi bagaimana menghindari perselingkuhan ini. Keinginannya buat hamil dan bayangan seorang bayi lucu dan mungil telah membutakan segalanya.

“I..Ijinkan saya menolong ibu…Sa..ya janji akan buat ibu hamil seperti Surti” Paijo seakan sudah tahu apa yang menjadi kegelisahan Sandra.

Sungguh kebetulan bagi Paijo. Kata-kata yang keluar barusan dari mulutnya itu bagaikan obat penyejuk yang sangat mujarab bagi suasana hati Sandra saat itu. Di dalam kamar yang sesak oleh aroma tubuh Paijo dan obat nyamuk bakar itu Sandra kembali menyerahkan tubuh moleknya bulat-bulat pada pemuda tak berkelas seperti Paijo. Lalu menggelepar dalam kegelisahan dan gairah. Berbeda dengan perjumpaan pertama. Kali ini ia melakukannya secara total dan tanpa banyak pertimbangan. Entah berapa puluh kali anak itu merintih berulang-ulang mengucapkan “Bu enak, Bu enak”, yang jelas ia-pun merasakan sengatan nikmat dari sentuhan kemaluan Paijo yang tak terlalu besar itu.

Seperti pada pertubuhan pertama. Awalnya Paijo cuma bisa bertahan dua menit-an. Ia tak dapat mengontrol dirinya. Dendam rindu selama beberapa jam ini secepatnya ingin ia tuntaskan. Spermanya muncrat tak tertahankan dalam pecintaan panas dan singkat.

Setelah hampir satu harian menahan hasratnya terhadap wanita molek ini. ia akhirnya berhasil menuntaskannya. Bahkan rasa sakit di sekujur tubuhnya akibat pentungan bu denya tadi siang sudah tak ia rasakan lagi. Semuanya seakan telah lenyap ditelan rasa nikmat. Beruntungnya ia dengan segera bisa ber-ereksi lagi setelah beristirahat sepuluh menitan.  Barulah setelah itu ia tak hanya mampu membuat Sandra berorgasme bareng dengannya bahkan ia-pun berhasil membuat Sandra mengalami multiorgasme sebagaimana yang mampu Alfi lakukan. Setelah gelombang gairah itu surut. Sandra terbaring dengan kedua kaki tersandar di dinding seperti biasa melakukan ritual ‘pembuahan’.

Cplak!..plok! Bunyi itu terdengar berulang-ulang ketika Paijo mencipoki puting susu Sandra. Anak ini…masih besar sekali gairahnya. Padahal yang tadi itu adalah sebuah persetubuhan yang melelahkan.  Seakan tak ada bosan-bosannya melakukan itu.

“Puas nyusunya?” tanya Sandra

“Belum bu..susu ibu manis sekali”

“Manis? Hi hi punyaku kan belum ada susunya”

“Putingnya manis”

“Bu Sandra”

“Ya?”

“Eng..jika ibu hamil berarti dia itu anak saya juga kan bu?”

“Iya” Pake tanya lagi. Dasar bego, Pikir Sandra

Lima belas menit berlalu. Paijo kembali menindihnya setelah memberi cukup waktu bagi Sandra beristirahat dan melakukan upaya ‘pembenihan’. Lalu mereka kembali bersetubuh seakan tak ada lagi hari esok. Malam itu Sandra tidur di kamar pengap tersebut dalam tindihan tubuh Paijo. Keesokan harinya saat keluar dari kamar Paijo, Sandra berpapasan dengan Bik Iyah. Wanita tua itu hanya terbengong dan tak dapat berbuat apa-apa melihat situasi itu.

“Bik saya minta Paijo tetap di sini dulu ya”ujar Sandra sambil tersenyum lalu pergi menuju ke arah ruangan dalam rumah tanpa menunggu jawaban dari Bik Iyah lagi.

“I..iya non……”jawab bik Iyah lirih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar