Sabtu, 31 Maret 2012

Cinta Sang Bidadari Buat Alfi 3B

Hari demi hari berlalu. Satu bulan sudah Alfi pergi dan belum juga kembali. Bila tempo hari ia mengatakan jika ia hanya akan pergi selama dua pekan saja. Berarti sekarang ini sudah dua minggu melampaui jadwal kepulangannya. Tak ada kabar sedikitpun mengenai dirinya. Sandra sudah berusaha menghubungi lewat Handphone. Namun tak ada jawaban baik dari hp Alfi maupun dari semua anggota tim. Kemungkinan mereka hanya mengaktifkan hp pada saat-saat tertentu saja karena keterbatasan baterai. Tentu saja semua itu  membuat Sandra dan yang lain kelabakan. Mereka semua mulai cemas jika benar-benar telah terjadi hal yang buruk menimpa diri anak itu. Pagi itu terlihat Sandra duduk termenung sendirian. Matanya menatap kosong ke luar jendela. Siang ini Didiet akan pulang. Ia sudah memutuskan untuk berterus terang kepada Didiet tentang apa yang telah terjadi selama ini. Toh! cepat atau lambat Didiet juga akan mengetahui semuanya. Tapi setidaknya masalah keselamatan Alfi jauh lebih penting dan harus cepat diatasi.  Ia bahkan lebih siap menerima kemarahan dari Didiet ketimbang harus menderita batin karena mencemaskan Alfi.

“Non..” terdengar suara bik Iyah menyadarkan ia dari lamunannya.

“Ada apa bik?”

“Bibik..bibik merasa tidak enak sama non. Gara-gara si Paijo, den Alfi jadi tidak pulang-pulang dan si Non terus-terusan sedih dan murung”

Sandra hanya diam. Ia sangat tak ingin membahas soal Paijo lagi.

“Maafkan bibik non.. hks hks” ujar bik Iyah tiba-tiba terisak.

“Aduuh Bik.. sudahlah…Aku tak ingin bibik jadi ikut-ikutan menjadi susah karena persoalanku ini”  ujar Sandra mau tak mau ia menanggapi omongan bik Iyah barusan karena tak sampai hati. Ia memang belum pernah melihat bik Iyah menangis sebab yang ia tahu wanita tua ini sangat keras dan  teguh hatinya.

“Hks hks non tidak mengerti… bibiklah yang bersalah dalam hal inii… Seandainya saja pada waktu itu bibik tidak meminta pertolongan sama Den Didiet mungkin tak begini jadinya”

“Didiet? Bibik sedang bicara apa?” Deg! Jantung Sandra seakan berhenti berdetak saat mendengar nama Didiet di sebut-sebut.

“Selama ini bibik sudah berlaku tidak jujur sama non. Sebenarnya…. den Didiet sudah tahu jika si Paijo tinggal di sini”

“Apaaa?!! Didiet sudah tahu?!” tanya Sandra terlonjak kaget mendengar penuturan bik Iyah tersebut. Seseorang telah lebih dahulu mengatakannya pada Didiet. Dan itu yang tak ia inginkan. Ia ingin Didiet mendengar langsung darinya sendiri sehingga tak menimbulkan salah pengertian.

“B betul non” ujar bik Iyah menegaskan.

Tapi dari siapa Didiet tahu?. Tak mungkin Nadine atau Dian yang melakukannya. Tapi siapa? Sandra bertanya-tanya dalam hati. Mungkinkah Alfi? Paijo?! ataukah… Tiba-tiba ia menatap bik Iyah dengan pandangan menuduh.

“Pasti bibik yang mengadu pada Didiet?!”

“B..bukan non. ” jawab bik iyah. Bik Iyah sepertinya ingin menjelaskan sesuatu namun Sandra yang dalam keadaan depresi tak memberinya kesempatan untuk itu.

“Lantas Siapa?! Katakan terus terang bik!!” bentak Sandra sambil mencengram bahu bik Iyah. Ia kesal karena belum juga mendapatkan jawaban yang memuaskan hatinya. Padahal ‘kunci’nya jelas ada pada pembantunya itu. Bik Iyah yang tahu tentang perselingkuhannya dengan Paijo. Bik Iyah juga orang yang tahu jika Didiet sudah mengetahui hal itu.

“N non?. Hks.. hks …” Bik Iyah terkejut dan kembali terisak. Ia sedih bukan karena di perlakukan kasar oleh ‘nona’-nya itu. Melainkan karena ia ikut merasa bersalah atas segala kemelut yang menimpa Sandra. Sejenak Sandra seakan baru tersadar apa yang ia perbuat. Cepat-cepat ia melepaskan cengkramannya dan memeluk tubuh tua itu.

“Aduhh Bik..m maafkan aku…aku tak bermaksud kasar sama bibik” ucap Sandra menyesal. Betapa ia benar-benar khilaf tadi dan sempat berlaku tak pantas terhadap seseorang yang mengasuh dan memanjakannya saat kecil itu. Kemelut yang terjadi akhir-akhir ini semakin membuatnya sulit mengontrol emosinya.

“Tidak apa-apa non. Bibik maklum akan kondisi non.” ujar bik Iyah. Sebenarnya ia tak ingin menambah beban pikiran Sandra namun ia merasa ia harus mengatakannya pada Sandra.

“Bik beritahu aku bagaimana Didiet bisa mengetahui semua ini” ujar Sandra. Kali ini ia berusaha untuk lebih tenang.

“Baiklah bibik akan katakan semua yang bibik ketahui pada non.” ujar bik Iyah mengawali pengakuannya dengan terbata-bata   “Kejadiannya kira-kira dua bulan yang lalu. Saat itu bibik masih bekerja di rumah ibu non Sandra. Hari itu den Didiet datang sendirian ke sana menjenguk ibu sekaligus meminta bibik tukaran posisi dengan bik Nah. Pada kesempatan itu bibik sempat minta tolong di carikan pekerjaan buat keponakan bibik si Paijo yang menganggur karena saat itu istrinya sedang hamil dan membutuhkan biaya untuk melahirkan. Lantas Den Didiet menyuruh bibik mengajak sekalian Paijo kemari untuk bekerja di sini ”

Pengakuan bik Iyah tersebut sungguh  di luar dugaan dan membuat Sandra benar-benar merasa kecele. Selama ini ia dan yang lain menganggap Didiet belum tahu soal keberadaan Paijo di rumah ini. Padahal sejak awal hal itu justru merupakan idenya Didiet sendiri!

“Mengapa?…mengapa baru sekarang aku diberi tahu soal ini Bik?”

“Maafkan saya non. Tetapi den Didiet yang melarang bibik mengatakannya pada Non Sandra.”

“Aku semakin tak mengerti? L..lantas…Apakah ia juga mengetahui apa yang telah aku lakukan dengan Paijo selama ini, Bik?!” Tanya Sandra bingung. Ia sungguh tak mengerti akan situasi yang terjadi di dalam rumah tangganya saat ini. Entah siapa yang terlebih dahulu memulai ketidak jujuran di antara ia dan Didiet.

“Ya say, aku juga sudah tahu akan hal itu.” Terdengar suara dari arah ruang depan sebelum bik Iyah sempat menjawab. Kedua wanita itu-pun menoleh ke arah suara tersebut secara bersamaan.

“Ditt?!” ujar Sandra tergagap ketika melihat Didiet  muncul dari balik pintu..

“Oh! den Didiet sudah pulang” ujar Bik Iyah-pun tak kalah kaget.

Pembicaraan yang serius barusan membuat mereka tak menyadari kehadiran Didiet di situ.

“Bik, tinggalkan saja kami berdua”ucap Didiet santai.

“Baik den” ujar Bik Iyah patuh. Ia masih sempat mengambil alih koper dari tangan majikannya itu.

Setelah bik Iyah berlalu.

“Dit, benarkah engkau sudah mengetahui apa yang terjadi selama ini?” pertanyaan  Sandra langsung membuka percakapan.

“Say..kemarilah.”ujar Didiet lembut.

Apa?..Say?..suaminya masih memanggilnya ‘say’ dalam situasi seperti ini?. Mengapa Didiet sepertinya tak mempermasalahkan perselingkuhannya dengan Paijo? Sandra mendatangi suaminya dengan perasaan bercampur aduk. Lalu ia merasakan rengkuhan tangan kokoh pada punggungnya saat Didiet memeluknya. Saat mengadahkan wajahnya ke wajah Didiet sebuah kecupan hangat hinggap di bibirnya.

“Ditt engkau belum menjawab pertanyaanku” kejar Sandra penasaran karena Didiet belum memberinya jawaban.

“Ya. Say. Aku sudah mengetahui tentang hubunganmu dengan Paijo Namun kamu tidak perlu kuatir aku akan mempermasalahkannya karena hal itu juga ada hubungannya mengapa sejak awal aku tak memberi tahumu soal kepindahan Paijo kemari”

“Katakan, Dit. Mengapa engkau tak pernah memberi tahuku soal itu?.” tanya Sandra tak sabar.

“Sebenarnya sejak awal aku ingin memberitahumu namun mengingat saat itu suasana hatimu sedang tak baik maka aku merasa harus menunggu waktu yang tepat  untuk berbicara padamu.” Ujar Didiet sambil membimbing istrinya untuk duduk bersama di sofa. “Baiklah aku ceritakan saja sekarang. Seperti yang telah bik Iyah katakan padamu tadi, aku memang bertemu dengannya di rumah ibumu. Aku terkejut saat tahu ternyata keponakannya yang bernama Paijo itu telah memiliki seorang istri yang sedang hamil. Hal itu  membuatku teringat dengan masalah kehamilanmu. Tiba-tiba saja terbetik keinginan untuk menjadikan Paijo sebagai pendonor bagimu. Lantas kuminta bik Iyah untuk mengajaknya kemari. Dan ia memang kularang mengatakannya padamu. Namun ia sungguh tak tahu apa sebenarnya tujuanku. Awalnya aku ingin Paijo tinggal bersama kita beberapa minggu terlebih dahulu dengan harapan aku bisa mengenal segala hal tentang Paijo lebih jauh agar tak menimbulkan masalah bagi kita di kemudian hari. Namun ternyata tanpa kuduga, sebelum aku sempat mengungkapkan rencanaku padamu, ternyata hubungan antara engkau dan Paijo sudah terjalin dengan sendirinya. Aku baru mengetahui hal itu dua minggu yang lalu. Ketika itu penerbanganku kemari dimajukan lebih awal. Dan aku tiba di rumah pagi-pagi sekali. Saat itulah aku menemukan dirimu masih tertidur lelap berdua dengan anak itu di ranjang kita. Tetapi aku tak ingin mengganggu kalian. Jadi kuputuskan  pergi ke rumah Donnie. Lalu setelah agak siang aku kembali lagi ke rumah. Dan berlagak seolah-olah baru tiba siang itu..”jelas Didiet panjang lebar.

Sandra tercenung setelah mengetahui kenyataan tersebut.

“Say, apakah ada yang salah?” Tanya Didiet heran. Tadinya ia yakin ini menjadi sebuah surprise yang menyenangkan buat Sandra. Namun Sandra tak bereaksi seperti yang ia harapkan. Garis-garis kesedihan nampak jelas di wajahnya.

“Dit? Apakah engkau sengaja memanfaatkan kelemahaan dan permasalahanku untuk mewujutkan fantasi liarmu?” Tanya Sandra.

“Sand? ”  Tanya Didiet terkejut melihat reaksi istrinya itu.

“Engkau sengaja mengumpankan anak itu agar berselingkuh denganku! Benarkan Dit?!”

“Say..akukan cuma berniat membantu” ujar Didiet terpojok. Ia tak menyangka ternyata Sandra mampu membaca niat terselubungnya,

“Jawab pertanyaanku Dit!!” tanya Sandra kesal. Ia benar-benar sudah lelah dengan semua ini. Tak di sangka ternyata suaminya sendiri yang menjadi actor intelektual atas perselingkuhan dirinya dengan Paijo yang berujung pada kepergian Alfi.

“Baik! Baik!! Aku akui. Aku memang memiliki hasrat melihat anak itu menidurimu. Namun apa bedanya? Toh, selama ini engkau juga melakukannya bersama Alfi. Ayolah say…kita ambil positifnya saja. Bukankah dengan begini engkau bisa memperoleh manfaatnya karena ada seseorang yang mau menghamilimu dan aku sendiri…yahh…mendapatkan apa yang kumau” tukas Didiet. Ia berbalik heran melihat keberangan istrinya. Ia sulit menebak bagaimana kondisi emosi istrinya saat ini. Bukankah seharusnya Sandra senang ada solusi bagi masalah kehamilannya. Namun kenyataannya justru tidak demikian. ia sungguh tak menyangka Sandra justru terlihat sangat kesal kepadanya.

“Tetapi tahukah engkau akibat semua ini bagi Alfi?!”

“Lho? Memangnya ada apa dengan Alfi?!”

“Alfi…diaa…sangat terpukul setelah melihat kebersamaanku dengan Paijo.”

“Terpukul? Aneh!…aku benar-benar tak mengerti maksudmu? Bukankah selama ini ia tak mempermasalahkan kehadiran pria lain seperti aku atau Donnie dan juga Robert?”

“Aku juga tak mengerti soal itu, Ditt!.Yang jelas ia tak suka melihat Paijo di sini meniduri aku!”

“Baiklah, di mana anak itu sekarang? Mungkin aku bisa minta maaf serta pengertiannya soal hal ini. Setidaknya ia tak perlu menyalahkan dirimu atas semua yang terjadi “

“Terlambat Dit. Alfi sudah pergi” ujar Sandra lirih.

“Apa? Pergi?..Kemana? Apakah ia ke rumahnya Donnie atau Robert?”

“Ia tidak ada di sana, Dit. Alfi pergi mendaki gunung XX.”

“Haa!! Mendaki?! Mengapa kau tak berusaha mencegahnya? Bukankah aku sudah pernah melarangnya melakukan kegiatan itu!”

Lalu Sandra menceritakan secara ringkas semua yang telah terjadi selama ini. Didiet-pun melongo setelah mendengar penuturan Sandra. Kali ini ia baru nyambung. Ia dibuat bingung dan tak tahu harus menjawab apa. Situasi yang terjadi tak seperti yang ia harapkan. Sungguh! Ternyata banyak hal yang tak terpikirkan olehnya. Ia lupa memperhitungkan resiko jika Alfi tak menyukai Paijo. Bahkan tak akan pernah ada kehamilan dikarenakan Paijo Mandul!

“Eh uh..Maafkan aku say..aku benar-benar tak tahu jika akan begini jadinya” ujar Didiet penuh penyesalan karena semua  ini  justru membuat Sandra semakin sedih dan tertekan.

“Ia… ia sengaja mencari mati gara-gara aku huu huu“ Sandra mengatakan itu sambil mendekap wajahnya dengan ke dua telapak tangannya. Air matanya tumpah tak terbendung lagi. Bayang-bayang mimpi buruknya tentang Alfi tempo hari kembali terlintas di kepalanya.

Didiet benar-benar kaget ketika melihat istrinya itu menangis. Cepat-cepat ia bangkit seraya menarik kepala Sandra ke dalam pelukannya.

“Aduhh say!.. tak perlu seperti ini? haduhh bagaimana ini…..tadi kan aku sudah katakan  jika aku sangat menyesal…” bisiknya kebingungan membujuk istrinya agar berhenti menangis.

“Bagaimana dengan Alfi, Ditt? Sudah satu bulan ia tidak pulang. Aku kuatir sekali jika terjadi apa-apa padanya hks hks!”tanya Sandra di antara isaknya.

“Kita akan mencari tahu tentang dia. Namun aku ingin engkau berusaha menenangkan dirimu dulu.. Aku cukup mengenal leader kelompok itu. Ia merupakan juniorku di kampus dulu. Pemuda itu tak sembarangan mengajak seseorang buat mendaki. Semuanya pasti sudah dipersiapan secara matang. Jadi aku kira tak terjadi apa-apa dengan mereka. Lagian bukankah tak ada berita buruk dari radio maupun televise?”

“Tapii Ditt masa kita harus menunggu terjadi apa-apa dulu baru bertindak?! huu huu “

“Baik!..Baiklah say!. Aku segera memerintahkan beberapa karyawanku buat mencari Alfi di posko para pencinta alam di kota H besok. Aku yakin mereka dapat dengan cepat memperoleh info keberadaan Alfi. Selanjutnya biarlah aku yang akan menangani hal ini ya Say ” ujar Didiet. Ia sadar tak ada jalan lain untuk membuat hati istrinya itu tenang kecuali menemukan Alfi secepatnya.

Alhasil setelah mendengar ucapan suaminya itu Sandra menjadi lebih tenang. Beberapa saat kemudian tangisnya-pun mereda di dalam dekapan suaminya. Haihh…Didiet menghela napas panjang. Ia merasakan kemejanya basah oleh air mata istrinya itu. Sejak berkenalan dengannya hingga saat ini, Sandra tak pernah menjadi sesedih seperti tadi. Kecuali satu kali. Ya…Didiet  jadi teringat akan peristiwa dulu saat itu Sandra menjadi begitu murungnya sejak berpisah dengan Alfi setelah melakukan percintaan buat pertama kalinya di cottage di pantai X tempo hari. Dalam hati kecilnya sebetulnya ia tahu bila kehadiran Alfi dalam perkawinan  mereka telah mendapat tempat yang istimewa di dalam hati Sandra tapi ia tak pernah menduga seberapa besar perasaan  itu. Dan selama ini-pun Sandra selalu mengungkapkan jika ia hanya mencintai dirinya seorang sedangkan Alfi hanyalah dianggap sebagai bumbu dalam  kehidupan ranjang mereka semata. Tapi kini kenyataan itu tak lagi dapat di tutupi oleh Sandra. Kemarahan dan tangis Sandra barusan itu tak cuma mengartikan sebuah kekuatiran namun juga sebuah ungkapan penuh kerinduan dan kasih sayangnya terhadap Alfi. Didiet seakan baru tersadar jika bayang-bayang Alfi secara perlahan namun pasti akan mampu menggeser dirinya dari hati Sandra. Tapi ia tak bisa menyalahkan orang lain. Bukankah semua ini berasal dari keinginan dan fantasi liarnya sendiri? Berarti ia sendiri yang juga harus siap menanggung segala konsekuensi atau akibat yang di timbulkan oleh hal tersebut. Termasuk siap tersisih dalam memperebutkan cinta sejati Sandra!

##########################

Keesokan paginya Didiet terlihat sibuk menelpon ke sana kemari. Namun hingga siangnya ia belum juga mendapatkan jawaban yang memuaskan.

“Sepertinya aku sendiri yang harus pergi mencari Alfi” ujarnya pada Sandra.

“Aku tak ingin menyusahkanmu Dit. Kurasa kita bisa menunggu kabar dari orang-orangmu”

“Tak mengapa. Ketimbang hanya menunggu. Semakin cepat aku bisa memperoleh kabar mengenai keberadaan Alfi tentunya semakin baik.”

Akhirnya Didiet pergi ke kota H yang hanya berjarak empat jam perjalanan berkendaraan mobil dari kota S. Waktu terus merambat. Sandra terus menunggu dengan harap-harap cemas. Handphonenya tak pernah lepas dari genggamannya. Menanti benda itu berdering dan seseorang yang akan  memberinya kabar baik mengenai Alfi. Namun hingga hari menjelang sore apa yang ia harapkan tak juga terjadi. Ia mulai merasa putus asa. Masalah kehamilan yang berujung dengan kepergian Alfi benar-benar telah membuatnya lelah. Ketika ia sedang berupaya membuang kegelisahannya dengan berjalan-jalan di pekarangan rumahnya sambil memandangi beragam bunga yang tumbuh di sana.  Tiba-tiba terdengar derit pintu gerbang bergeser. Seseorang masuk ke perkarangan rumah sambil tersenyum riang tengah berlari kecil menuju ke arahnya.

“Kakaakkk! Alfi pulanggg!”

“Ohhh  Fii?! Kamu.. sudahh pulanggg?!!”.

Sandra-pun langsung menubruk tubuh anak itu. Memeluknya se-erat mungkin. Mendekapannya. Seakan tak ingin melepaskannya lagi. Air matanya meleleh tak terbendung lagi oleh rasa lega dan kerinduan yang mendalam.

“Ooh..Fii   kakakk kuatir sekali huu huu”

“Duh! Kenapa kakak begitu kuatir? Bukankah sudah Alfi bilang kalau Alfi bakal mampu menaklukan gunung itu” bisik Alfi sambil membelai rambut Sandra. Ia sungguh tak tega melihat bidadarinya menangis.

“Kamu jangan pergii lagi ya Fi  huu hu..”

“Iya iya Alfi tidak bakalan meninggalkan kakak lagi. Alfi sudah berniat tak akan mendaki lagi demi kakak. Cukup sudah satu kali itu buat menuntaskan hasrat dan rasa ingin tahu Alfi saja. Nah sekarang kakak sudahan dulu nangisnya” bujuk Alfi sambil mengusap pipi Sandra yang basah.

“Kakk..” bisik Alfi setelah tangis Sandra  mereda.

“Iya Fi?”

“Alfi kangen sama sekali sama kakak”

“Oh..Fii Kakak juga, sayang. Ayo kita masuk. Kamu harus istirahat setelah menempuh perjalanan jauh”

“Melihat kakak, rasa capek Alfi jadi hilang”

“Gombal ahh!” ujar Sandra mencubit pinggang pemuda itu.

#################################

Alfi

Sandra segera mengabarkan kepulangan Alfi kepada Didiet. Didietpun merasa lega. Ia menganggap masalah dan kemelut antara Sandra dan Alfi sudah terselesaikan. Namun Ia mengabarkan jika ia tidak bisa pulang ke kota S. Ia memutuskan untuk langsung berangkat ke kota G dengan pesawat. Ia-pun berpesan agar Nadine segera menyusulnya. Sore itu  Sandra menghabiskan waktu berjam-jam di sebuah SPA buat menyambut pertemuannya dengan Alfi. Ia tahu selama beberapa hari ke depan akan menjadi hari-hari penuh keintiman yang melelahkan bagi mereka berdua. Dan malamnya ia mengajak Alfi makan malam di sebuah restoran berkelas di kawasan elite. Sandra mengenakan gaun malam hitam yang indah terlihat begitu kontras dengan  kulitnya yang putih lembut itu. Ia ingin terlihat cantik buat pemuda itu. Para pengunjung lain banyak yang mencuri memandang ke arah mereka sambil berbisik-bisik. Tentu saja pasangan unik itu cukup mengundang tanya mereka. Kemana suaminya? Mengapa wanita secantik dan seanggun Sandra minta ditemani oleh pemuda bertampang pas-pasan seperti Alfi yang cocok menjadi jongosnya itu? Namun Sandra tak memperdulikan semua itu. Kepulangan Alfi telah menepis segala kegalauan hatinya selama ini. Saat ini ia benar-benar sedang dimabuk asmara. Ia ingin menikmati saat-saat terindahnya bersama Alfi tanpa terganggu oleh siapa pun malam ini. Setelah selesai menikmati makan malam. Mobil Sandra meluncur menembus gemerlapnya malam. Menuju ke luar kota ke sebuah tempat yang penuh dengan nostalgia indah baginya dan Alfi. Cottage xxx di tepi pantai X. Malam semakin larut dan dingin ketika mereka tiba di situ. pohon nyiur melambai kuat di terjang hembusan angin pantai. Sepertinya tak lama lagi bakal turun hujan lebat. Sebuah malam pertemuan yang sempurna buat Alfi dan Sandra.

“Wah..Kakak cantik sekalii..dan harum” puji Alfi ketika wangi tubuh Sandra menggelitik hasrat kejantannya.

“Betulkah?” Sandra tersipu senang.

“Engg..kak”

“Iya sayang”

“Alfi turut  prihatin” ujar Alfi sambil membelai pipi Sandra lembut.

“Soal apa sayang?”

“Soal kegagalan Paijo. Alfi sudah mengetahui semuanya dari kak Dian” ujar Alfi. Sandra tahu Alfi tak sedang mengoloknya. Ia melihat ketulusan di mata Alfi.

“Tidak apa-apa sayang. Mungkin itu pantas kakak terima karena kakak telah menyakiti hatimu” jawab Sandra.

“Tapi Alfi ngga pernah membenci kakak. Saat itu Alfi justru ingin dia bisa bikin kakak hamil.”

“Betul begitu?” Sandra menatap mata pemuda itu lekat-lekat. Ia tahu Alfi sudah melakukan sebuah pengorbanan besar dan ia sudah membuktikan betapa besar cintanya dengan mampu melewati ujian yang sangat berat itu. Kini Sandra-lah yang harus memikirkan bagaimana ia membalas semua yang telah dilakukan anak itu kepadanya.

Alfi mengangguk sambil membalas tatapan Sandra. Jelas ia ingin Sandra tahu jika ia tak berbohong atau dianggap sekedar mengucapkan kata-kata gombal.

“Terima kasih sayangku. Namun mulai saat ini kakak hanya inginkan kamu yang nantinya bisa menghamili kakak.”ujar Sandra membelai wajah anak itu.

“Eng Kak…Alfi… kangen sekali sama kakak.”

“Lantas kenapa sejak pulang kamu belum juga mencium kakak”

Alfi tak memberi jawaban atau menunggu Sandra bertanya lagi. Ia langsung memagut Bibir kekasihnya itu. Lalu keduanya menumpahkan segala rasa rindu mereka dalam balutan ciuman yang ketat. Tak ada keliaran di situ. Ini sebuah ciuman yang di dasari oleh perasaan cinta dan kasih sayang dari kedua pelakunya.

“Fi ada yang mau kakak katakan padamu” ujar Sandra saat ciuman mereka terlepas.

“Apa itu kak?”

“Fi… kakak mencintaimu”

“Alfi tahu itu kak” Alfi menanggapinya dengan tersenyum getir. Ia sudah sering mendengar kata-kata itu terucap tak hanya oleh Sandra namun juga dari wanitanya yang lain. Ia menganggap itu hanya ekspresi rasa kangen Sandra saja. Mana mungkin Sandra benar-benar mencintainya dalam arti yang sebenarnya sebagaimana halnya ia sendiri  mencintai wanita itu. Selain itu tak  mungkin ia mampu bersaing dengan kak Didietnya.

“Fi, kakak serius. Kakak mencintaimu dengan segenap jiwa raga kakak” Sandra seakan tahu apa yang berkecamuk di dalam benak Alfi. Ia  mengucapkan hal itu sambil menatap lekat-lekat mata Alfi. Kini adalah giliran baginya untuk menyatakan isi hatinya pada Alfi. Ia tak ingin lagi mengingkari perasaannya yang sebenarnya terhadap Alfi dan ia ingin Alfi tahu kebenaran itu sekarang bahwa Ia sungguh-sungguh mencintai Alfi.

“Tetapi K..kaak Alfi kan jelek. Sedangkan kakak cantik” mau tak mau kali ini Alfi menanggapi ucapan Sandra dengan serius.

“Ya Fi. Kamu memang tak setampan dan segagah suami-suami kami. Kamu juga tak sekekar Donnie. Kamu memang ngga sepintar Robert. Tetapi aku tak perduli dengan semua kekuranganmu itu, Fi. Kamu justru memiliki sesuatu yang tak mereka bahkan kebanyakan pria punyai. Kamu jantan. Penuh dengan ketulusan dan kasih sayang. Kakak merasa kamu itu ngga jelek-jelek amat kok. Justru di mata kakak kamu itu sangat…seksi lho. Lagian apakah ada larangan buat seorang yang cantik mencintai orang seperti dirimu Fi?”

Mendengar ucapan Sandra tersebut jantung Alfi seakan berhenti berdetak  saat itu juga. Rasanya ia tak bermimpi. Wanita yang paling ia cintai itu akhirnya membalas cintanya. Hal itu yang selama ini paling ia dambakan. Tak ada kata-kata yang bisa mewakili kebahagian hatinya saat itu.

“Ohh Kakaak …Alfi juga sangat mencintai kakak”. Alfi tak lagi dapat membendung perasaannya. Bibir Sandra yang mengiurkan itu di sambarnya. Dan merekapun kembali larut dalam lautan French kiss yang menghanyutkan.

“Kak, Alfi mau ceritain pengalaman Alfi waktu di gunu …”.ujar Alfi sambil merenggangkan rangkulannya.

“Stttt  Fii sebaiknya kita ngga usah bicara itu dulu ya..” potong Sandra sebelum Alfi menyelesaikan kalimatnya.

“Lho kenapa  kak?”tanya Alfi

“Katamu kamu sudah kangen banget sama kakak, tapi kok malah ngomong melulu?”

“Hi hi Iya ya kak ….”

Alfi segera memagut bibir kekasihnya dengan lembut. Sandrapun menyambutnya dengan penuh hasrat dan kerinduan. Menjadikan ciuman mereka begitu ketat. Sementara itu hujan telah turun dengan lebatnya. Udara lembab dan sejuk mengalahkan kenyamanan dari AC modern manapun merasuk masuk ke dalam  kamar menyapu hawa panas yang sedang membara berasal dari tubuh dua insan berlainan jenis dan status sosial yang sedang bergumul di atas ranjang. Bila dulu Alfi lah yang kerap merengek-rengek bila kebelet ingin bersetubuh. kini malah Sandra yang dibuat merengek-rengek manja. Alfi yang sekarang benar-benar bisa mengendalikan hasratnya.  Tapi Sandra  tahu anak itu siap meledakan gairahnya pada saat percintaan yang akan terjadi sebentar lagi. Bahkan jauh lebih dasyat dari sebelum-sebelumnya. Alfi berlaku sabar dalam  melakukan cumbuan awal untuk memulai sebuah persetubuhan. Bibir mereka saling menghisap satu sama lain. Saling kecup. Bergantian memasukan lidah dan saling bertukar cairan mulut. Ciuman Alfi  menjalar ke leher jenjang Sandra. Ia kecupi setiap jengkal kulit putih bak pualam itu. Sandra memejamkan matanya meresapi setiap kecupan Alfi yang jauh berkelana hingga ke dadanya yang membusung. Tubuh Sandra maupun dirinya masih tertutup oleh pakaian lengkap. Begitu juga dengan Alfi. Tak sukar bagi Alfi melakukan kemesrahan. Jemarinya yang terlatih dengan cepat berhasil membuka satu demi satu kancing-kancing gaun Sandra. Sandra sengaja memakai bra berkait depan. Dan ketika Alfi membuat satu gerakan lagi maka dada Sandra yang membusung indah itupun terbebas.

Alfi menjatuhkan kecupannya pada puncak bukit putih yang berwarna merah muda itu. Menangkapnya dalam mulutnya. Menguncinya dengan bibirnya. Lalu menghisapnya dengan kuat.

“Arggg…sayanggggg” rintih Sandra dalam kenikmatan. Lidah Alfi mampu berputar liar menyapu setiap sisi puting susunya di dalam kevakuman rongga mulutnya. Rasa nikmat itu membaur dalam rasa deg-degan. Tak ada yang menandingi anak ini dalam urusan yang satu ini. Sandra benar-benar dibuatnya semakin melambung.. Alfi juga memberikan porsi yang sama pada puting susu satunya. Bila sudah demikian ia akan melakukannya paling tidak satu dua menitan. Meski ke dua puting Sandra sudah berdiri penuh ia akan tetap akan menempel di situ persis seperti seorang bayi yang sedang menyusu. Itu pula yang sangat di sukai setiap wanitanya. Alfi mampu membuat seks pada puting susu menjadi begitu mengasyikan.

“Ohh..Fiii geliiii” pekik Sandra.

Geli itu di barengi tumpahnya cairan-cairan cinta yang membasahi rongga-rongga liang senggamanya. Sandra mulai kewalahan buat mengalihkan gairah yang berubi-tubi di susupkan Alfi ke tubuhnya. Gairahnya terpompa naik dengan cepat oleh setiap sentuhan Alfi. Ia tahu Alfi tak akan melewati setiap tahaban foreplay yang ada. Dan ia  tak akan mendapat penuntasan dalam waktu dekat.  Jemari Sandra menggapai-gapai berusaha meraih sesuatu pada selangkangan anak itu. Ia berusaha menyusupkan jemarinya ke dalam celana Alfi yang ketat. Namun nampaknya begitu sulit baginya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

“Fii…buka semuanyaaa”  rengek Sandra.

Alfi bangkit. Ia melepas semua pakaian yang masih melekat di tubuhnya satu persatu. Sandra-pun tak tinggal diam. Ia-pun melakukan hal yang sama. Lalu Alfi berdiri pada ke dua lututnya. Membuat wajah Sandra persis berada di selangkangannya. Hal itu untuk memudahkan kekasihnya itu melakukan apa saja yang ia mau pada kemaluannya. Sandra menatap benda panjang hitam sedang teranguk-anguk garang di hadapannya itu. Benda itu sudah berdiri penuh dan  pada ujungnya bertumpahan cairan lengket. Benda ini yang dulu telah merenggangkan selaput daranya hingga berdarah. Menodai kesuciannya yang telah susah payah ia jaga selama dua puluh lima tahun. Tak hanya itu benda itu juga pernah memberikan rasa sakit dan nikmat secara bersamaan pada vaginanya untuk  pertama kalinya. Tapi benda itupun  kini tak lagi sama ukurannya dengan dulu. Selama dua tahun ini besar dan panjangnya tumbuh semakin meraksasa hingga ke ukuran puncaknya.

Sandra menggenggam pangkal kemaluan Alfi dan mulai mengocok pelan. Membuat kulit kulup yang menutupi glans penis Alfi terbuka dan menutup. Wajahnya bergerak mendekat hingga hanya berjarak beberapa senti meter saja lagi. Dan…Leppp Sandra  memasukan ujung organ tersebut ke dalam mulutnya. Lalu dengan telaten mengulum dan menjilatinya. Mengambil alih untuk sementara tugas vaginanya memberi kenikmatan pada penis Alfi.

“Ooohh… Kakk… ooohh…”, desahan Alfi terdengar lirih setiap kali batang penisnya memasuki mulut kekasihnya. Penisnya terus dibetot oleh mulut Sandra dengan hisapan liar yang dasyat.

Deburan ombak terdengar seakan menggambarkan letupan gelombang gairah kedua insan tersebut. Semilir udara dingin ditambah hembusan AC tak mampu menahan butir-butir peluh yang mulai membintik di sekujur tubuh ke duanya. Sandra menyadari sepenuhnya. Alfi memang bukan lagi Alfi yang Sandra kenal dua tahun yang lalu. Tubuh anak itu semakin tinggi meski masih berselisih jauh dengannya. Dadanya membidang basah oleh peluh mengucur hingga bungkahan otot-otot di perutnya. Memang sejak mengenal Donnie, Alfi jadi rajin berolah raga menjadikan tubuhnya berkembang baik. Alfi meletakkan sebuah bantal di tengah tempat tidur. Ia meminta Sandra berbaring tengkurap dengan posisi bantal tersebut tepat di bawah pinggul Sandra. Dengan demikian Ia  mendapatkan ruang yang paling terbuka untuk mengoral Sandra.  Vagina Sandra memang terekspos sempurna. Bibirnya yang telah basah itu membuka, Alfi menyelinap di antara kedua paha Sandra dan menempatkan kepalanya tepat di depan vagina wanita cantik itu. Ia mulai dengan mengecup ke dua pipi bukit cantik itu. Lalu menjilat apapun yang ada dihadapannya bagai seseorang anak kecil melahap sebuah es krim yang lezat. Gelombang kenikmatan dengan cepat merasuki Sandra. Ia sudah pasti akan orgasme dalam waktu dekat. Tiba-tiba saja ia menjauhkan pinggulnya dari wajah Alfi sebelum hal itu terjadi.

“Kenapa kakak sayang?”

“Fiiii udahhhh!  kakakkk pinginn kamu gituin sekarang” ujar Sandra terengah-engah. Ia tak ingin orgasme dulu sebelum titit Alfi masuk ke tubuhnya.

Sandra mengubah posisi tubuhnya menjadi terletang.

“Lho? Kakak seharusnya tetap tengkurap”

“Ngga mau…kakak ingin kamu nindih kakak dari depan seperti waktu pertama kali kamu ngambil perawan kakak dulu”

“Tapi kak, bukankah sekarang ini adalah saat yang tepat buat melakukan pembuahan? Alfi sudah siap membuahi kakak malam ini. Apalagi akhir-akhir ini Alfi hanya menkonsumsi sayur-sayuran saja”

Ucapan Alfi membuat Sandra heran.

“Sayangggg…Buat apa kamu lakukan itu?”

“Kak Lila bilang selama diperjalanan Alfi harus banyak makan buah dan sayuran. Bahkan Alfi juga dilarang menkonsumsi mie instan. Katanya itu bisa bikin kak Sandra cepat hamil”

Sandra akhirnya mengerti ternyata Lila sadar jika kemungkinan Paijo untuk gagal begitu besar. Dokter cantik itu-pun tahu siapa sebenarnya yang mampu dan paling pantas untuk menghamili Sandra. Untuk itu ia sengaja mempersiapkan Alfi buat itu.

“Oh begitu…tapi kamu sudah banyak berkorban buatku, oleh karena itu sejak malam ini kakak ingin kita menikmatinya tanpa memikirkan lagi soal kehamilan. Hamil atau tidak kakak tak lagi mempermasalahkannya. Yang penting kakak hanya ingin kamu selalu ada bersama kakak”

“Eng..Baiklah kalau begitu kak”Alfi tak ingin berbantah dengan kekasihnya itu. Namun ia tetap bertekat ia harus berhasil membuahi kekasihnya malam ini. Ia tak ingin masa-masa puncak kesuburan Sandra berlalu dengan kesia-sia-an seperti sebelum-sebelum ini.

Posisi misionari adalah posisi keintiman yang paling mereka sukai. Bagi Sandra ini  merupakan cara penyatuan yang sempurna dan  penuh dengan kenangan bagi mereka berdua. Posisi ketika si Alfi kecil pertama kali merengut kegadisannya. Alfi mengangkat tubuh Sandra bergeser ke tengah-tengah tempat tidur agar memperoleh posisi yang lebih nyaman.  Setelah itu ia menindih tubuh kekasihnya itu sekaligus memberinya ciuman yang ketat. Tubuh mereka-pun menyatu tanpa ada penghalang. Sandra merasakan  ujung penis Alfi  mengusap-usap permukaan vaginanya. Cairan cintanya merembes keluar dan  melicinkan bagian dalam kewanitaannya. Ia membuka kedua kaki lebih lebar memberi akses seluasnya bagi Alfi memasuki dirinya. Tanpa perlu dibimbing .penis Alfi seakan tahu di mana jalan yang harus ia jelajahi. Perlahan setahab demi setahab  mulai kepalanya yang bulat bak tomat membelah dan masuk …lalu leher tempat berkumpul kulit kulupnya yang tertarik …hingga akhirnya seluruh batang penis besar Alfi tertelan utuh  ke dalam liang kenikmatan kekasihnya yang cantik itu.

“Arrgghkkhh…!”, Sandra dan Alfi mendesah bersamaan saat penyatuan itu berlangsung.

Sebuah penyatuan yang sempurna. Terjadi di dalam kamar yang sama dan di atas ranjang yang sama  dikala Sandra ternoda dulu. Sandra-pun  langsung orgasme secepat begitu penis Alfi mengisinya. Sungguh luar biasa nikmatnya titit Alfi. Vaginanya terasa begitu penuh. Baik penis suaminya maupun Paijo tak ada yang mampu menyentuh dasar vaginanya seperti halnya milik Alfi. Dan belum ada pria lain selain Alfi yang mampu membuatnya orgasme secepat ini.

“Ouhhhhh..sayaaangggg!!”pekik Sandra tertahan.

Kedua tutut Sandra membuat satu garis lurus hingga ke kesepuluh ujung jemarinya yang menegang. Alfi tahu apa yang harus dilakukannya saat itu. Ia menahan gerakannya. Sehingga ujung penisnya tetap menekan dasar vagina Sandra. Membiarkan vagina Sandra berpuas-puas mengulumi penisnya. Tak beberapa lama kemudian, setelah orgasme pembuka yang berlangsung beberapa detik tersebut usai. Barulah Alfi menggerakan pinggulnya naik turun. Alfi melakukannya dengan sangat lambat. Menarik penisnya hingga ke bagian leher. Melakukan kocokan dangkal yang lambat beberapa kali. Lalu pelan-pelan mengirim utuh semua penisnya ke bagian terdalam vagina Sandra. Dan menekannya dasar rahim Sandra beberapa detik. Lalu melakukan kocokan pendek namun dalam pada kedalaman itu.

“Ooohhh…sa..yanggggg…ohhhhh” Rintihan dan desahan silih berganti keluar dari bibir Sandra akibat perlakuan Alfi tersebut. Gerakan kepala penis Alfi yang bulat besar itu terasa bagaikan mengulek dasar vaginanya di sepanjang persenggamaan. Liang senggamanya yang selama beberapa pekan belakangan selalu di hajar oleh penis kampung Paijo terasa tetap rapat dan tak berubah sama sekali bagi Alfi.

Cleks..clks…ckleks…Suara lembut berasal dari tautan kemaluan mereka berdua mengiringi setiap kocokan Alfi. Sepuluh menit berlalu dan sebuah orgasme kembali melanda Sandra. Kuku-kukunya menghujam dan menekan bongkahan pantat Alfi. Berusaha menahan Alfi agar tak menarik penisnya.

“Ughhh….!!! Fiii…kakakkk dapettt lagiii!”

Alfi kembali menahan gerakannya. Membiarkan Sandra menikmati setiap detik kenikmatan yang diakibatkan penisnya itu. Meski dalam keadaan diam namun dengan kekuatan ototnya Alfi mampu membuat penisnya berdenyut-denyut dengan kuat. Sementara kemaluannya bekerja, Alfi berusaha menambah rasa kenikmatan yang dialami  Sandra dengan mengecupi seputar leher jenjang kekasihnya itu atau memberinya lumatan di bibir. Kedua tangannya-pun tidak tinggal diam. Payudara dan pinggul Sandra secara bergantian ia remas-remas secara kembut.

“Hmm..punya kamu enak banget sayangg” puji Sandra setelah orgasmenya mereda. Jemarinya dengan lembut mengelus-elus perut hingga pubik Alfi yang menempel pada miliknya.  Sementara kemaluan Alfi masih tetap menegang keras dan mengeram di dalam vaginanya.

“Enak mana sama Paijo kak?”goda Alfi.

“Aaa…Alfi begituuu..!!”

“Bilang dulu enak titit Alfi atau punyanya Paijo?”

“Emang kenapa jika titit Paijo lebih enak?” Sandra balas menggoda kekasihnya itu.

“Betulkah kak? Titit Paijo seenak itu?” Tanya Alfi penasaran.

“Hi hi ngga sayang. Titit kamu tetap paling enak kok”

“Tapi tempo hari Alfi lihat sendiri kakak dibuatnya orgasme?” kejar Alfi belum yakin.

“Hi hi Kamu cemburu ya Fii?”

“Kakakkk?!”Alfi merengek kesal. Sepertinya ia memang mulai tersulut api cemburu.

“Iya..iya..kakak memang orgasme waktu itu. Tapi bikinnya susah bener sebab titit Paijo kecil dan pendek. Tetap saja titit kamu lebih enak dari Paijo, sayang”.

“Begitu ya kak?”

“Kan buktinya dia kakak suruh pulang kampung. Dan kakak milih menunggu kamu pulang”

Alfi tersenyum. Kali ini ia percaya akan omongan Sandra. Ia gembira telah memenangkan segalanya dari Paijo.

“Sudah ngga cemburu lagi kan?”Tanya Sandra.

“hi hi sudah kakak”

“Kalau begitu entott kakak lagi sayanggg” rengek Sandra manja.

Demikian percintaan itu terus berlangsung penuh cita rasa bagi mereka berdua. Hingga akhirnya Sandra sampai pada fase multiorgasme-nya. Penis Alfi mulai memberinya orgasme yang luar biasa nikmat secara beruntun tanpa henti. Vaginanya tak lagi berhenti berkontraksi.. Lepas dari sebuah orgasme kuat maka sebuah orgasme berikut datang melandanya. Begitu seterusnya. Kenikmatan itu datang susul menyusul bagai bergelombang ombak yang tak pernah terputus. Dan multiorgasme yang melanda Sandra itu membuat lumatan liang vaginanya menjadi permanent.  Saat seperti inilah yang membuat Paijo selalu gagal bertahan. Tetapi Alfi bukan Paijo. Alfi adalah pejantan sejati yang diimpikan banyak wanita. Tempaan seks sejak kecil  menjadikan otot-otot sekitar kelaki-lakiannya tumbuh dengan sempurna dan berbeda dengan kebanyakan pria lain. Ia tak semudah  tak gampang jebol. Ia selalu berhasil mengontrol dirinya dalam durasi waktu yang panjang. Ia biarkan Sandra menikmati proses orgasme demi orgasme tersebut berlangsung dengan kondisi sebuah penis tetap ber-ereksi penuh di dalam vaginanya. Hampir satu jam Alfi bertahan dalam sebuah persetubuhan yang emosional. Tanpa seks selama lebih satu bulan. Menahan ejakulasi dari betotan secara periodik gelombang multiorgasme vagina Sandra. Sungguh luar biasa! Ini sudah melampaui di ambang batas yang mampu ia pernah lakukan.

“Kakakkk …..Alfi sudah mau mun..crattt” bisik Alfi lirih.

“Ohhh…sa..yanggggku…La..ku..kan.”erang Sandra di antara kesadarannya yang memudar akibat balutan kenikmatan dasyat itu, ia dapat melihat wajah kekasihnya yang hitam itu memucat. Bola mata hanya terlihat putihnya saja. keningnya mengerenyit seolah menahan sakit yang amat sangat.

Alfi menyusupkan kedua telapak tangannya ke bawah bungkahan pantat Sandra yang montok. Dengan mengerahkan seluruh kekuatan pinggulnya ia mengocok secara  cepat dan bertenaga. untuk mengakhiri sesi ini. Desahan Sandra kini terdengar semakin kencang seiring kocokan Alfi yang  semakin cepat. kewanitaannya yang dalam kondisi mengecut itu teraduk-aduk hebat. Ia tahu ini akan menjadi sebuah akhir yang dasyat. Kedua lengannya ia rangkulkan pada leher Alfi. Ia ingin menikmati momen secara berbarengan dengan Alfi.

“Sekaranggg sayaanggggg!…sekaranggggggg!!”rintih Sandra memberi isyarat pada Alfi

“Arghhhh kakaaakk!!!” Alfi menggeram kuat saat melepas kenikmatan itu dalam satu hujaman akhir yang kuat dan dalam. Sandra  mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi menyambut hujaman Alfi tersebut. Di saat itulah kepala penis Alfi seakan meledak di mulut rahim kekasihnya.

CRAATTTTTT!!!…Crattttttt!!!,,,,crattttttttt!!! Sandra pun terkaget ketika sesuatu yang amat kental melenjit masuk jauh menjangkau bagian rahimnya. Lalu gumpalan-gumpalan lain susul menyusul ikut masuk tak terkendali. Ledakan dasyat yang memicu ledakan yang paling kuat pada dirinya sendiri.

“Argghhhhh….SAYANGGGGGG!!!!” Sandra memekik nikmat saat  mencapai puncak kenikmatan.

Tubuhnya saling mendekap dengan tubuh Alfi. Tak hanya tubuh, jiwa mereka-pun bersatu dalam puncak kenikmatan tersebut. Dua tubuh dengan warna kulit yang begitu berbeda kontras bagai dua buah kutub magnet yang berlawanan namun melekat dengan sangat kuat. Proses orgasme berbarengan yang hanya berlangsung tak lebih dari  dua menit itu seakan terasa bagai sebuah tingkat kesenangan yang berlangsung berabad-abad bagi mereka. Hingga akhirnya fase yang penuh keindahan itu berakhir mereka masih tetap berpelukan mesrah. Sandra mengecupi wajah Alfi dengan lembut. Ia lakukan itu sebagai ungkapan bahagia. Puas. Terima kasih dan bahagia tentunya.

“Ohh..Fiii..sa..yanggg …apa yang terjadi barusann?” Tanya Sandra setelah mereka berdua menuntaskan orgasmenya. Begitu mempersona rasanya ledakan besar yang mereka alami bersama barusan. Emosi energi cinta mengalir dari hati yang lebih dasyat dari luapan hasrat birahi

“Kenapa kak?”

“Kakak… kakak..belum pernah merasakan yang seperti itu. itu..itu..benar-benar enak banget..dan kenapa sperma-mu begitu kental dan banyak seakan menembus ke jauh dalam perut kakak”

“Alfi tidak tahu.  Mungkin gara-gara Alfi tidak begituan selama lebih sebulan ini”

“Lho, apa kamu tidak cobain tidur dengan teman wanitamu selama di perjalanan,  Fi?”

“Ngga lah kak. Mana mungkin Alfi berani. Ntar bikin masalah lagi.”

“Setidaknya kamu bisa onani kan sayang?”

“Rugi ahh! Mana mungkin kenikmatan tubuh kakak ditukar sama jari. Biar Alfi rela menunggu sampai ketemu kakak. Dan hanya karena kakak Alfi bisa tahan tak melakukan itu.”

“Ohh..sayangg itu manis sekali. Kakak tambah cinta padamu”

Bibir Sandra yang mengiurkan itu kembali di sambar Alfi. Dan merekapun kembali larut dalam lautan French kiss yang menghanyutkan. Mereka mencurahkan semua perasaan bahagia mereka di situ. Demikianlah mereka mereguk madu kasih berdua tanpa memikirkan hal lain malam itu. Panasnya gairah berbaur dengan letupan kasih sayang membuat mereka bersetubuh seakan tiada lagi hari esok. Sandra seakan mengulang keindahan masa lalunya bersama Alfi dulu. Bahkan tak terasa ini memasuki malam kedua mereka berduaan di kamar. Tak pernah Alfi menyenggamai Sandra dalam waktu selama itu.Selama lebih delapan belas jam anak itu hanya mencabut titit besarnya bila ke kamar kecil atau mau makan selebihnya ia biarkan tititnya mengeram di dalam vagina Sandra. Alfi tak hanya mampu mempertahankan ereksinya dalam kurun waktu lama namun juga mampu produksi sperma yang seakan tak habis-habisnya Bahkan terjangan orgasme Alfi yang terjadi itu masih tetap deras dan banyak walau telah ia suntikan berkali-kali ke dalam rahim wanita yang sangat ia cintai itu. Sandra sungguh merasakan luapan kebahagiaan. Malam ini ia telah mengungkapkan cintanya pada Alfi. Ini pertama kalinya raga dan hatinya menyatu dalam gelombang gairah tiada akhir. Setelah percintaan mereka usai ia menyusupkan kepalanya di dada Alfi. Lalu tertidur dalam belaian sang kekasih sejatinya.

############################

Sandra terbangun dari tidur lelapnya saat handphonenya berbunyi. Dilihatnya jam masih menunjukkan pukul empat pagi. Alfi-pun masih tertidur lelap di sampingnya.

“Hoamm…ada apa Nad?” tanyanya dengan agak sungkan karena masih ngantuk. Tak biasanya Nadine mengganggunya pagi-pagi buta seperti ini.

“Sttt..Sand… engkau pasti terkejut jika tahu apa yang telah terjadi di sini semalam” suara Nadine terdengar berbisik.

“Duhh…Nad apa-apaan sih?! Kau menelponku sepagi ini hanya buat main tebak-tebakan denganku?”

Ia tahu Nadine sudah tiba di kota G sejak sore. Selama ini Didiet menyewa sebuah apartment  buat mereka tinggal di sana.

“Sebelum aku jelaskan tunggu sebentar aku ingin memastikan ‘mereka’ masih tertidur” ujar Nadine menggantung pembicaraannya. Duh! sudah dibangunkan lalu disuruh menunggu pula. pikir Sandra sebal.

“Ok..aku sudah di zona yang aman buat kita bicara” terdengar Nadine kembali berbicara.

“Tunggu! Tadi engkau menyebut kata ‘mereka’? siapa yang kau maksud itu? Engkau tak mengajak Alfina ikut ke sana kan?” tanyanya.

“Tidak putriku tinggal bersama ibu di kota S”

“Lantas siapa yang engkau maksud tadi”

“Didiet dan Paijo”

“Apaaa?!! Paijo, Nad?!! Yang benar saja?!” Ujar Sandra terlonjak kaget. Matanya yang semula sayu dan nyaris tertutup karena mengantuk mendadak terbuka lebar.

“ Aduhhh Sand! pelankan sedikit suaramu. Telingaku bisa budeg nih!”

“E oh maaf aku tadi terlalu kaget. Ba..bagaimana mungkin si Paijo bisa ada di sana?!”ujar Sandra baru tersadar jika suaranya juga bisa membuat Alfi terbangun. Ia bangkit dari tempat tidur lalu menuju ke arah teras cottage.

“Baiklah akan aku persingkat saja …ketika aku tiba sore kemarin aku terkejut karena ada anak itu di apartemen kita. Ternyata Didiet menemukan Paijo di desanya saat sedang mencari Alfi dua hari yang lalu dan memutuskan mengajak Paijo serta ke kota G. Didiet mengatakan kepadaku  ia hanya ingin membantu anak itu lepas dari permasalahannya dengan mencarikannya pekerjaan.”

“Engkau patut berhati-hati, Nad. Didiet pasti akan membujukmu buat tidur dengan anak itu”

“Sebenarnya Didiet memang telah melakukannya tadi malam “

“Nah kan!? Engkau pasti menolaknya kan Nad?!”

“Awalnya begitu. tapi…” ucapan Nadine mendadak terputus di tengah menandakan ia sedang berpikir mencari kalimat yang pas buat menjelaskan apa yang terjadi pada Sandra

“Nad! Kamu tidak melakukannya dengan anak itu kan?!” desak Sandra penasaran.

“Maafkan aku Sand…” jawab Nadine lirih. Sebuah jawaban yang singkat namun itu sudah cukup buat Sandra mengetahui apa yang tersirat.

Sial!!! Sandra mendengus kesal. Tadinya ia beranggapan polemik yang terjadi sudah berakhir. Namun ternyata masalah ini akan memulai sebuah babak baru. Nampaknya penyakit aneh si Didiet  kambuh lagi! Dan Nadine yang telah menjadi korban pertamanya.

“Bagaimana hal itu bisa terjadi?”

“Semuanya berawal ketika aku dan Didiet melakukan keintiman tadi malam. Ketika hal itu baru berjalan sepuluh menit dan tiba-tiba saja di tengah permainan Didiet sengaja ‘mencabutnya’. Pada saat itulah ia  memohon kesediaanku agar anak itu yang menuntaskannya..dan…entah mengapa? Apakah karena aku sedang dipuncak gairahku sehingga akhirnya aku  bersedia ia melakukannya dan….. semuanya terjadi “

Sandra termenung mendengarkan semua penjelasan Nadine. Ia tak dapat menyalahkan Nadine. Dasar si Didiet! Ia memang banyak akalnya. Sandra sangat mengenal suaminya itu. Ia tak pernah berhenti berusaha membujuk mereka melakukan keinginannya itu meski  sudah berkali-kali ditolak. Bukankah ia sendiri juga selalu gagal menolak keinginan-keinginan aneh Didiet? Bahkan ia justru selalu menikmati setiap keliaran yang suaminya ciptakan di dalam rumah tangga mereka selama ini. Termasuk ketika dulu ia diminta untuk menyerahkan kesuciannya kepada Alfi.

“Sand? Kamu masih di sana kan?” Tanya Nadine ketika Sandra diam dalam waktu yang agak lama.

“Ya, aku masih mendengarmu, Nad.”

“Engkau tidak marah padaku kan?”

“Tentu saja tidak. Aku tak menyalahkanmu dalam hal ini. Didiet memang pandai memanfaatkan situasi. Aku hanya berharap Alfi tak sampai mengetahui hal ini”

“Sebaiknya begitu, Sand. Tadi-pun aku telah meminta Paijo agar tak ‘menandai’ dadaku seperti yang pernah ia lakukan padamu dan Dian”

Sandra kembali termenung. Permainan apa lagi yang sedang direncanakan suaminya itu sekarang?  Apakah masih belum cukup keruwetan yang akhir-akhir ini timbul akibat kehadiran anak itu?.Begitu banyak yang pertanyaan memenuhi kepala Sandra. Namun yang pasti ia tidak suka Didiet ‘menarik’ Paijo kembali ke dalam lingkungan keluarga mereka.

“Aduhh!” keluhan Nadine menyadarkan Sandra.

“Ada apa Nad?”

“Uh..tidak apa-apa. Hanya sedikit nyeri”

“Engkau jangan bercanda Nad! Masa Penis kecil anak itu mencideraimu!” ujar Sandra ketus.

“Bukan yang itu….tapi puting payudaraku…anak itu buas sekali. Dua jam ia tak melepasnya. Kupikir persediaan susu buat Alfina bisa  habis oleh dia sendiri!” keluh Nadine. 

“Yah! Ia memang sudah lama mengincar dirimu untuk hal itu, Nad.” Ujar Sandra. Ia dapat membayangkan bagaimana lahapnya Paijo menetek  sambil menusukkan titit bertindiknya ke dalam liang senggama Nadine. Terbayang pula wajah pemuda kampung itu meringis keenakan sambil menjerit-jerit ‘bu enak, bu enak bu’ sebagaimana dulu ketika Paijo menyetubuhi dirinya.

“Eh Sand, apakah menurutmu Didiet juga akan memintamu diintimi Paijo pas giliranmu kemari?”tanya Nadine. Sebuah pertanyaan cukup mengagetkan buat Sandra.

“Tak mungkin Nad! Didiet pasti tak mungkin memintaku melakukan itu mengingat kejadian kemarin-kemarin”

“Mengapa tidak? Bukankah untuk itu ia mengajak Paijo di kota G. Dengan begitu keinginannya bisa tercapai tanpa diketahui oleh Alfi seperti apa yang terjadi padaku malam ini”

“A.kuu.. aku…ah  Entahlah.…” Sandra tak bisa meneruskan kalimatnya. Ia menyadari omongan Nadine sepertinya memang benar. Bisa jadi memang betul demikian yang Didiet rencanakan. Bukankah Didiet memang sangat ingin menyaksikan persetubuhan antara dirinya dan Paijo secara langsung karena keinginannya itu memang belum sempat terwujut tempo hari? Sebenarnya bukan diri Paijo yang Sandra  kuatirkan. Namun perilaku Didiet. Toh! Tanpa Paijo sekalipun setiap saat Didiet bisa saja mencari pemuda lain yang sesuai untuk memenuhi angan-angannya

“Ya sudah! Kita tidak bisa membahasnya di telepon sekarang tetapi kita memang harus memikirkan semua ini nantinya.” Ujar Nadine seakan tahu kegalauan sahabatnya itu. Sandra tak menyahut.

“Baiklah kalau begitu. Biar besok aku telpon kamu lagi Sand” ujar Nadine mengakhiri pembicaraan.

Sandra kembali ke dalam kamar. Ia memandangi wajah Alfi yang sedang terlelap di kasur. Rasanya ia benar-benar tak sanggup untuk berpisah lagi dengan Alfi. Ia juga tak ingin melihat Alfi kembali menderita gara-gara mengetahui para wanitanya ditiduri Paijo. Perlahan Sandra merebahkan kepalanya di dada kekasihnya itu. Lalu kembali tertidur.

######################################

Satu bulan Sejak kepulangan Alfi

Di pagi itu, nampak Sandra sedang gelisah karena tamu bulanannya tak kunjung muncul. Ia tak yakin itu di sebabkan oleh kehamilan. Memang ia dan Alfi telah melakukan percintaan sesuai jadwal namun demikian mereka tak melakukannya dalam posisi yang tepat sesuai dengan anjuran Lila. Sandra tak ingin terlalu berharap sehingga akan mendatangkan kekecewaan baginya saja. Namun rasa penasaran membuatnya tetap juga pergi ke kamar mandi. Lalu mengambil alat test kehamilannya dari kotak obat. Dengan hati-hati ia meneteskan urine-nya ke tempat yang disediakan pada alat tersebut…selanjutnya adalah proses menanti …dan…menanti…sebuah garis samar-samar muncul dan menyilangi tanda minus…lalu semakin jelas dan … Positive. Ia Hamil? Sungguhkah ini ?! Tidak! Tidak! Ia tak boleh senang dulu. Pikir Sandra sambil mencoba mengendalikan perasaannya yang mulai panic. Mengingat kejadian yang lampau bukan tak mungkin terjadi kesalahan pada benda ini.   Ia  merogoh kotak obat dan mengambil lagi sebuah alat test yang baru. Jemarinya gemetar saat ia mengulangi semua prosedur yang telah ia lakukan sebelumnya. Dan hasil yang muncul sama. Positive!

“ARgggg…!!!!” teriak Sandra girang. Teriakan berasal dari kamar mandi itu terdengar sampai keluar dari kamar tidur. Alfi yang saat itu sedang berada di ruang depan mendengar teriakan itu langsung memburu ke arah kamar.

“Ada apa kakkk?!” Tanya Alfi kuatir. Namun ia bingung ketika melihat senyum girang Sandra.

“Hmmm….sabar ya sayanggg. Nanti akan  kakak beri tahu. Sekarang tolong panggilkan kak Dian-mu kemari” pinta Sandra. Meski masih bingung Alfi melakukan keinginan sang kekasihnya itu. Ternyata Sandra meminta Dian buat menemaninya ke klinik milik Lila. Sandra tak ingin cepat mengambil kesimpulan bahwa ia sudah hamil. Ia ingin Lila yang memberikan jawaban pasti.

Dua jam berselang ia sudah kembali ke rumah.

“Fiii  aku HAMILLL!!”pekiknya girang sambil memeluk Alfi erat.

Hasil labor di klinik Lila menunjukan jika ia memang benar-benar sedang hamil.

“Benarkah kak?!”

“Ya sayang. Kakak berterima kasih sekali padamu” ujar Sandra yang tak dapat menyembunyikan kebahagiannya. Ia terus-terusan menghujani Alfi dengan kecupan-kecupan.

“Alfi juga senang sekali Kak” ujar Alfi girang. Ia sendiri tak menyangka jika akhirnya ia berhasil membuat Sandra, sang bidadarinya, wanita yang paling ia cintai itu hamil. Ia sendiri takjub. Betapa tidak  Di saat anak-anak seusianya masih berkutat dengan video game, mencuri lihat video porno dari handphone atau baru mencoba-coba berciuman. Sedangkan ia sendiri tahun depan bakal menjadi ayah dari empat orang anak yang berasal dari empat orang wanita berbeda .

“Tapi Fii kakak juga harus minta maaf padamu”

“Loh ada apa emangnya kak?”

“Mungkin buat sementara kakak tidak bisa melayanimu. Paling tidak selama trimester pertama. Kakak tak ingin calon bayi mungil kita terganggu oleh keintiman kita” ujar Sandra  pada  pemuda itu.  Kekuatiran Sandra  cukup beralasan sebab aktivitas seksual di usia kehamilan muda bisa saja menyebabkan terjadinya Abortus Spontan akibat trauma benturan dari penis Alfi yang panjang terhadap mulut rahimnya. Apalagi mengingat kondisi organ kandungan Sandra yang tak normal.

“Ooo soal itu. Kakak tenang saja.” ujar Alfi mantab lalu mengecup bibir kekasihnya itu.

“Iya kamu-kan bisa minta jatah sama kak Niken dan yang lain, Fi.”ujarnya lagi

##############################

Hari-hari berlalu bertabur kebahagiaan buat Sandra dan Alfi terus berlangsung. Buah cinta mereka sudah tumbuh di rahim Sandra dan membuat ikatan keduanya semakin tak terpisahkan. Alfi menepati janjinya untuk tidak dulu mengintimi Sandra. Namun hal itu tak membuat keharmonisan mereka terganggu. Alfi cukup pandai berlaku romantis dan memanjakan kekasihnya itu tanpa harus mengakhirinya dengan persetubuhan.  Hingga pada suatu malam.

“Bu Sandra.?.”terdengar suara riang di seberang telepon.

“Siapa ini?”

“Ini Paijo buuu”

“Paijo?…”

“Iya bu, Paijo”

Dari mana ia tahu nomor teleponku? Tanya Sandra dalam hati. Pasti Didiet yang memberikan.

“Ada apa menelponku?” Tanya Sandra dingin. Namun ia tak ingin berkata kasar.

“Saya cuma mau ngasih tahu kalau saya seneng banget ibu mau kemari besok. Beri tahu saya jam berapa ibu datang biar saya yang jemput di bandara”

“Huh!.Siapa bilang aku akan pergi ke sana?” kata Sandra ketus.

“Lho? Kata pak Didiet, ibu bakal tinggal di sini selama dua minggu dan saya disuruh jemput ibu besok”

Duh! Keluh Sandra. Ia tahu hal ini cepat atau lambat akan terjadi juga. Dan kini masalah itu sudah muncul dihadapannya. Padahal ia belum lagi menemukan solusi yang tepat untuk itu. Ini memang sudah giliran ia menemani suaminya di sana. Nadine pun tak mungkin terus-terusan meninggalkan pekerjaan dan putrinya. Ia juga tak bisa terus menghindar. Justru sebaliknya ia harus menghadapi dan menyelesaikan masalah ini secepatnya.

“Ibu kemari ya. Saya sudah kangeeen banget sama ibu…saya pingin banget ngentot sama ibu lagi” Dasar udik! gerutu Sandra jengah. Anak ini ngomong  vulgar seperti itu di telepon. Nyata sekali Paijo ingin kembali mengulangi kebersaman dengan dirinya seperti selama ini.

“Aku belum bisa memutuskannya sekarang. Kalaupun aku jadi menyusul suamiku, aku tak mungkin bersamamu Jo sebab saat ini aku sedang hamil muda” jelas Sandra berusaha mengelak

“Aduh buu…saya janji.. saya bakal ngegituin ibu pelan-pelan… ” terdengar rayuan erotis nan kampungan ala Paijo berusaha membujuknya. Edan! Padahal anak itu baru beberapa hari saja ditinggalkan Nadine tetapi sepertinya sudah kebelet sekali.

“Ya sudah sudah! Nanti aku akan pertimbangkan tetapi jangan telepon-telepon aku lagi.”ujar Sandra sebal. Ia ingin segera mengakhiri pembicaraan itu.

“Lho kenapa bu? Saya kan cuma pingin kangen-kangenan sama ibu di telepon”

“Pokoknya jangan nelpon kemari! jika kamu terus membandel aku tidak bakalan mau berangkat!” ancam Sandra

“I..iyaa iya buu… saya nurut apa kata ibu! Sampai besok ya bu. Jangan sampai tidak datang…saya bakal..”

Sandra telah mematikan handphone-nya sebelum kalimat –kalimat bawel Paijo selesai.

###########################

Keesokan paginya

Panggilan boarding bagi para penumpang sudah menggaung dari speaker bandara. Sebagian penumpang dengan tujuan kota G sudah berjejer antri memperlihatkan boarding pass mereka pada petugas.

“Hati-hati di jalan ya kak” ujar Alfi sambil mengecup kening Sandra.

“Kamu juga sayang. Kakak pergi dulu ya. Dagg Alfi!” ujar Sandra berjalan menuju tempat antrian sambil menyeret koper-nya.

“Daag kakakk!!”pekik Alfi sambil membalas lambaian Sandra.

Bersambung

1 komentar: